VOKASI UNAIR

GELIAT UMKM TUBAN: DARI LOKAL MENUJU INTERNASIONAL

VOKASI NEWS – Sinergi dari berbagai pihak termasuk pemerintah, akademisi, diaspora Indonesia di luar negeri dan pelaku UMKM sangat diperlukan dalam menghadapi tantangan perekonomian yang semakin tidak menentu.

Baru saja UMKM menggeliat pasca COVID-19, kini tantangan baru berupa naiknya harga BBM yang diikuti dengan naiknya harga bahan baku harus dihadapi pelaku UMKM. Kenaikan harga BBM yang ditetapkan sejak tanggal 3 September lalu itu mengakibatkan efek berantai seperti naiknya harga bahan baku yang pasti diikuti dengan naiknya biaya produksi. Dampak lainnya tentu saja naiknya biaya transportasi. Terlebih jika bahan baku dari produk UMKM disupply dari luar kota dan produk dipasarkan di luar kota juga.

Dampak pandemic covid-19 masih terasa di UMKM di kabupaten yang lingkup pemasarannya cukup kecil. Pembatasan-pembatasan mobilitas dan meningkatnya PHK membuat penjualan anjlok sehingga jutaan UMKM harus gulung tikar karena terus merugi selama dua tahun. Walaupun pemerintah sudah mengucurkan berbagai bantuan dan memberikan berbagai inovasi, banyak pelaku UMKM yang berasal dari daerah masih kesulitan mempertahankan kegiatan usahanya. Meski  kini masyarakat mulai beraktivitas seperti biasa dan banyak institusi mulai beroperasi kembali, perilaku konsumen telah beralih ke perdagangan digital sebagai dampak dari pembatasan mobilitas selama pandemi.

Perubahan perilaku konsumen ini semakin membuat persaingan perdagangan kian sengit saat terlebih di era pasar bebas. Ini tentunya semakin memberatkan pemilik UMKM dengan naiknya biaya produksi dan transportasi akibat naiknya harga BBM di saat mereka tengah berusaha bangkit pasca pandemi. Dari sini, pelaku UMKM dihadapkan pada kesadaran bahwa kegiatan usaha tidak terhenti hanya pada proses produksi, melainkan berlanjut hingga ke proses pemasarannya. Dengan semakin tingginya biaya produksi serta naiknya harga bahan pokok, menaikkan harga jual produk menjadi terlalu riskan jika UMKM ingin meningkatkan konsumennya.

Dokumentasi 1: Sesi pemaparan salah satu materi oleh Ketua Prodi D3 Bahasa Inggris Universitas Airlangga di hadapan 50 peserta kegiatan pengabdian kepada Masyarakat Pelatihan English for Business

Menekan biaya pemasaran dapat meringankan beban pelaku UMKM tanpa harus menaikkan harga produk. Perubahan perilaku konsumen akibat covid-19 dapat dikatakan “blessing in disguise” karena konsumen yang beralih ke perdagangan digital tidak hanya terbatas pada generasi milenial melainkan juga mencakup konsumen paruh baya. Selain itu, berbagai pembatasan yang dilakukan pemerintah untuk mencegah persebaran virus ini membuat konsumen beralih ke produk-produk lokal di daerah masing-masing. Perubahan perilaku ini menambah konsumen lokal sekaligus mempermudah pemasaran produk karena konsumen dari berbagai usia pun beralih ke dunia digital. Pembatasan-pembatasan ini juga memicu banyak orang di berbagai belahan dunia menghabiskan waktunya berinteraksi di media sosial. Pelaku UMKM dapat memanfaatkan fenomena ini untuk menambah jangkauan pemasarannya tanpa harus menambah biaya pemasaran.

Salah satu media pemasaran yang murah, efektif, dan memiliki banyak pengguna adalah media sosial. Memanfaat media sosial sebagai media pemasaran bisa menjadi salah satu solusi karena dapat menarik konsumen lokal sekaligus konsumen internasional. Melalui akun media sosialnya, pemilik UMKM dapat mengunggah promosi produknya. Dengan strategi pemasaran yang tepat, unggahan ini dapat terekspos ke pengguna media sosial yang berpotensi menjadi konsumen. Namun hal ini harus diimbangi juga dengan meningkatkan kemampuan berbahasa asing para pelaku UMKM.

Di sinilah letak pentingnya kemampuan berbahasa asing untuk memasarkan produk. Agar seseorang tertarik membeli produk UMKM, dia harus memahami deskripsi produk dan keunggulan produk tersebut. Jika target pasar adalah penduduk dunia, maka konten promosi haruslah disampaikan dalam Bahasa yang dipahami oleh mayoritas pasar; Bahasa Inggris.

Sayangnya, Sebagian besar pelaku UMKM yang berasal dari kota kecil tidak memiliki kemampuan yang mumpuni dalam berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris. Pada kegiatan pengabdian kepada Masyarakat yang dilaksanakan oleh Program Studi D3 Bahasa Inggris Universitas Airlangga di Kota Tuban 16 Agustus lalu membuktikannya. Peserta sasaran kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah pemilik UMKM yang tergabung di komunitas Wirausaha Inovatif Tuban (WIT). Bertempat di hall Auto2000 Tuban, seluruh peserta yang hadir sangat antusias mengikuti rangkaian kegiatan. Walaupun semua peserta kegiatan pelatihan sudah memanfaatkan media sosial sebagai media promosi dan didorong untuk ikut serta meningkatkan ekspor produk dalam negeri, kemampuan sebagian besar pelaku UMKM di kota ini dalam menggunakan Bahasa Inggris masih tergolong rendah. Padahal, produk UMKM sudah memiliki perizinan yang lengkap. Hal ini tampak dari kurangnya pengetahuan mereka akan strategi pemasaran di media sosial menggunakan Bahasa Inggris dan label kemasan yang masih menggunakan Bahasa Indonesia. Inilah yang mendasari diadakannya kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang bertajuk English for Business: untuk mengembangkan jangkauan pemasaran UMKM di Kabupaten Tuban. Rangkaian kegiatan ini merupakan penyuluhan dan pelatihan English for Social Media Advertising dan English for Packaging.

“Saya berharap pelatihan English for Business ini dapat diselenggarakan setiap tahun sekali dengan topik yang berbeda biar UMKM di kabupaten Tuban ini lebih tahu tentang betapa pentingnya kemampuan menggunakan Bahasa Inggris untuk pemasaran,” ujar Ibu Elis, komunitas WIT,”Melalui pelatihan ini kami mendapat banyak ilmu yang sangat berguna bagi kami,” tambahnya.

Dokumentasi 2: sesi pelatihan dan pendampingan membuat media promosi produk UMKM di media sosial menggunakan Bahasa Inggris dan menerjemahkan label kemasan produk ke dalam Bahasa Inggris. Tampak pemateri berkeliling memberi feedback dibantu oleh mahasiswa D3 Bahasa Inggris

Pemerintah memang sudah menggandeng diaspora Indonesia di berbagai negara untuk membawa UMKM menembus pasar global pada acara acara Kiat Sukses Ekspor ke Mancanegara yang diadakan oleh Indonesia Diaspora Network (IDN) Global yang diadakan pada tanggal 5 September lalu.  Jika hanya mengandalkan promosi mulut ke mulut dari diaspora yang ada di luar negeri, jangkauan pasar tidak optimal.  Pelaku UMKM akan tetap kesulitan mendapatkan konsumen asing saat produk mereka sudah diekspor karena Bahasa pengantar promosi produk mereka dan informasi produk di label kemasan masih menggunakan Bahasa Indonesia. Selain itu, pendampingan dengan diaspora juga dapat menimbulkan permasalahan baru diakibatkan perbedaan waktu antar negara yang bisa jadi cukup jauh. Kecil kemungkinannya bila konsultan diaspora dapat selalu mendampingi setiap kali pelaku UMKM berkomunikasi dengan konsumen asing melalui platform digital.

Menggunakan jasa penerjemah tentu akan semakin memberatkan pemilik UMKM setelah adanya kenaikan BBM di saat mereka tengah berusaha bangkit pasca terpukul pandemi. Jasa penerjemah professional amatlah mahal. Jika pelaku UMKM merambah pasar global, tentunya mereka akan sering berinteraksi dengan konsumen asing. Penggunaan Bahasa Inggris tidak hanya terbatas pada unggahan promosi produk di media sosial maupun penulisan informasi produk di label kemasan. Melainkan juga komunikasi melalui direct message, whatsapp, atau email dengan calon pembeli. Hal ini memang tidak bisa dihindari dan merupakan pengembangan yang harus dilakukan pelaku UMKM. Oleh karenanya penting bagi pelaku UMKM untuk menyadari pentingnya penguasaan Bahasa Inggris sebagai Bahasa utama yang dipakai di pemasaran internasional.

Disinilah para akademisi dapat memberikan sumbangsihnya melalui salah satu aspek tridharma Pendidikan, yakni pengabdian kepada masyarakat.  Para akademisi dengan keahlian di bidang Bahasa inggris maupun pemasaran dapat terjun ke masyarakat dalam rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat memberikan penyuluhan dan pelatihan penggunaan Bahasa Inggris kepada UMKM. Para pakar ini dapat juga membagikan hasil penelitian mereka di bidang pemasaran dan penggunaan Bahasa Inggris di sector perdangan kepada pelaku UMKM. Dengan demikian, pelaku UMKM dapat belajar strategi pemasaran yang sesuai dengan era digital ini untuk mengembangkan usahanya.  Kegiatan ini dapat berupa pelatihan penggunaan Bahasa inggris sebagai Bahasa pengantar untuk promosi produk UMKM di media sosial, penulisan label informasi di kemasan produk UMKM, percakapan dengan konsumen melalui fitur pesan di media sosial, dan berkorespondensi melalui email. Kegiatan semacam ini bisa menjadi satu modal besar bagi pelaku UMKM dalam mengembangkan usahanya.

Penulis : Angkita Wasito Kirana

Share Media Sosmed

Pilihan Kategori

Name Link
Form permohonan peliputan, publikasi dan penerbitan
Panduan Prosedur Peliputan
Panduan Penulisan Artikel

Pastikan karya kamu sesuai panduan yang ada ya voks, tetap semangat!