VOKASI NEWS – Waspada resistensi antibiotik pada pasien pneuomonia yang perlu untuk diperhatikan dengan seksama.
Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran nafas bawah akut pada parenkim paru. Akibat mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, ataupun parasit yang banyak ditemukan. Kondisi itu dianggap sebagai persoalan masalah kesehatan yang utama di berbagai negara termasuk Indonesia. Pneumonia ini dapat menyerang pada balita, anak-anak, maupun dewasa. Penyebab pneumonia yang paling sering terjadi yaitu disebabkan oleh bakteri. Pneumonia merupakan penyakit infeksi terbesar yang sering menyebabkan kematian pada anak di seluruh dunia. Angka kematian pneumonia diperkirakan sekitar 16% dari kematian pada anak usia dibawah lima tahun. Diperkirakan sekitar 120 juta kasus pneumonia pada anak di seluruh dunia dengan angka kematian sekitar 900.000 kasus di setiap tahunnya. Prevalensi pneumonia di Jawa Timur pada tahun 2020 sebanyak 77.203 orang.
Waspada Resistensi Antibiotik
Tingginya angka prevalensi pneumonia baik di dunia maupun di Indonesia berbanding lurus dengan angka mortalitas. Secara klinis, mikroorganisme penyebab pneumonia seringkali tidak diketahui dan kebanyakan pasien diberikan terapi antibiotik secara empiris. Pemberian terapi antibiotik secara empiris pada penyakit infeksi khususnya pada pasien pneumonia harus diberikan dengan tepat dan bijaksana. Tujuannya agar dapat menurunkan angka mortalitas. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat memberikan dampak negatif seperti munculnya bakteri resisten antibiotik. Resisten antibiotik ini dapat menyebabkan kegagalan terapi sehingga kondisi pasien semakin memburuk dan menyebabkan kematian.
Penanganan dan penegakan diagnosis yang cepat dan tepat pada pasien pneumonia sangat diharapkan sehingga dapat menurunkan angka mortalitas. Dalam tatalaksana pneumonia sangat penting untuk mengetahui hasil kultur. Pemeriksaan kultur sputum dan kultur darah merupakan gold standard dalam diagnosis pneumonia. Pneumonia yang disebabkan oleh virus tidak perlu diberikan antibiotik, namun antibiotik dapat diberikan ketika tidak dapat dibedakan penyebab antara bakteri dan virus. Oleh karena itu, terapi antibiotik secara empiris tetap diberikan pada pasien pneumonia yang belum diketahui mikroorganisme penyebabnya. Acuan pemberian terapi antibiotik secara empiris berdasarkan mikroorganisme yang paling sering menyebabkan pneumonia di daerah setempat sesuai pola resistensi di tempat tersebut.
Pasien pneumonia diketahui lebih banyak terjadi pada laki – laki dengan usia lebih dari 60 tahun karena laki – laki memiliki risiko yang lebih tinggi. Hal ini berhubungan dengan gaya hidup seperti merokok, minum alkohol, dan paparan polutan sehingga laki-laki memiliki perkembangan penyakit (prognosis) yang lebih buruk. Perokok pasif juga mempunyai risiko terkena pneumonia lebih besar karena terpapar asap rokok baik secara langsung maupun tidak langsung.
Terapi Antibiotik
Bakteri yang paling banyak ditemukan pada pasien pneumonia adalah bakteri gram negatif. Diantaranya ialah seperti Klebsiella pneumoniae, Escherichia coli, dan Pseudomonas aeruginosa dan ditemukan resisten tinggi terhadap antibiotik Tetracycline, Trimethoprim-Sulfamethoxazole, dan Ampicillin. Klasifikasi pneumonia berdasarkan lingkungan dan cara mendapatkan dibagi menjadi 5, antara lain Community Acquired Pneumonia (CAP), Hospital Acquired Pneumonia (HAP), Ventilator Acquired Pneumonia (VAP), Health Care Associated Pneumonia (HCAP), dan pneumonia aspirasi.
Salah satu penatalaksanaan yang diberikan dapat berupa terapi antibiotik dan terapi suportif. Terapi antibiotik dapat berupa terapi empiris dan terapi definitif. Adapun terapi empiris merupakan terapi yang pertama kali diberikan pada penderita pneumonia karena patogen penyebab belum diketahui sedangkan terapi definitif merupakan terapi yang diberikan ketika patogen penyebab sudah diketahui. Terapi antibiotik bertujuan untuk membunuh kuman patogen.
***
Penulis : Nafi’ah Yusri Laila
Dosen Pembimbing : Manik Retno Wahyunitisari
Program Studi : Teknologi Laboratorium Medis
Editor : Oky Sapto Mugi Saputro – Tim Branding Fakultas Vokasi UNAIR