VOKASI NEWS – Konstipasi sering disebut juga dengan sembelit. Sembelit merupakan masalah pencernaan yang dialami seseorang saat susah buang air besar. Hal ini terjadi apabila pencernaan seseorang tidak lancar dengan frekuensi defekasi pada umumnya kurang dari 3 kali dalam seminggu. Kejadian konstipasi pada anak dan remaja diperkirakan mencapai 30% di seluruh dunia. Risiko konstipasi paling banyak dialami pada wanita dibandingkan pria dengan angka perbandingan 4:1.
Telusuri Keluhan Konstipasi pada Tubuh Manusia
Kasus konstipasi sering terjadi pada anak remaja maupun dewasa. Karena wanita mengalami peningkatan hormon estrogen dan progesterone yang menyebabkan relaksasi otot. Dengan begitu, usus menjadi kurang efisien serta mengalami kenaikan dan penurunan selama menstruasi.
Sementara itu, makanan membutuhkan waktu lebih lama untuk melewati saluran pencernaan wanita. Hal ini yang menyebabkan wanita lebih rentan dibandingkan pria. Studi-studi juga menunjukkan bahwa perempuan cenderung memiliki waktu transit usus yang sedikit lebih lambat daripada pria, yang menyebabkan kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami sembelit.
Faktor asupan makanan serat yang rendah adalah salah satu penyebab terjadinya konstipasi fungsional. Hal tersebut karena asupan serat yang rendah dapat mengakibatkan masa dari feses berkurang dan sulit untuk dibuang. Salah satu pengobatan konvensional untuk mengatasi konstipasi yaitu obat-obatan golongan laksatif, seperti bulk-forming laxatives, laksatif osmotif, laksatof stimulant.
Secara Traditional Chinese Medicine (TCM), buang air besar yang normal terjadi setidaknya yaitu sekali dalam sehari. Istilah dari konstipasi yaitu gambaran dari pada dan lambatnya pergerakan usus besar sehingga menyebabkan frekuensi buang air besar yang jarang dan keras. Menurut TCM, frekuensi buang air besar yang tidak terjadi setiap hari, feses yang kering dan sulit untuk buang air besar merupakan gejala dari konstipasi.
Defisiensi Qi, Xue dan Jin Ye adalah faktor yang dapat menyebabkan konstipasi karena adanya akumulasi panas di usus yang dapat menghabiskan cairan usus dan menyebabkan tinja menjadi keras sehingga berdampak pada Qi di usus besar tidak lancar dan sulit untuk buang air besar.
Penelitian Terapi Auriculo Pressure pada Konstipasi
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode eksperimental yang menggunakan pre-post test control group design pada subyek penelitian. Penelitian ini dilakukan selama 3 minggu untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi auriculo pressure pada titik shenmen, hati, usus besar dan konstipasi.
Subyek penelitian ini ditentukan menggunakan metode simple random sampling sebanyak 22 responden. Kemudian responden dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pada kelompok perlakuan diberi terapi auriculo pressure pada titik Shenmen, Hati, Usus Besar dengan biji vaccaria. Sedangkan pada kelompok kontrol diberikan perlakuan placebo terapi auriculo pressure pada titik gigi dan rahang bawah, yang dimana titik ini dipilih adalah titik yang tidak dirangsang. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah Perempuan berusia 18-25 tahun yang mengalami konstipasi
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya rata-rata pre-test 16,73 menjadi 12,64 setelah terapi (post-test) dengan nilai p < 0.05 yang artinya terdapat pengaruh pada penurunan skor konstipasi. Kemudian dilanjutkan dengan uji Independent sample t-test untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata–rata sampel yang tidak berpasangan. Hasil uji independent menunjukkan p < 0.05 yang artinya ada perbedaan signifikan pada kelompok perlakuan dan kontrol. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian pemberian terapi Auriculo pressure pada titik Shenmen, hati, usus besar efektif dalam menurunkan frekuensi BAB secara signifikan.
BACA JUGA: Studi Etnobotani Pemanfaatan Tumbuhan Kecemcem oleh Masyarakat Desa Wisata Penglipuran
***
Penulis: Faradilla Twisty Bestyana Salsabilla
Editor: Puspa Anggun Pertiwi