Menelusuri Jejak Kambang Putih, Sejarah Tuban sebagai Kota Pelabuhan Bersejarah

VOKASI NEWS – Kota Tuban atau dulu disebut Kambang Putih merupakan salah satu kota penting di pesisir utara Jawa. Kota ini memiliki sejarah panjang yang kaya dan menarik. Nama tua kota ini, “Kambang Putih,” menyimpan kisah-kisah masa lalu yang berkaitan dengan peran strategisnya sebagai kota pelabuhan penting. Asal-usul nama Kambang Putih dapat ditelusuri hingga Prasasti Kambang Putih yang dibuat pada tahun 1050 Masehi, di masa pemerintahan Raja Sri Mapanji Garasakan. Prasasti ini memberikan bukti bahwa Tuban sudah memainkan peran penting dalam jaringan perdagangan internasional sejak abad ke-11.

Mengetahui Sejarah Kota Tuban

Nama “Kambang Putih” memiliki makna yang mendalam, terkait erat dengan posisi Tuban di Jalur Sutra maritim, jalur perdagangan yang menghubungkan Semenanjung Malaka dengan wilayah Indonesia bagian Timur. Pada masa lalu, Tuban adalah tempat persinggahan bagi kapal-kapal dagang dari berbagai negara. Perdagangan tersebut kerap membawa komoditas berharga seperti rempah-rempah, sutra, keramik, dan barang-barang mewah lainnya. Jalur ini menjadi urat nadi perdagangan internasional yang menghubungkan dunia Barat dan Timur. Dengan begitu, Tuban dapat disebut sebagai salah satu titik kunci dalam jaringan perdagangan.

Menurut beberapa catatan sejarah, nama “Kambang Putih” juga dipercaya berasal dari cerita pendatang Cina yang menggambarkan gundukan pasir putih yang tampak mengambang di lautan dekat Tuban. Gundukan pasir ini, yang tampak seperti bunga putih yang terapung di atas air, menjadi simbol identitas kota tersebut. Gambaran ini memperkuat citra Tuban sebagai kota pelabuhan yang tidak hanya penting secara ekonomi, tetapi juga memiliki keindahan alam yang memukau.

Museum Sejarah Kota Kambang

Selain peran pentingnya sebagai kota pelabuhan, Tuban juga kaya akan peninggalan sejarah yang mencerminkan kejayaan masa lalunya. Untuk melestarikan warisan sejarah ini, didirikanlah Museum Kambang Putih. Museum ini bertujuan untuk mengumpulkan, merawat, dan memamerkan berbagai artefak berharga kepada masyarakat umum. Dengan begitu, generasi mendatang dapat memahami dan menghargai sejarah panjang kota Tuban.

Museum ini pertama kali diresmikan pada 25 Agustus 1984 oleh Gubernur Jawa Timur pada saat itu, Bapak Wahono. Terletak di kompleks Pendopo Krido Manunggal Tuban, museum ini awalnya tidak berhasil menarik banyak pengunjung karena lokasinya yang kurang strategis. Namun, pada 15 Januari 1996, museum ini secara resmi dipindahkan ke lokasi baru yang lebih strategis. Saat ini, lokasinya berdekatan dengan wisata ziarah Sunan Bonang di Jalan Kartini No. 3 Tuban. Gedung baru yang digunakan untuk museum ini sebelumnya merupakan Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). Pada masa kolonial Belanda, gedung tersebut dikenal sebagai “Ball Room,” tempat hiburan yang populer di kalangan kaum indisch.

BACA JUGA: Penanganan Fisioterapi dengan Teknik Mobilisasi Saraf Pada Carpal Tunnel Syndrome

Pemindahan museum ini diharapkan dapat menjadikan museum sebagai destinasi budaya yang lebih mudah diakses oleh masyarakat dan wisatawan. Dengan begitu, sejarah dan warisan kota Tuban dapat terus dijaga dan dikenal luas. Kini, daya tarik Museum Kambang Putih terletak pada penataan dan pemeliharaan koleksinya yang sangat baik, serta pelayanan yang memuaskan bagi pengunjung.

Peninggalan Sejarah Kota Kambang Putih

Penataan koleksi di Museum Kambang Putih dilakukan dengan sangat cermat untuk memastikan bahwa setiap benda bersejarah dipamerkan dengan cara yang memaksimalkan pemahaman dan penghargaan pengunjung. Penataan koleksi juga mempertimbangkan aspek estetika dan fungsi, dengan penggunaan pencahayaan yang baik, label yang informatif, dan tata letak yang memudahkan pergerakan pengunjung. Museum ini berupaya menciptakan suasana yang nyaman dan menarik, memungkinkan pengunjung untuk fokus pada pengalaman belajar dan penjelajahan.

Museum Kambang Putih memiliki koleksi yang variatif, meliputi berbagai kategori seperti koleksi arkeologika, biologika, etnografia, keramologika, dan numismatika. Koleksi Museum Kambang Putih terdiri dari berbagai masa, yaitu masa praaksara, masa klasik Hindu-Buddha, dan masa Islam. Penataan benda koleksi juga diatur berdasarkan masanya, memungkinkan pengunjung untuk merasakan perjalanan sejarah dari masa ke masa.

Saat memasuki museum, pengunjung akan menemukan bagian resepsionis dan fosil-fosil dari masa praaksara. Di sebelah kanan, terdapat koleksi benda bersejarah dari masa Hindu-Buddha. Setelah mengitari museum, pengunjung akan memasuki area yang menyimpan koleksi dari masa Islam. Kemudian, pengunjung dapat menjelajahi ruang etnografi dan numismatik yang terletak di bagian berikutnya.

Dengan koleksi yang kaya dan penataan yang cermat, Museum Kambang Putih tidak hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan artefak berharga, tetapi juga sebagai pusat pendidikan dan pelestarian sejarah. Museum ini adalah bukti nyata bahwa Tuban, dengan segala kekayaan sejarahnya, terus menjaga dan merawat warisan budaya yang telah ada selama berabad-abad. Bagi siapa saja yang ingin mengetahui lebih dalam tentang sejarah Tuban, Museum Kambang Putih adalah destinasi yang wajib dikunjungi.

***

Penulis: Ema Dwi Diana Dewi

Editor: Puspa Anggun Pertiwi