VOKASI NEWS – Mengetahui hubungan kadar glukosa dengan kadar serum kreatinin bagi kondisi pasien penderita diabetes melitus.
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa dalam darah atau disebut juga dengan hiperglikemia. Hiperglikemia terjadi karena adanya kelainan sekresi insulin. Penyakit ini biasa ditandai dengan penurunan kemampuan sel beta pankreas dalam memproduksi insulin. Selain itu juga adanya kelainan kerja insulin yang ditandai dengan penurunan kemampuan insulin dalam memecah glukosa, lemak dan karbohidrat.
BACA JUGA: Potensi Ekstrak Etanol Kulit Limau Kuit sebagai Antibiotik terhadap Bakteri Penyebab ISK
Pada tahun 2022, telah dilaporkan oleh International Diabetes Federation (IDF) bahwa 537 juta orang dewasa (20–79 tahun) hidup dengan penyakit DM. IDF memperkirakan angka tersebut akan terus meningkat pada tahun 2030 menjadi 643 juta serta pada tahun 2045 mencapai 784 juta (Safitri et al., 2023).
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2025 penderita diabetes melitus di Indonesia mencapai 12,4 juta orang dan menempati posisi kelima dunia. Jumlah penderita diabetes melitus di Kota Surabaya terus meningkat di setiap tahunnya. Tahun 2009 berjumlah 15.961, pada tahun 2010 berjumlah 21.729, serta tahun berikutnya mengalami peningkatan signifikan dan tergolong tinggi (Aquarista, 2017).
Komplikasi dan Diagnosis Diabetes Melitus Menurut Kadar Glukosa Pasien
Diabetes melitus merupakan salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) yang tidak dapat disembuhkan. Faktor ini menjadi sebab penderita diabetes melitus apabila kadar glukosa darah tidak terkontrol atau disebut dengan hiperglikemia. Hiperglikemia terjadi karena tubuh kekurangan insulin yang mengakibatkan glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen (Syahlani & Anggun, 2016).
Kondisi hiperglikemia yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan komplikasi makrovaskular dan komplikasi mikrovaskular. Hiperglikemia mengakibatkan ginjal tidak bisa memfiltrasi dan mengabsorpsi sejumlah glukosa dalam darah. Hal tersebut dapat mengakibatkan pembuluh darah kecil yang berada di dalam ginjal mengalami kematian atau sering disebut dengan nefropati (Syahlani & Anggun, 2016).
Nefropati merupakan salah satu penyakit yang timbul akibat komplikasi mikrovaskular. Pasien diabetes melitus akan mengalami nefropati diabetik sekitar 20-40% yang dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal (Damayanti et al., 2021). Glukosa pada umumnya adalah suatu senyawa yang menjadi sumber energi utama bagi sel tubuh manusia. Kadar glukosa dalam darah dipengaruhi oleh beberapa faktor endogen. Contohnya seperti hormon insulin, glukagon dan kortisol sebagai sistem reseptor dalam sel otot dan hati.
Salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis diabetes melitus yaitu dengan pemeriksaan Glukosa Darah Puasa (GDP) dengan kadar lebih dari 126 mg/dL (Putri, 2015). Pemeriksaan kadar GDP merupakan pemeriksaan glukosa plasma setelah 8 jam berpuasa (Oktabelia et al., 2022). Sedangkan parameter yang digunakan untuk mengetahui dan mengukur kerusakan pada ginjal sebagai tanda timbulnya penyakit komplikasi.
Namun juga bisa sebagai parameter fungsi ginjal yaitu dengan melihat kadar serum kreatinin (Kriswiastiny et al., 2022). Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Zulfian & Tarmizi, 2021) menyatakan bahwa, terdapat korelasi antara kadar GDP dengan kadar serum kreatinin pada penderita diabetes melitus dengan p-value = 0,000 (< 0,05). Semakin tinggi nilai kadar GDP maka semakin tinggi juga kadar serum kreatinin pada pasien.
***
Penulis: Allifia Afini Wulandari
Editor: Puspa Anggun Pertiwi