VOKASI NEWS – Breastfeeding Attrition Prediction Tool (BAPT) adalah instrumen untuk mendeteksi penyapihan dini menyusui yang dikembangkan di Alaska, Amerika Serikat. Jenis instrumen ini telah berhasil diuji coba lintas budaya di beberapa negara.
Kekurangan gizi merenggut 2,7 juta kematian anak setiap tahunnya (WHO, 2023). Pencegahan dini sangat penting dilakukan. Mengutip dari WHO (2023), lebih dari 820.000 nyawa anak di bawah usia 5 tahun dapat diselamatkan dengan pemberian ASI optimal pada usia 0-23 bulan.
Sayangnya, data global menunjukkan selama periode 2015-2020 hanya 44% bayi usia 0-6 bulan di seluruh dunia yang mendapatkan ASI eksklusif. Hal tersebut jauh dari target WHO yang menetapkan 50% cakupan ASI eksklusif selama periode tersebut (WHO, 2023). Di Indonesia sendiri tren fluktuasi dan penurunan persentase ASI eksklusif seiring usia ini menunjukkan tantangan yang masih dihadapi.
Menyusui Pilihan Terbaik untuk Kesehatan Bayi dan Ibu
ASI merupakan nutrisi terbaik untuk bayi. Hal tersebut karena ASI memiliki komposisi sempurna dan mengandung berbagai macam zat gizi dan non-gizi yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Linda, 2019). Selain itu, ASI dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat diare, meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, perkembangan, dan gizi bayi. Selain itu juga dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh, baik untuk psikologis bagi bayi, serta mengurangi risiko kanker payudara pada ibu (Sari & Farida, 2020).
BACA JUGA: Mengelola Keuangan dengan Bijak Melalui Pembetulan SPT untuk Menghindari Sanksi Pajak
Penggunaan susu formula sebagai pengganti ASI memiliki kekurangan. Hal tersebut termasuk komposisi yang tidak sempurna, kurangnya zat protektif dan antibodi. Selain itu juga berpotensi menyebabkan konstipasi, rentan terhadap obesitas, alergi, biaya tinggi, persiapan rumit, dan dampak negatif pada lingkungan (Widiartini, 2017).
Tantangan Mempertahankan Pemberian ASI dengan Metode BAPT
Meskipun manfaatnya yang besar, banyak ibu menghadapi tantangan dalam mempertahankan pemberian ASI. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan ibu untuk menyapih dirasa penting untuk dilakukan. Namun, di Indonesia belum ada alat/instrumen yang efektif untuk membantu dalam mendeteksi faktor-faktor ini secara tepat.
Salah satu instrumen yang direkomendasikan adalah Breastfeeding Attrition Prediction Tool (BAPT) adalah instrumen untuk mendeteksi penyapihan dini menyusui yang dikembangkan di Alaska, Amerika Serikat, dan telah diuji coba lintas budaya di beberapa negara. Studi pertama penggunaan BAPT di Indonesia dilakukan oleh Sa’adah & Sulistyoningtyas (2020) pada ibu nifas di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Namun, penelitian tersebut kemungkinan masih menggunakan instrumen BAPT yang belum lengkap dengan total 49 item. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yakni pada penelitian ini dengan menggunakan instrumen BAPT yang terbaru dan lebih lengkap yaitu memiliki total 94 item, untuk memastikan validitas dan akurasi deteksi penyapihan dini.
Hasil Penelitian Uji Instrumen BAPT pada Ibu Nifas
Studi pertama penggunaan BAPT di Indonesia dilakukan oleh Sa’adah & Sulistyoningtyas (2020) pada ibu nifas di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Namun, penelitian tersebut menggunakan instrumen BAPT yang belum lengkap dengan total item 49. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan instrumen BAPT yang terbaru dan lebih lengkap dengan total item 94.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2024 di RSI Nashrul Ummah Lamongan dengan desain kuantitatif menggunakan pendekatan deskriptif korelasi dan cross-sectional. Populasi sebanyak 45 ibu nifas menyusui dengan sampel 41 menggunakan teknik Purposive Sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan dianalisis validitas reliabilitasnya.
Instrumen BAPT terdiri dari empat subskala, yaitu sebagai berikut:
- Negative Breastfeeding Sentiment (NBS),
- Positive Breastfeeding Sentiment (PBS),
- Social and Professional Support (SPS), dan
- Perceived Behavior Control (PBC).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari uji validitas Pearson Product Moment Correlation didapatkan nilai r hitung pada NBS berkisar antara 0.098–0.656; PBS berkisar antara 0.355–0.793. SPS berkisar antara 0.500–0.885; dan PBC berkisar antara 0.678–0.910. Namun, 9 item dalam NBS tidak valid dan perlu dieliminasi bersama dengan item pasangannya total ada 16 item.
Uji reliabilitas Cronbach Alpha menghasilkan keseluruhan instrumen yaitu 0.859. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar ibu nifas didapatkan skor total BAPT dalam kategori tidak berisiko penyapihan dini. Hampir sebagian ibu nifas berisiko penyapihan dini.
Instrumen BAPT berpotensi digunakan tenaga kesehatan sebagai alat deteksi risiko penyapihan dini, namun disarankan untuk melakukan perbaikan dan validasi lebih lanjut guna memastikan keakuratannya dalam berbagai situasi klinis. Artikel ini menyampaikan pentingnya ASI bagi kesehatan bayi dan ibu, kekurangan susu formula, tantangan mempertahankan pemberian ASI, serta hasil penelitian uji instrumen BAPT yang menunjukkan potensi alat ini dalam deteksi risiko penyapihan dini menyusui.
***
Penulis: Sania Oktavia
Editor: Puspa Anggun Pertiwi