Mengungkap Hubungan CRP dan NLR pada Pasien COVID-19 di RSUD Haji Provinsi Jawa Timur

VOKASI NEWS – C-Reactive Protein (CRP) dan Neutrophil Lymphocyte Ratio (NLR) menjadi indikator penting dalam pemantauan dan pengelolaan pasien COVID-19.

Menurut data WHO Tahun 2021, Jawa Timur menempati posisi kedua dengan jumlah kasus COVID-19 terbanyak, mencapai 400.066 kasus. Banyak pasien mengalami berbagai komplikasi akibat infeksi virus ini. 

COVID-19 merupakan penyakit yang dapat menyebabkan peradangan hebat dalam tubuh. C-Reactive Protein (CRP) adalah salah satu penanda inflamasi yang diproduksi oleh hati sebagai respon terhadap infeksi dan peradangan, Neutrophil Lymphocyte Ratio (NLR) adalah rasio antara jumlah neutrofil dan limfosit dalam darah, yang juga digunakan sebagai indikator untuk menilai tingkat inflamasi dan respons imun tubuh terhadap infeksi.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2024 di Laboratorium Patologi Klinik RSUD Haji Prov. Jatim. Metode analitik observasional digunakan dengan untuk menganalisis data dan kemudian diuji secara statistik untuk mengetahui hubungan kedua variabel tersebut. Pengambilan 80 data dilakukan pada pasien COVID-19 yang dirawat inap di RSUD Haji Surabaya periode Maret – Desember 2021.

Hasil Penelitian CRP dan NLR di RSUD Haji Surabaya

Dari hasil penelitian, sebanyak 80 pasien (100%) memiliki kadar CRP yang tinggi, mengindikasikan adanya peradangan yang signifikan. Hasil pemeriksaan NLR menunjukkan bahwa sebanyak 55 pasien (68.75%) memiliki nilai NLR yang tinggi, menunjukkan adanya peningkatan jumlah neutrofil dan penurunan jumlah limfosit, yang mengindikasikan respon inflamasi yang kuat. Selain itu, sebanyak 21 pasien (26,25%) memiliki NLR sedang, dan 4 pasien (5%) memiliki nilai NLR yang normal.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara kadar CRP dan NLR pada pasien COVID-19. Dibuktikan dengan nilai correlation coefficient sebesar 0,543 yang menunjukkan adanya hubungan berderajat sedang antara kedua variabel. Pasien dengan kadar CRP yang tinggi cenderung memiliki NLR yang tinggi pula. Korelasi ini mengindikasikan bahwa kedua parameter tersebut dapat digunakan bersama-sama untuk menilai tingkat keparahan peradangan dan respon imun pada pasien COVID-19.

BACA JUGA: Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Karies Gigi Anak Usia Prasekolah di TK-PAUD AL-Amal Desa Kediren Lamongan

Penelitian ini menunjukkan bahwa CRP dan NLR dapat menjadi indikator penting dalam pemantauan dan pengelolaan pasien COVID-19. Pemantauan rutin terhadap kedua parameter ini dapat membantu dalam pengambilan keputusan klinis dan penentuan strategi pengobatan yang lebih tepat. Peneliti berharap penelitian ini dapat memperluas wawasan pembaca mengenai pentingnya pemantauan CRP dan NLR dalam manajemen pasien COVID-19.

***

Penulis: Zulfa Afifa

Editor: Puspa Anggun Pertiwi