VOKASI NEWS – Semua negara di seluruh dunia menunjukkan adanya peningkatan jumlah dan persentase populasi lanjut usia. Keseluruhan jumlah orang lanjut usia di dunia saat ini mencapai 703 juta jiwa.
Diperkirakan angka ini akan terus meningkat menjadi dua kali lipat menjadi 1,5 miliar pada tahun 2050. Indonesia tengah mengalami tahap penuaan penduduk atau ageing population sejak tahun 2021. Persentase lansia mengalami peningkatan sekitar 3 persen selama lebih dari sepuluh tahun (2010-2021), sehingga mencapai 10,8 persen (BPS, 2022).
Penuaan menyebabkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas bagi lansia sehingga mayoritas dari orang lanjut usia memiliki tingkat aktivitas harian yang rendah. Dengan bertambahnya usia, aktivitas fisik cenderung menurun, bahkan bisa memburuk. Penurunan aktivitas pada usia lanjut sering kali terkait dengan risiko terjadinya kejadian jatuh. Pada populasi usia lanjut, risiko terkena kecelakaan jatuh meningkat. Dalam kelompok pasien yang berusia di atas 65 tahun, angka kejadian jatuh mencapai 30%, dan pada mereka yang berusia lebih dari 80 tahun, angka kejadian jatuh mencapai 50% setiap tahun.
AKTIFITAS FISIK
menurut Wicaksono (2021), dijelaskan sebagai setiap bentuk gerakan tubuh yang terjadi akibat kontraksi otot rangka, yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan kalori atau penggunaan kalori oleh tubuh melebihi kebutuhan energi saat dalam keadaan istirahat. Faktor umur memiliki peran penting dalam mempengaruhi kondisi fisik seseorang. Semakin bertambah usia maka fisik seseorang akan semakin lemah akibat fungsi fisik yang menurun bahkan memburuk (Ivanali et al., 2021). Aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin telah terbukti dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, stroke, osteoporosis, sindrom metabolik, obesitas, dan berbagai jenis kanker. Melakukan aktivitas fisik juga akan mengakibatkan efek seperti peningkatan kekuatan otot, pertumbuhan dan pengembangan otot (hipertrofi), dan perubahan dalam struktur serat otot (Wicaksono, 2021).
KEJADIAN JATUH
Kejadian jatuh merupakan suatu konsep yang mencakup berbagai aspek, seperti kehilangan dalam cadangan, termasuk energi, kemampuan fisik, kognisi, dan kesehatan. Tingkat kejadian jatuh cenderung meningkat seiring dengan pertambahan usia (Zhang et al., 2020). Jatuh bisa mengakibatkan berbagai jenis cedera, baik secara fisik maupun psikologis.
Salah satu jenis kerusakan fisik yang paling dikhawatirkan akibat kejadian jatuh adalah patah tulang panggul. Selain itu, faktor lain yang sering timbul akibat jatuh meliputi patah pergelangan tangan, lengan atas, dan pelvis, serta kerusakan pada jaringan. Salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada lansia adalah komplikasi akibat jatuh (Desmillenia et al., 2023). Secara psikologis, meskipun tidak terjadi cedera fisik yang parah setelah jatuh, rasa takut akan kejadian serupa berulang dapat memiliki dampak besar seperti kecemasan, hilangnya kepercayaan diri, pembatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan fobia terhadap jatuh (Sidik, 2021).
BACA JUGA: Stop Stigma Terhadap Penderita Gangguan Jiwa
REKOMENDASI AKTIVITAS FISIK LANSIA UNTUK MENGURANGI RISIKO JATUH
World Health Organization telah mengeluarkan rekomendasi setidaknya untuk melakukan 150 menit aktivitas aerobik intensitas sedang, atau 75 menit aktivitas aerobik intensitas tinggi, atau kombinasi setara per minggu, dengan durasi minimal 10 menit per sesi. Untuk manfaat tambahan, dapat meningkatkan menjadi 300 menit aktivitas sedang atau 150 menit aktivitas tinggi per minggu. Lansia dengan mobilitas buruk sebaiknya melakukan latihan keseimbangan minimal 3 hari seminggu dan penguatan otot minimal 2 hari. Jika tidak dapat mencapai jumlah ini karena kondisi kesehatan, tetaplah aktif secara fisik semaksimal mungkin.
Penelitian dari Taylor (2014), merekomendasikan untuk ikut menyertakan fisioterapis atau pelatih kebugaran fisik untuk membuat rekomendasi mengenai jumlah, jenis, intensitas, dan frekuensi aktivitas fisik untuk kesehatan.
***
Penulis : Akbar Maulana Azhari
Pembimbing: Nuniek Nugraheni S., dr., SpKFR-K dan Muh. Aziiz Sukmawardhana, S.Tr.Kes
Editor: Fatikah Rachmadianty