Warning: Trying to access array offset on false in /home/vokasi.unair.ac.id/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/modules/dynamic-tags/tags/post-featured-image.php on line 39

Warning: Trying to access array offset on false in /home/vokasi.unair.ac.id/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/modules/dynamic-tags/tags/post-featured-image.php on line 39

Warning: Trying to access array offset on false in /home/vokasi.unair.ac.id/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/modules/dynamic-tags/tags/post-featured-image.php on line 39

Warning: Trying to access array offset on false in /home/vokasi.unair.ac.id/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/modules/dynamic-tags/tags/post-featured-image.php on line 39
Diabetes Melitus Gestasional Menjadi Tantangan Kesehatan Ibu dan Janin yang Perlu Diwaspadai - Fakultas Vokasi Universitas Airlangga

Diabetes Melitus Gestasional Menjadi Tantangan Kesehatan Ibu dan Janin yang Perlu Diwaspadai


Warning: Trying to access array offset on false in /home/vokasi.unair.ac.id/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/modules/dynamic-tags/tags/post-featured-image.php on line 39

VOKASI NEWS – Diabetes melitus gestasional menjadi perhatian utama dalam kesehatan ibu hamil karena dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin, dengan risiko komplikasi yang signifikan jika tidak terdeteksi dan dikelola dengan baik.

Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolik kronis yang ditandai oleh hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin dan resistensi insulin. DM terbagi menjadi beberapa tipe, termasuk diabetes melitus tipe 1, tipe 2, gestasional, dan lainnya. Diabetes melitus gestasional (DMG) adalah bentuk gangguan toleransi glukosa yang pertama kali terdeteksi selama kehamilan. Kondisi ini umumnya terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak terdiagnosa diabetes, tetapi menunjukkan peningkatan kadar glukosa darah selama masa kehamilan. DMG menjadi isu penting dalam kesehatan masyarakat karena memiliki dampak langsung pada kesehatan ibu dan janin, termasuk risiko komplikasi selama dan setelah kehamilan.

Prevalensi dan Risiko Komplikasi

DMG diperkirakan terjadi pada 2–4% kehamilan, dengan prevalensi 1,9–3,6% di Indonesia. Wanita dengan DMG memiliki risiko lebih tinggi untuk berkembang menjadi diabetes melitus tipe 2 dalam 5–10 tahun setelah melahirkan. Selain itu, DMG juga meningkatkan risiko komplikasi pada neonatus, seperti hipoglikemia, ikterus, polisitemia, dan makrosomia. Makrosomia terjadi akibat peningkatan sekresi insulin pada janin yang merangsang pertumbuhan berlebihan. Secara fisiologis, DMG melibatkan kombinasi gangguan reaksi dan pengeluaran hormon insulin yang tidak memadai. Risiko jangka panjang ini menjadikan DMG sebagai perhatian khusus dalam pengelolaan kehamilan.

Gejala dan Faktor Risiko Diabetes Melitus Gestasional

Gejala DMG sering kali tidak spesifik dan sulit diidentifikasi. Adapun gejala-gejala umumnya meliputi rasa haus yang berlebihan, sering buang air kecil, penglihatan buram, mulut kering, dan mudah lelah. Namun, diagnosis tidak dapat dibuat hanya berdasarkan gejala tersebut karena DM merupakan penyakit multifaktorial yang melibatkan interaksi berbagai faktor. Faktor risiko utama DMG meliputi obesitas, usia ibu di atas 35 tahun, kurang aktivitas fisik, riwayat keluarga dengan DM tipe 2, riwayat melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4 kg, serta riwayat melahirkan bayi lahir mati. Selain itu, kondisi seperti sindrom ovarium polikistik juga berkontribusi pada risiko terjadinya DMG.

[BACA JUGA: BMI dan Volume Media Kontras Menjadi Faktor Penentu Hasil Optimal Citra CTA Kepala dan Leher]

Patofisiologi Diabetes Gestasional

Patofisiologi DMG belum sepenuhnya dipahami, tetapi umumnya disebabkan oleh disfungsi sel beta pankreas yang muncul akibat resistensi insulin kronis. Selama kehamilan, hormon-hormon seperti estrogen, progesteron, kortisol, dan laktogen plasenta meningkatkan resistensi insulin untuk memenuhi kebutuhan metabolik janin. Namun, pada kasus DMG, sensitivitas insulin menurun signifikan hingga 54% dibandingkan kehamilan normal, sehingga tubuh ibu tidak mampu menangani lonjakan glukosa darah dengan efektif. Kondisi ini dapat memicu komplikasi metabolik lebih lanjut yang berdampak pada kesehatan ibu dan janin.

Pemeriksaan dan Diagnosis Diabetes Melitus Gestasional

Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) adalah metode utama untuk mendiagnosis DMG, sesuai rekomendasi WHO (1994). Pemeriksaan ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tes awal dengan 50 gram glukosa (tanpa puasa) dan dilanjutkan dengan TTGO 100 gram glukosa jika hasil awal menunjukkan kadar glukosa plasma >140 mg/dL. Diagnosis positif memerlukan hasil yang memenuhi minimal dua dari empat kriteria kadar glukosa darah, seperti glukosa puasa >155 mg/dL atau glukosa darah 2 jam >165 mg/dL. Tes ini efektif untuk mendeteksi DMG selama kehamilan maupun setelah persalinan. Deteksi dini sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut, baik bagi ibu maupun bayi, serta untuk meminimalkan risiko transisi menjadi diabetes tipe 2 di masa mendatang.

***

Penulis: Aneke Marisan

Editor: Puspa Anggun Pertiwi