VOKASI NEWS – Pengujian tanaman herbal yang berpotensi untuk pengobatan alternatif dalam penurunan tekanan darah tinggi (hipertensi).
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian serius. Kondisi ini ditandai dengan peningkatan tekanan darah melebihi batas normal, yakni lebih dari 140/90 mmHg. Tekanan darah normal umumnya berada di kisaran 120/80 mmHg. Jika tidak tertangani dengan tepat, hipertensi berisiko menyebabkan komplikasi seperti stroke dan gagal jantung.
Data dari World Health Organization (WHO) periode 2015–2020 menunjukkan bahwa sekitar 1,13 miliar orang di dunia hidup dengan hipertensi, atau satu dari tiga orang secara global. Di Indonesia, khususnya Provinsi Jawa Timur, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2022 mencatat bahwa sekitar 11,6 juta penduduk usia ≥15 tahun mengalami hipertensi. Dari jumlah tersebut, sekitar 61,10% telah memperoleh pelayanan kesehatan, meningkat 12,10% dibandingkan tahun sebelumnya.
Dalam perspektif Traditional Chinese Medicine (TCM), hipertensi dikaitkan dengan ketidakseimbangan energi tubuh. Faktor pemicunya meliputi kondisi mental yang tidak stabil, pola makan tidak seimbang, serta gangguan fungsi organ seperti Hati, Ginjal, dan Limpa. TCM menyebut kondisi ini dengan istilah Xuan Yuan (vertigo) dan Tou Tong (sakit kepala).
Penyebab dan Faktor Risiko
Berbagai faktor berperan dalam meningkatkan risiko hipertensi. Secara umum, penyebabnya terbagi menjadi dua kategori, yakni faktor individu dan lingkungan. Faktor individu meliputi usia, jenis kelamin, dan genetik. Sementara itu, faktor lingkungan antara lain pola makan tinggi garam, stres berkepanjangan, kebiasaan merokok, dan obesitas.
Dalam TCM, gangguan emosional dan pola makan yang tidak tepat menjadi penyebab utama hipertensi. Ketidakseimbangan antara Yin dan Yang, serta adanya patogen luar seperti angin, api, dan dahak, turut berperan sebagai pemicu tekanan darah tinggi.
Alternatif Pengobatan Herbal
Pengobatan hipertensi umumnya dilakukan dengan pemberian obat antihipertensi konvensional. Namun, penggunaan tanaman obat sebagai alternatif mulai diminati karena lebih ekonomis, alami, dan memiliki efek samping yang minimal.
Indonesia sebagai negara tropis memiliki kekayaan tanaman berkhasiat yang luas. Diperkirakan sekitar 90% dari total tumbuhan obat dunia dapat ditemukan di Indonesia. Banyak tanaman telah diteliti efektivitasnya secara ilmiah dan diketahui mengandung senyawa aktif yang mendukung penurunan tekanan darah.
Artikel ini merupakan hasil studi literatur terhadap berbagai tanaman herbal yang memiliki potensi sebagai terapi antihipertensi. Proses seleksi dilakukan terhadap jurnal nasional dan internasional yang diperoleh dari database seperti Google Scholar, PubMed, dan NCBI. Dari pencarian awal, ditemukan 15 tanaman, kemudian disaring menjadi delapan berdasarkan kriteria inklusi.
Tanaman yang dikaji meliputi:
- Jahe (Zingiber officinale)
- Bawang putih (Allium sativum)
- Kayu manis (Cinnamomum burmanii)
- Kunyit (Curcuma domestica)
- Daun salam (Syzygium polyanthum)
- Seledri (Apium graveolens)
- Bunga telang (Clitoria ternatea)
- Rosella (Hibiscus sabdariffa)
Seluruh tanaman tersebut diketahui mengandung senyawa seperti flavonoid, curcumin, gingerol, allicin, dan berbagai mineral yang berperan dalam mekanisme antihipertensi, seperti vasodilatasi, efek diuretik, penghambatan enzim ACE, dan aktivitas antioksidan.
Hasil Studi dan Kesimpulan
Delapan tanaman herbal yang dikaji menunjukkan potensi signifikan dalam menurunkan tekanan darah. Studi-studi yang dianalisis sebagian besar menggunakan desain kuasi-eksperimental dan uji statistik seperti paired sample t-test. Hasilnya menunjukkan adanya penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik berkisar antara 5 hingga 20 mmHg.
Dalam TCM, tanaman herbal bekerja melalui mekanisme yang selaras dengan teori keseimbangan Yin-Yang dan lima elemen tubuh. Pendekatan ini membantu menyeimbangkan fungsi organ utama seperti Hati, Jantung, Ginjal, dan Limpa. Oleh karena itu, pemanfaatan tanaman herbal tidak hanya berperan dalam aspek fisiologis, tetapi juga mendukung penyembuhan secara holistik.
[BACA JUGA: Asah Kompetensi Lapangan, Mahasiswa Magang di Dinas Pangan Sidoarjo]
Meskipun pengobatan herbal tidak menggantikan terapi medis utama, hasil studi ini menunjukkan bahwa tanaman tertentu dapat menjadi pelengkap terapi hipertensi, terutama pada tahap awal atau sebagai bagian dari gaya hidup sehat.
***
Penulis: Roby Muhammad Giri
Editor: Fatikah Rachmadianty