Analisis Dosis CBCT Dental untuk Keselamatan Pasien

Analisis Dosis CBCT Dental untuk Keselamatan Pasien_Dokumen Isimewa

VOKASI NEWS – Nilai dosis CBCT dental di RSUD Soewandhie dianalisis untuk optimasi radiasi dan mendukung keselamatan pasien sesuai standar global.

Cone Beam Computed Tomography (CBCT) adalah teknologi pencitraan tiga dimensi yang semakin banyak digunakan di bidang kedokteran gigi. Alat ini mampu menghasilkan gambar resolusi tinggi dengan paparan radiasi yang lebih rendah dibanding CT konvensional. Meski begitu, penggunaan CBCT tetap memerlukan optimasi dosis agar paparan radiasi tetap aman bagi pasien.

Di RSUD Dr. Mohamad Soewandhie Surabaya, sebanyak 50 pasien dewasa berusia 20–60 tahun menjalani pemeriksaan dental CBCT. Parameter yang dianalisis meliputi tegangan dan arus tabung, ukuran voxel, Field of View (FOV), serta indikator dosis seperti Dose Area Product (DAP) dan dosis efektif.

Nilai DAP tercatat berkisar antara 572–1509 mGy.cm² dengan rata-rata 1108,38 mGy.cm², sedangkan dosis efektif berada di kisaran 0,07–0,072 mSv dengan rata-rata 0,071 mSv. Nilai kuartil kedua (Q2) yang dijadikan typical dose value mencapai 1179 mGy.cm² untuk DAP dan 0,072 mSv untuk dosis efektif. Korelasi menunjukkan FOV sangat memengaruhi dosis efektif dengan koefisien 1,000.

Temuan Dosis dan Perbandingan Global

Nilai typical dose value ini kemudian dibandingkan dengan Diagnostic Reference Level (DRL) dari beberapa negara. India mencatat nilai lebih rendah di 150 mGy.cm², sementara Arab Saudi mencapai 1000 mGy.cm², dan Australia memiliki variasi tergantung protokol. Perbedaan ini dipengaruhi oleh variasi prosedur pemindaian dan regulasi keselamatan radiasi di masing-masing negara.

Langkah untuk Keselamatan dan Efisiensi

Hasil pengukuran dosis CBCT dental ini bisa menjadi acuan awal untuk menetapkan DRL nasional. Agar paparan radiasi semakin aman dan efisien, beberapa langkah disarankan:

  1. Memperluas jumlah sampel agar data semakin representatif.
  2. Memperkuat kolaborasi antara radiografer, dokter gigi, dan regulator dalam penyusunan panduan dosis aman.
  3. Memberikan pelatihan teknis tentang optimasi parameter CBCT.

Dengan langkah-langkah tersebut, pemanfaatan CBCT di Indonesia bisa berjalan lebih efektif, aman, dan selaras dengan standar keselamatan global.

[BACA JUGA: Inovasi Radiologi: Alat Imobilisasi untuk Pasien Non-Kooperatif]

***

Penulis: Lusiana Fitri Rahmawati

Editor: Habibah Khaliyah