VOKASI NEWS – Hasil penelitian tentang kebiasaan merokok pada pria dewasa muda serta kaitannya dengan kesehatan paru, risiko jangka panjang, dan pentingnya edukasi pencegahan.
Merokok masih menjadi kebiasaan umum di Indonesia, khususnya di kalangan pria dewasa muda. Banyak di antara mereka yang mulai merokok sejak remaja karena pengaruh lingkungan, rasa ingin tahu, atau dorongan untuk bersosialisasi. Kebiasaan ini kerap dianggap biasa, padahal rokok telah lama terbukti sebagai salah satu faktor risiko utama penyakit serius, terutama yang berkaitan dengan sistem pernapasan.
Salah satu indikator kesehatan paru adalah Arus Puncak Ekspirasi atau Peak Expiratory Flow Rate (PEFR). Indikator ini mengukur kecepatan udara yang dikeluarkan dari paru-paru saat seseorang menghembuskan napas sekuat-kuatnya. Nilai PEFR yang rendah dapat menandakan adanya hambatan pada saluran napas, kondisi yang sering ditemukan pada perokok berat maupun penderita penyakit paru obstruktif.
Hasil Penelitian dan Risiko Jangka Panjang
Sebuah penelitian di Desa Ganding, Kabupaten Sumenep, meneliti hubungan antara jumlah batang rokok yang dihisap per hari dengan nilai PEFR pada pria dewasa muda. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional, dengan jumlah rokok diukur melalui Indeks Brinkman, sedangkan nilai PEFR diukur menggunakan peak flow meter. Analisis data dilakukan menggunakan uji statistik untuk menilai hubungan kedua variabel.
Hasil penelitian menunjukkan seluruh responden tergolong perokok ringan dengan rata-rata nilai PEFR dalam kategori normal. Analisis lebih lanjut tidak menemukan hubungan signifikan antara jumlah rokok per hari dengan nilai PEFR. Meski demikian, temuan ini tidak berarti merokok aman bagi kesehatan paru. Dampak buruk merokok kerap muncul secara perlahan, bahkan pada perokok ringan, dan dapat berkembang seiring berjalannya waktu.
Berbagai studi lain menunjukkan bahwa meski jumlah rokok yang dihisap sedikit, kebiasaan merokok tetap dapat memicu penurunan fungsi paru secara bertahap. Dalam jangka panjang, perokok berisiko lebih tinggi mengalami penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, hingga kanker paru-paru. Kerusakan ini bersifat kumulatif sehingga semakin lama kebiasaan merokok berlangsung, semakin besar pula potensi gangguan pada kesehatan paru.
[BACA JUGA: Pengelolaan Overtime untuk Mencapai Work-life Balance]
Pentingnya Edukasi dan Pencegahan
Penelitian ini menegaskan perlunya edukasi mengenai bahaya merokok bagi pria dewasa muda. Kesadaran untuk menghentikan kebiasaan merokok sejak dini menjadi langkah penting dalam menjaga kesehatan paru. Upaya pencegahan diharapkan mampu menekan risiko gangguan pernapasan di masa depan dan menjaga kualitas hidup tetap optimal.
***
Penulis: Jaka Bagus Ramadhiansyah
Editor: Fatikah Rachmadianty