VOKASI NEWS – Peran Adam Malik dan Kantor Berita Domei dalam menyebarkan berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ke seluruh penjuru negeri pada tahun 1945.
Di era media sosial seperti sekarang, berita penting dapat menyebar hanya dalam hitungan menit. Misalnya, saat Presiden Prabowo mengumumkan reshuffle kabinet pada September 2025 lalu, informasi tersebut langsung tersebar melalui televisi, radio, hingga berbagai platform media sosial seperti TikTok, Instagram, dan YouTube. Komentar pun bermunculan dari berbagai kalangan, baik yang memahami konteks berita maupun yang sekadar ikut beropini. Namun, tidak jarang muncul “bumbu penyedap” berupa informasi yang belum dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Berbeda dengan masa kini, pada tahun 1945 penyebaran berita tidak semudah itu. Saat Presiden Soekarno membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur 56 pukul 10.00 WIB, bangsa Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menyebarkan kabar kemerdekaan. Keterbatasan alat komunikasi membuat penyebaran informasi harus dilakukan secara hati-hati dan rahasia, salah satunya melalui Kantor Berita Domei, yang saat itu masih berada di bawah kendali pemerintahan Jepang.
Peran Kantor Berita Domei dalam Menyebarkan Proklamasi
Kantor Berita Domei (同盟通信社, Dōmei Tsūshinsha) adalah kantor berita resmi Kekaisaran Jepang yang beroperasi sejak 1935 hingga 1945. Lembaga ini memiliki jaringan luas di Asia Timur, termasuk Indonesia, dan bertugas menyalurkan berita yang telah melalui sensor pemerintah Jepang. Meskipun awalnya berfungsi sebagai corong propaganda, Kantor Berita Domei memiliki peran besar dalam sejarah penyebaran berita kemerdekaan Indonesia.
Salah satu tokoh penting di balik peristiwa tersebut adalah Adam Malik, jurnalis muda sekaligus pimpinan Kantor Berita Domei di Jakarta. Dari tempat persembunyiannya, Adam Malik mendiktekan teks proklamasi melalui sambungan telepon kepada stafnya di kantor untuk segera disiarkan. Berita itu kemudian diteruskan ke cabang Domei di Bandung, Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya, agar segera disebarkan ke masyarakat.
Dari Surabaya Menjadi Viral ke Seluruh Nusantara
Meski berita proklamasi telah disiarkan, penyebarannya tidak langsung “viral” seperti berita masa kini. Para wartawan saat itu masih melakukan verifikasi ulang sebelum menyebarkan informasi. Salah satunya Bung Tomo, pimpinan Kantor Berita Domei Surabaya, yang memastikan kebenaran berita sebelum memberitakannya. Sikap “saring sebelum sharing” tersebut mencerminkan tanggung jawab moral insan pers pada masa itu.
Setelah kebenaran berita dipastikan, kabar kemerdekaan tersebar melalui berbagai media seperti koran Soeara Asia (Surabaya), Merdeka (Jakarta), Tjahaja (Bandung), Madura Syuu, dan Asia Raya (Jakarta). Poster dan spanduk juga digunakan untuk memperluas penyebaran informasi. Berita Proklamasi pun akhirnya meluas ke seluruh penjuru negeri, menandai lahirnya Indonesia sebagai bangsa merdeka.
Peristiwa ini menjadi bukti betapa besar kekuatan media dalam membentuk kesadaran publik. Saat berita kebenaran tersebar luas, bahkan penjajah Jepang tak mampu menahan arus informasi. Namun, perbandingan dengan situasi masa kini mengingatkan kita agar tetap bijak dalam menerima dan menyebarkan informasi. Jika berita itu benar, maka ia memperkuat pengetahuan bangsa. Tetapi jika tidak, berita tersebut bisa menyesatkan arah pikir masyarakat.
[BACA JUGA: Sejarah Museum Kanker Indonesia Surabaya]
***
Penulis: Luthfi Firmansyah



