Media Edukasi Video Tingkatkan Pengetahuan Pasien Kanker Payudara tentang Prosedur Radioterapi

VOKASI NEWS – Radioterapi menjadi salah satu penanganan utama pada kanker payudara dan sering diberikan setelah tindakan operasi atau kemoterapi. Prosedur ini membutuhkan pemahaman yang baik dari pasien karena terdapat beberapa tahapan penting. Salah satunya seperti simulasi, proses penyinaran, serta pemantauan efek samping. Tanpa edukasi yang memadai, banyak pasien merasa cemas, bingung, bahkan salah memahami proses yang akan dijalani. 

Salah satu tantangan yang ditemukan di instalasi radioterapi RS Indriati Solo Baru adalah tingginya pertanyaan berulang dari pasien terkait proses penyinaran. Kurangnya media edukasi khusus untuk prosedur radioterapi payudara turut mempengaruhi tingkat kesiapan dan rasa percaya diri pasien sebelum terapi dimulai. Kondisi tersebut menegaskan pentingnya inovasi edukasi yang lebih efektif dan mudah dipahami.

Tantangan edukasi radioterapi pada pasien kanker payudara yaitu, radioterapi menggunakan linear accelerator (linac) yang menghasilkan radiasi berenergi tinggi untuk menghancurkan sel kanker. Meskipun aman dan terukur, banyak pasien belum memahami cara kerja alat, tahapan penyinaran, serta alasan mengapa terapi dijalankan dalam beberapa sesi. Ketidaktahuan ini sering memicu kecemasan saat pertama kali masuk ruang penyinaran. 

Media Edukasi Prosedur Radioterapi pada Masyarakat

Edukasi lisan oleh tenaga kesehatan memang membantu, namun penyampaiannya bergantung pada waktu, kondisi pasien, serta jumlah petugas yang tersedia. Metode ini juga tidak selalu memastikan bahwa setiap pasien memahami informasi dengan kecepatan yang sama. Oleh karena itu, dibutuhkan media pendukung yang dapat diakses kapan saja dan dapat diputar ulang.

Media edukasi video dalam meningkatkan pemahaman penggunaan video edukasi menjadi salah satu metode yang dinilai efektif untuk memperjelas proses radioterapi kanker payudara. Video menghadirkan kombinasi suara dan gambar bergerak. Dengan begitu, informasi lebih mudah diterima, terlebih oleh pasien yang mengalami keterbatasan pemahaman saat penjelasan lisan berlangsung. Melalui visualisasi, pasien dapat melihat langsung ilustrasi tahapan persiapan, proses masuk ruang penyinaran, hingga apa yang akan dirasakan selama terapi.

BACA JUGA: [ELENTRA “Beyond Elegance, Embracing Hospitality” : Dies Natalis Ke-28 Program Studi Manajemen Perhotelan]

Perbandingan Antara Edukasi Berbasis Media dan Secara Lisan

Hasil penelitian di rs indriati solo baru menunjukkan bahwa video edukasi berdurasi lima menit mampu meningkatkan skor pengetahuan pasien secara signifikan. Pasien yang menonton video menunjukkan peningkatan pemahaman lebih tinggi dibandingkan mereka yang hanya menerima edukasi secara lisan. Hal ini menunjukkan bahwa visualisasi prosedur membantu mengurangi beban kognitif dan memperkuat daya ingat pasien.

Perbandingan edukasi lisan dan video pada prosedur radioterapi yaitu edukasi lisan tetap memberikan dampak positif terhadap peningkatan pengetahuan. Tenaga kesehatan dapat menjawab pertanyaan secara langsung dan menyampaikan informasi yang sesuai kondisi pasien. Komunikasi dua arah ini juga memperkuat kepercayaan pasien terhadap tenaga medis yang menangani proses terapi. 

Namun, video edukasi memberikan keunggulan tambahan. Pasien dapat memutar ulang materi kapan saja, terutama saat menunggu sebelum tindakan atau ketika membutuhkan penguatan pemahaman di rumah. Video juga menghadirkan ilustrasi yang tidak selalu mudah dijelaskan secara verbal, seperti bentuk posisi tubuh saat penyinaran, tampilan ruang radioterapi, atau cara kerja linac. 

Implementasi media edukasi untuk pelayanan radioterapi penerapan media edukasi audio visual berpotensi meningkatkan kualitas pelayanan di instalasi radioterapi. Materi video dapat ditampilkan di ruang tunggu, diberikan melalui pesan digital, atau diintegrasikan dalam sistem edukasi rutin sebelum tindakan. Penggunaan video juga dapat mengurangi waktu penjelasan berulang dan membantu tenaga kesehatan fokus pada komunikasi yang lebih spesifik sesuai kebutuhan pasien. 

Dengan dukungan edukasi yang baik, pasien kanker payudara akan lebih siap menjalani terapi, lebih mengerti prosedur yang ditempuh, serta lebih kooperatif selama proses penyinaran. Hal ini berpengaruh pada kelancaran tindakan, peningkatan kepuasan pasien, hingga keberhasilan terapi secara keseluruhan.

***

Penulis : Muhammad Damar Ali Bintang Gemilang

Editor: Puspa Anggun Pertiwi