Analisis Kadar AMH Berdasarkan Usia pada Pasien Wanita Program IVF

VOKASI NEWS – Infertilisasi atau In Vitro Fertilization (IVF) seringkali menjadi sumber kekhawatiran bagi pasangan suami istri yang menikah dalam waktu lama, namun belum dikaruniai anak . Meskipun penyebabnya tidak hanya dari faktor wanita, namun wanita merasa lebih tertekan. Penyebabnya karena anggapan bahwa hal tersebut menyalahi kodratnya akibat ketidakmampuan untuk hamil dan melahirkan. Ketidakmampuan tersebut disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya gangguan kesuburan atau infertilitas. Infertilitas merupakan kondisi sistem reproduksi sepasang suami istri yang belum dikarunia keturunan setelah satu tahun memutuskan untuk mempunyai anak. Terdapat banyak faktor penyebab infertilitas, baik faktor umum maupun khusus. Faktor umum antara lain seperti usia, kebiasaan merokok, dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Sedangkan faktor khusus seperti kelainan hormonal, gangguan sistem reproduksi, infeksi vagina, tumor, dan kista ovarium. Banyaknya faktor penyebab infertilitas juga diiringi dengan jumlah kasus yang ada. 

Menurut World Health Organization, dilihat dari gambaran global, terdapat sekitar 8% – 10% pasangan atau 50 – 80 juta pasangan di dunia mengalami infertilitas tiap tahunnya dan terus mengalami peningkatan. Sedangkan di Indonesia terdapat 12% – 15% atau sekitar 3 juta pasangan infertilitas. Sebanyak 64% infertilitas terjadi pada wanita dan 36% lainnya terjadi pada pria. Hal tersebut menandakan bahwa faktor wanita lebih dominan menjadi penyebab infertilitas. 

Solusi bagi In Vitro Fertilization (IVF)

Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran mengalami perkembangan sangat cepat sehingga memberikan dampak positif bagi masyarakat. Adanya terobosan baru berupa program In Vitro Fertilization (IVF) atau bayi tabung, sangat membantu pasangan suami istri yang sulit menghasilkan keturunan. Program IVF menjadi metode paling populer dan efektif dalam menangani masalah infertilitas pada pasangan yang mengalami kesulitan hamil secara alami. Penilaian cadangan ovarium pasien merupakan langkah krusial selama screening awal program IVF. Salah satu penanda biologis yang digunakan untuk menilai cadangan ovarium adalah AMH (Anti-Mullerian Hormone). AMH adalah hormon yang diproduksi oleh granulosa folikel preantral dan antral kecil yang kadarnya dalam darah mencerminkan jumlah folikel antral yang ada. Tingginya kadar AMH umumnya menunjukkan cadangan ovarium yang baik, sementara rendahnya kadar AMH mengindikasikan penurunan cadangan ovarium.

Faktor usia berperan penting dalam kesuburan wanita. Seiring bertambahnya usia, kualitas dan kuantitas sel telur cenderung menurun, yang pada akhirnya mempengaruhi kadar AMH. Oleh karena itu, perlu adanya evaluasi perbedaan kadar AMH berdasarkan usia serta mengetahui hubungan dan pengaruh antara kadar AMH dan usia. Hal ini bertujuan untuk memahami bagaimana usia mempengaruhi cadangan ovarium.

Analisis Kadar AMH Berdasarkan Usia 

Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan yaitu bulan Januari – Juni 2024 di Klinik ASHA IVF, Rumah Sakit Primasatya Husada Citra Surabaya menggunakan desain observasional analitik dengan metode pengumpulan data retrospektif. Data yang digunakan kemudian diklasifikasikan menjadi kelompok usia < 35 tahun dan kelompok usia ≥ 35 tahun. Pada proses pengujian, data diolah menggunakan IBM SPSS. Dilakukan uji normalitas (Kolmogorov-Smirnov) untuk mengetahui distribusi data, uji beda (independent sample t test) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kadar AMH pada pasien berusia < 35 tahun dan berusia ≥ 35 tahun, dan uji multivariat (regresi linear berganda) untuk mengetahui faktor lain yang berhubungan dan berpengaruh terhadap kadar AMH yaitu usia dan BMI. 

BACA JUGA: https://vokasi.unair.ac.id/strategi-penggalangan-dana-secara-digital-dengan-pengoptimalan-campaign-crowdfunding/

Setelah dilakukan uji normalitas dan didapatkan hasil bahwa data berdistribusi normal maka dilanjut pada uji beda. Pada hasil uji beda didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,000 atau < 0,05. Nilai tersebut menunjukan arti bahwa terdapat perbedaan bermakna antara hasil pemeriksaan kadar AMH pada pasien berusia < 35 tahun dan pasien berusia ≥ 35 tahun. Selanjutnya dilakukan uji multivariat dan didapatkan nilai hubungan (R) sebesar 0,603 yang artinya terdapat arah hubungan yang kuat antara usia, BMI, dan kadar AMH dengan persentase pengaruh (R) sebesar 36,3%. Persentase tersebut berarti sebesar 36,3% kadar AMH dipengaruhi oleh usia dan BMI, sedangkan 63,7% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diketahui.  Adapun nilai signifikansi pada koefisien regresi variabel usia sebesar 0,000 atau < 0,05 yang artinya usia memiliki hubungan dan pengaruh terhadap kadar AMH. Sedangkan nilai signifikansi pada koefisien regresi variabel BMI sebesar 0,054 atau > 0,05. Hal ini berarti BMI tidak ditemukan hubungan dan tidak memberikan pengaruh terhadap kadar AMH. 

Hasil Analisis Kadar AMH

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Terdapat perbedaan bermakna antara hasil pemeriksaan kadar AMH pada pasien wanita berusia < 35 tahun dan wanita berusia ≥ 35 tahun yang menjalani program IVF. Adapun terhadap faktor penyerta, usia memiliki hubungan dan pengaruh terhadap kadar AMH pada pasien wanita yang menjalani program IVF. Sedangkan pada BMI, tidak ditemukan adanya hubungan dan pengaruh terhadap kadar AMH pada pasien wanita yang menjalani program IVF.***

Penulis : Saskia Rachma

Editor: Galuh Candrawati