VOKASI NEWS – Mengetahui hubungan anemia terhadap pasien penderita gagal ginjal kronik. 

Gagal Ginjal Kronik (GGK) didefinisikan sebagai penyakit ginjal yang ditandai dengan adanya abnormalitas dari struktur organ maupun fungsinya yang terjadi lebih dari 3 bulan dan bersifat permanen. Menurut data Riskesdas (2018) terdapat peningkatan jumlah penderita penyakit GGK di Indonesia yang semula 0,2% pada tahun 2013 menjadi 0,38% pada tahun 2018.

Anemia merupakan kondisi dimana pasien mengalami penurunan hemoglobin dan hematokrit atau jumlah eritrosit. Kadar hemoglobin normal pada perempuan dewasa yaitu 12-15 gram/dL, sedangkan pada laki-laki dewasa adalah 13-17 gram/dL. Kadar hematokrit normal pada perempuan dewasa adalah 37-48%, sedangkan pada laki-laki dewasa adalah 42-52%.

Penyebab anemia diantaranya adalah malnutrisi, defisiensi zat besi dan asam folat, perdarahan, dan defisiensi vitamin B12. Sebagian besar pasien mengalami gejala ketika hemoglobin turun hingga dibawah 7 gram/dL. Gejala anemia adalah wajah pucat, mata berkunang-kunang, lemah, lesu, dan pusing. Namun, pada anemia berat dapat disertai sinkop (pusing) dan sesak napas. Anemia dapat dibagi menjadi anemia hemolitik, aplastik, mikrositik, normositik, makrositik, hipoproliferatif, dan hiperproliferatif.

Mengetahui Pengertian Gagal Ginjal Kronik

Gagal Ginjal Kronik (GGK) didefinisikan sebagai penyakit ginjal yang ditandai dengan adanya abnormalitas dari struktur organ maupun fungsinya yang terjadi lebih dari 3 bulan dan bersifat permanen. Abnormalitas dari struktur dan fungsi organ tersebut diantaranya albuminuria (lebih dari 30 mg/24 jam), abnormalitas sedimen urine, kelainan elektrolit yang disebabkan oleh gangguan reabsorbsi dan sekresi tubulus ginjal.

BACA JUGA: Potret Aspek 4A dan Dinamika Kunjungan Pariwisata di Petroleum Geopark Teksas Wonocolo Bojonegoro

Terdapat juga kelainan pada parenkim ginjal yang meliputi cortex dan medula pada pemeriksaan histopatologi ginjal, dan disertai penurunan laju filtrasi glomerulus. Pada pasien GGK, estimated Glomerular Filtration Rate (eGFR) atau perkiraan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2. Penegakan diagnosis GGK melalui pemeriksaan urinalisis, fungsi ginjal, radiologis, dan histopatologi ginjal. Penyakit GGK paling banyak disebabkan oleh penyakit hipertensi dan diabetes melitus

Hubungan Gagal Ginjal Kronik terhadap Anemia 

Ginjal memiliki fungsi untuk memproduksi hormon eritropoietin. Namun, ketika ginjal rusak, maka produksi hormon tersebut terganggu. Hormon eritropoietin merupakan hormon yang menstimulasi produksi eritrosit. Produksi hormon eritropoietin yang menurun pada pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) ini seringkali menyebabkan penurunan jumlah eritrosit yang berakibat pada kadar hemoglobin dan hematokrit yang juga menurun. Penurunan kadar hemoglobin dan hematokrit menyebabkan pasien mengalami anemia.

Selain itu, keluhan pada GGK dapat juga dapat disebabkan oleh kadar ureum darah tinggi, menurunnya masa hidup eritrosit dan perubahan homeostasis zat besi. Anemia pada GGK biasanya bersifat normositik, normokromik, dan hipoproliferatif. Prevalensi anemia pada pasien GGK yakni sekitar 36,6%. Penurunan hemoglobin secara signifikan terjadi ketika laju filtrasi glomerulus dibawah 43 mL/menit/1,73 m2. Hemoglobin menurun 0,3 g/dL setiap LFG menurun sebanyak 5 mL/menit/1,73 m2. Fungsi ginjal yang semakin menurun berakibat pada derajat anemia yang semakin berat.

Anemia dapat menyebabkan kelemahan, penurunan aktivitas dan kognitif, dan menurunnya kekebalan tubuh, sehingga akan berakibat pada penurunan kualitas hidup pasien. Penatalaksanaan anemia yang baik dapat menjaga kondisi tubuh pasien. Penatalaksanaan tersebut meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, penilaian status besi, pemberian preparat besi, dan terapi ESA (Erythropoietin Stimulating Agent). 

***

Penulis : Anisa Puji Rahmawati

Editor: Puspa Anggun Pertiwi – Tim Branding Fakultas Vokasi UNAIR