VOKASI NEWS – Teknologi Virtual Reality hadir sebagai solusi pembelajaran CT-Scan yang aman dan imersif pelajari lewat simulasi realistis.
Pendidikan di bidang kesehatan terus berkembang, terutama dalam menghadirkan inovasi yang dapat mendekatkan mahasiswa pada dunia praktik klinis. Salah satu teknologi yang kini mulai banyak digunakan adalah VICA (Virtual Reality CT-Scan). Dalam pembelajaran CT-Scan sebuah teknologi pencitraan medis yang menggunakan sinar-X untuk menghasilkan irisan gambar tubuh VR memberikan cara belajar yang lebih imersif dan realistis, melalui simulasi berbasi VR mahasiswa dapat mempelajari materi CT-Scan dengan aman tanpa resiko radiasi.
Teknologi CT-Scan (Computed Tomography Scan) merupakan salah satu metode pencitraan medis yang kompleks karena melibatkan banyak aspek teknis, mulai dari pemahaman prinsip kerja alat, prosedur pemeriksaan, hingga proteksi terhadap paparan radiasi. Mahasiswa dituntut tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu melakukan prosedur secara tepat, cepat, dan aman. Di sinilah peran media pembelajaran seperti VR sangat membantu dalam proses belajar yang lebih efektif.
Simulasi Nyata dalam Ruang Virtual
Di Program Studi D-IV Teknologi Radiologi Pencitraan Universitas Airlangga, mahasiswa semester IV mendapatkan pengalaman berbeda dalam mata kuliah CT-Scan. Mereka tidak hanya belajar teori di kelas, tetapi juga menjalani simulasi prosedur menggunakan media VICA (Virtual Reality CT-Scan). Penggunaan media ini dirancang agar mahasiswa dapat memahami prosedur, alat, hingga teknik pemindaian dalam lingkungan virtual yang menyerupai situasi klinis sesungguhnya.
Pembelajaran ini dilaksanakan langsung di Laboratorium Radiologi Vokasi Universitas Airlangga, saat mahasiswa mengikuti mata kuliah CT-Scan. Mahasiswa menggunakan perangkat headset VR dan menjalani simulasi seolah berada di ruang CT-Scan sebenarnya. Pengalaman ini memungkinkan mereka untuk berlatih langkah-langkah prosedur secara menyeluruh tanpa risiko terhadap pasien. Dalam proses belajar CT-Scan, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk menghafal urutan tindakan, tetapi juga memahami alasan di balik setiap langkah prosedur misalnya, mengapa posisi pasien harus disesuaikan dengan gantry, atau kenapa pemberian kontras harus mengikuti protokol ketat. Di sinilah peran VR menjadi penting, karena mahasiswa dapat mengulangi simulasi hingga mereka benar-benar memahami prosedurnya.
[BACA JUGA: Membedah SP2DK: Koreksi Fiskal atas Transportasi dan Selisih Jasa Tenaga Ahli Perusahaan]
Bangun Kepercayaan Diri dan Pemahaman Mendalam
Penggunaan media VR dalam pembelajaran CT-Scan terbukti memberikan dampak positif. Berdasarkan studi terhadap 193 mahasiswa, terjadi peningkatan signifikan dalam pengetahuan prosedural dan kepercayaan diri. Mahasiswa tidak hanya memahami urutan langkah, tetapi juga prinsip di balik tindakan, seperti keselamatan radiasi dan penyesuaian posisi pasien.
Simulasi realistis yang ditawarkan oleh VR membuat mahasiswa lebih siap menghadapi praktik klinis. Hal ini sejalan dengan teori self-efficacy dari Bandura, yang menyebut bahwa kepercayaan diri tumbuh seiring bertambahnya pengetahuan dan pengalaman. Dengan teknologi ini, mahasiswa belajar tidak hanya “apa” yang dilakukan, tetapi juga “mengapa” dan “bagaimana” melakukannya.
Virtual Reality kini menjadi solusi nyata dalam pendidikan kesehatan, menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik. Melalui media seperti VICA, mahasiswa menjadi pelaku aktif dalam proses belajar, membangun keterampilan teknis sekaligus mentalitas profesional sejak dari bangku kuliah. Pendekatan ini berpotensi menjadi standar baru dalam pendidikan radiologi modern.
***
Penulis: Valga Frieske Damarinka
Editor: Habibah Khaliyah