VOKASI NEWS – Noise Induced Hearing Loss (NIHL) adalah hilangnya pendengaran sebagian atau seluruhnya secara permanen pada salah satu atau kedua telinga. Menurut pengertian American Hearing Research Foundation 2012, NIHL disebabkan oleh kebisingan yang terus menerus di lingkungan tempat kerja.
NIHL termasuk dalam risiko kesehatan kerja yang serius apabila tidak segera ditangani. Segala sumber kebisingan atau sumber bunyi yang melebihi diatas 85 dBA berdampak pada kerusakan reseptor carti telinga bagian dalam. Pekerja yang bekerja dengan paparan lebih dari 85 dBA dalam 8 jam sehari akan berdampak NIHL yang dapat menurunkan produktivitas saat bekerja.
Apa Saja Faktor Penyebab NIHL?
Dalam lingkungan industri, semakin tinggi intensitas kebisingan dan semakin lama waktu pajanan bising yang dialami oleh pekerja. Dengan begitu, semakin parah pula gangguan pendengaran yang dialami oleh pekerja. NIHL tidak hanya disebabkan oleh faktor internal, tetapi juga dapat disebabkan oleh faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari usia, lama kerja, hipertensi, aterosklerosis, gangguan telinga tengah dan proses penuaan. Sedangkan dari faktor eksternal terdiri dari getaran, intensitas kebisingan, suhu abnormal dan obat atau zat ototoksik.
BACA JUGA: Moderasi Financial Distress Dalam Pengaruh Pembiayaan Leverage Pada Perusahaan Consumer Cyclical
Apa Dampak Paparan Kebisingan Terhadap Kesehatan?
Lingkungan kerja yang terpapar bising melebihi NAB yang telah ditentukan yaitu 85 dBA berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 5 Tahun 2018. Dampak kebisingan dapat dikelompokkan menjadi gangguan fisiologi, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan gangguan pendengaran. Berdasarkan gangguan fisiologi, adanya kebisingan di tempat kerja dapat memicu produksi hormon dan dapat meningkatkan tekanan darah tinggi. Hal tersebut dikarenakan paparan bising dapat meningkatkan kerja denyut jantung dan tekanan darah sehingga dapat menimbulkan stress pada pekerja yang mengarah ke gangguan fisiologis atau internal body system.
Gangguan psikologis yang dapat pekerja rasakan berupa perasaan mudah marah, perasaan tidak nyaman dan kurang konsentrasi sehingga dapat mempengaruhi produktivitas pekerja. Selain itu juga dapat mengganggu komunikasi antar pekerja karena saat bekerja terjadi pembicaraan antara pekerja lain perlu usaha lebih dengan meninggikan suara. Hal tersebut juga dapat menghambat pekerjaan secara kuantitas dan kualitas kerja serta dapat menimbulkan salah pengertian. Selain itu, bising juga dapat mempengaruhi gangguan pendengaran karena paparan bising. Paparan bising terus menerus menyebabkan penurunan daya pendengaran yang terjadi secara terus-menerus akibat kerusakan sel-sel pada organ telinga.
Bagaimana Upaya Pengendalian Dalam Mengatasi Kebisingan di Tempat Kerja?
Berdasarkan Hierarki Pengendalian (Hirarchy of control) Pengendalian kebisingan di tempat kerja dilakukan berdasarkan Hierarki Pengendalian sebagai berikut:
- Eliminasi
Eliminasi ditujukan pada sumber bunyi kebisingan berasal dan media perambatnya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pemindahan objek penyebab sumber kebisingan yang melebihi NAB.
- Subtitusi
Substitusi dapat dilakukan dengan penggantian bahan atau peralatan yang menjadi sumber bahaya menjadi lebih aman dan berada pada batasan yang dapat diterima.
- Modifikasi Engineering
Modifikasi Engineering dengan melakukan modifikasi pada alat atau proses kerja. Contohnya seperti memberikan dinding dan plafon kedap suara pada area yang memiliki intensitas kebisingan yang tinggi.
- Administrasi
Administrasi perlu dilakukan jika pengendalian secara teknis sudah tidak dapat dilakukan lagi. Administrasi difokuskan pada kegiatan manajemen misalnya dengan menyediakan ruang kontrol di bagian tertentu, pengaturan jam kerja yang disesuaikan dengan NAB dan pemberian safety sign pada area yang memiliki intensitas kebisingan melebihi NAB.
- APD (Alat Pelindung Diri)
Upaya pengendalian untuk menghindari kebisingan dapat dilakukan menggunakan Alat Pelindung Telinga yang berfungsi untuk mengurangi intensitas kebisingan yang diterima oleh telinga. APT terdiri dari sumbat telinga (ear plug) dan tutup telinga (earmuff).
***
Penulis: Vindi Juniar Windasari
Editor: Puspa Anggun Pertiwi