VOKASI NEWS – Sistem deteksi stres berbasis IoT dan logika fuzzy Mamdani dari Universitas Airlangga memantau tanda fisiologis secara real-time untuk pencegahan stres dini.
Teknologi untuk Pemantauan Stres Real-Time
Kemajuan teknologi memberikan peluang baru dalam mendeteksi stres secara cepat dan akurat. Stres yang tidak tertangani dapat menimbulkan gangguan fisik maupun psikologis, sehingga sistem pemantauan menjadi langkah penting untuk mencegah dampak jangka panjang.
Peneliti dari Program Studi Teknologi Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol Universitas Airlangga mengembangkan sistem deteksi tingkat stres berbasis Internet of Things (IoT) dengan pendekatan logika fuzzy Mamdani. Sistem ini mengukur tiga parameter fisiologis: resistansi kulit, detak jantung, dan suhu tubuh. Ketiganya diukur menggunakan sensor Galvanic Skin Response (GSR), MAX30102, dan DS18B20 yang terhubung pada mikrokontroler ESP32. Data dari sensor kemudian diolah menggunakan logika fuzzy untuk mengkategorikan tingkat stres pengguna.
Proses Analisis dan Hasil Pengujian
Logika fuzzy memungkinkan sistem memproses data dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi secara adaptif. Algoritma Mamdani mengubah data kuantitatif menjadi kategori linguistik seperti “Stres Berat,” “Stres Ringan,” dan “Tidak Stres.” Informasi ini ditampilkan pada perangkat keras dan dikirim secara nirkabel ke aplikasi di ponsel pengguna.
Pengujian dilakukan melalui simulasi aktivitas yang memicu stres, seperti bermain catur daring. Hasilnya menunjukkan sistem mampu mengklasifikasikan perubahan tingkat stres secara bertahap. Akurasi pengukuran tercatat tinggi, dengan nilai Mean Absolute Percentage Error (MAPE) sebesar 0,391% untuk suhu tubuh, 6,30% untuk detak jantung, dan 0,72% untuk saturasi oksigen. Sensor GSR mencatat tingkat akurasi hingga 90%.
Potensi Penerapan di Masyarakat
Sistem ini menawarkan manfaat signifikan di bidang kesehatan, khususnya pemantauan kesehatan mental. Integrasi dengan perangkat wearable dan teknologi IoT memungkinkan deteksi stres yang berkesinambungan dan dapat dilakukan secara mandiri.
Penerapannya dapat menjangkau berbagai kalangan, mulai dari pekerja, pelajar, hingga tenaga medis. Selain mendukung peningkatan kualitas hidup, teknologi ini juga dapat berfungsi sebagai sarana edukasi tentang pentingnya mengenali gejala stres sejak dini. Pemanfaatan mikrokontroler yang tersedia di pasaran membuat biaya produksinya relatif terjangkau.
[BACA JUGA: Optimalisasi Manajemen Waktu bagi Mahasiswa Menggunakan Aplikasi TimeBlocks]
Kehadiran inovasi ini diharapkan menjadi solusi efektif untuk mengatasi tantangan kesehatan mental di era modern. Dengan deteksi dini berbasis IoT dan logika fuzzy, masyarakat memiliki alat yang praktis dan efisien untuk mengelola stres, mendukung kehidupan yang lebih sehat dan produktif.
***
Penulis: Yulianita Rahma Widyanti
Editor: Fatikah Rachmadianty