VOKASI NEWS – Faktor pendorong dompet digital atau e-wallet menjadi transaksi yang banyak digemari di era digital terutama bagi generasi Z.
Dompet digital atau e-wallet terus menunjukkan pertumbuhan signifikan di kalangan pengguna muda, terutama Generasi Z. Layanan ini mempermudah transaksi sehari-hari sekaligus mendukung kebijakan Gerakan Nasional Non-Tunai (GNNT) dari Bank Indonesia. Generasi Z dikenal cepat beradaptasi terhadap teknologi dan sangat aktif menggunakan berbagai aplikasi digital. Namun, terdapat faktor khusus yang memengaruhi minat Generasi Z dalam menggunakan e-wallet secara berkelanjutan.
Faktor yang Mendorong Minat Penggunaan E-Wallet
Model UTAUT2 digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan teknologi oleh konsumen. Terdapat delapan konstruk dalam model ini, namun hanya tiga yang berpengaruh signifikan terhadap niat penggunaan e-wallet. Pertama, faktor habit atau kebiasaan, yang terbentuk dari penggunaan rutin dan terus-menerus dalam kehidupan harian. Faktor kedua adalah hedonic motivation, yaitu pengalaman menyenangkan saat menggunakan aplikasi digital dalam bertransaksi.
Faktor ketiga adalah price value, yaitu persepsi pengguna terhadap manfaat ekonomi yang diperoleh dari e-Wallet. Cashback, diskon, dan efisiensi biaya transaksi menjadi daya tarik utama bagi pengguna Generasi Z. Ketiga faktor ini menjadi pendorong utama yang membentuk loyalitas pengguna terhadap aplikasi dompet digital. Sementara itu, faktor lain seperti pengaruh sosial dan ekspektasi kinerja tidak menunjukkan pengaruh signifikan.
Perubahan Budaya Transaksi Digital
Generasi Z telah membentuk kebiasaan baru dalam bertransaksi secara digital menggunakan dompet elektronik. Transaksi digital kini tidak hanya terjadi di pusat perbelanjaan, tetapi juga di warung, transportasi online, hingga kampus. E-wallet dianggap lebih praktis, aman, dan sesuai dengan pola hidup cepat dan instan di era teknologi. Kebiasaan ini menjadi bukti keberhasilan digitalisasi sistem pembayaran di Indonesia.
GNNT sebagai program nasional mendapat dukungan nyata dari kebiasaan digital yang tumbuh di kalangan anak muda. Pemerintah terus mendorong adopsi sistem pembayaran non-tunai untuk meningkatkan efisiensi dan inklusi keuangan nasional. Layanan e-wallet menjadi ujung tombak dalam mendorong masyarakat menuju ekosistem keuangan yang lebih modern. Diperlukan kolaborasi antara pengembang teknologi, regulator, dan institusi pendidikan untuk memperkuat proses ini.
[BACA JUGA: Kena Pajak 800 Juta! 3 Kesalahan Bikin CV AS Diperiksa]
Arah Strategis Pengembangan E-Wallet
Penyedia layanan digital perlu memahami perilaku dan preferensi pengguna untuk meningkatkan keberhasilan aplikasi. Pendekatan yang hanya fokus pada teknologi tidak lagi cukup dalam memenangkan hati pengguna Generasi Z. Pengalaman pengguna yang menyenangkan serta manfaat ekonomi harus menjadi prioritas utama dalam pengembangan fitur. Kebiasaan digital dapat dibentuk melalui desain aplikasi yang menarik, program loyalitas, dan promosi terarah.
Institusi pendidikan juga berperan dalam membentuk literasi keuangan dan teknologi di kalangan mahasiswa. Pemahaman terhadap cara kerja sistem pembayaran digital dapat meningkatkan kesadaran dan keamanan dalam bertransaksi. Ke depan, adopsi teknologi finansial tidak hanya menjadi tren, tetapi menjadi kebutuhan yang terus berkembang. E-wallet berpotensi besar dalam membentuk pola transaksi yang lebih efisien, inklusif, dan berkelanjutan di masa depan.
***
Penulis: Siti Nur Rohmawati
Editor: Habibah Khaliyah