VOKASI NEWS – Pelajari tantangan dan peluang adopsi Byond by BSI di Surabaya serta strategi meningkatkan kepercayaan dan penggunaan layanan digital syariah.
Perbankan syariah di Indonesia terus berkembang pesat, seiring meningkatnya kesadaran masyarakat muslim untuk bertransaksi sesuai prinsip syariah yang menolak riba, maysir, dan gharar. Kehadiran bank syariah menjadi jawaban atas kebutuhan masyarakat akan layanan keuangan yang lebih adil dan sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pemerintah sendiri menunjukkan komitmen kuat dengan membentuk Bank Syariah Indonesia (BSI), hasil penggabungan tiga bank syariah milik negara yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 2021. Langkah ini diharapkan mampu memperkuat posisi bank syariah nasional sekaligus meningkatkan daya saingnya di tengah kompetisi industri perbankan yang kian ketat.
Salah satu inovasi andalan BSI adalah merilis aplikasi Byond sebagai pengganti BSI Mobile. Byond hadir untuk menjawab kebutuhan nasabah yang semakin mengutamakan kemudahan, kecepatan, dan efisiensi transaksi di era digital. Meski menawarkan fitur-fitur canggih, sayangnya tingkat minat masyarakat Surabaya untuk memanfaatkan Byond masih terbilang rendah. Padahal, Surabaya sebagai kota metropolitan dengan literasi digital dan akses internet tinggi seharusnya menjadi pasar potensial bagi layanan perbankan berbasis teknologi. Fakta ini menjadi tantangan tersendiri bagi BSI untuk meningkatkan adopsi Byond di kalangan nasabahnya.
Faktor yang Menarik Perhatian Penggunaan Byond by BSI
Saat Bank Syariah Indonesia (BSI) merilis aplikasi Byond, banyak orang berharap aplikasi ini bisa menjawab kebutuhan transaksi yang praktis dan sesuai prinsip syariah. Namun ternyata, tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk membuat masyarakat langsung tertarik memakainya. Ada beberapa hal yang sangat berpengaruh terhadap keputusan orang untuk mencoba aplikasi baru ini.
Pertama, tentu soal rasa percaya. Bagi sebagian besar calon pengguna, nama besar BSI saja belum cukup. pengguna juga ingin merasa yakin bahwa data pribadinya aman, transaksi berjalan lancar, dan reputasi banknya benar-benar bisa diandalkan. Inilah alasan mengapa kepercayaan menjadi kunci utama. Kalau pengguna sudah merasa aman dan nyaman, pengguna akan lebih berani menjadikan Byond sebagai pilihan utama dalam bertransaksi.
Selain soal kepercayaan, brand image yang dibangun BSI di mata publik juga tak kalah penting. Banyak orang memandang BSI sebagai bank syariah modern yang inovatif, berkelas, dan punya koneksi kuat dengan BUMN. Brand image ini menghadirkan rasa bangga bagi nasabah, sekaligus keyakinan bahwa layanan BSI tidak main-main dan profesional. Brand image seperti ini membuat masyarakat Surabaya merasa berminat untuk menjajal fitur-fitur Byond.
Tantangan dan Solusi Menarik Daya Minat Konsumen
Namun tidak semua faktor berjalan mulus. Rekomendasi dari mulut ke mulut, atau yang sering disebut E-WOM, ternyata belum banyak membantu. Mengapa? Karena ulasan di luar sana masih campur aduk. Ada yang senang dengan fitur Byond, tetapi ada juga yang kesal karena aplikasi lemot atau transaksi yang gagal. Situasi ini membuat orang cenderung menunda mencoba, menunggu kabar baik lebih konsisten dari pengguna lain. Bisa dimaklumi, Byond memang masih tergolong baru, sehingga perlu waktu untuk membangun komunitas pengguna yang loyal dan memberi ulasan positif.
Di sisi lain, media sosial justru jadi senjata ampuh untuk mendekatkan BSI dengan calon nasabahnya. Melalui konten yang informatif, interaktif, dan ringan, BSI berhasil membuat orang merasa lebih dekat dan terhubung. Media sosial menjadi sarana komunikasi dua arah yang efektif, memunculkan rasa akrab dan nyaman. Tidak hanya mempromosikan fitur Byond, media sosial juga berperan sebagai ruang edukasi keuangan yang membantu nasabah lebih percaya dan berani mencoba. Dengan cara ini, perlahan minat orang untuk memakai Byond pun tumbuh.
Dapat dipahami bersama, aplikasi Byond memiliki peluang besar untuk menjadi solusi perbankan syariah digital yang diterima lebih luas, khususnya di kota Surabaya. Melihat tren kebutuhan masyarakat terhadap layanan keuangan yang cepat, aman, efisien, dan sesuai syariah, BSI bisa memanfaatkan momentum ini untuk memperluas pasar dan memperkokoh posisinya sebagai pelopor bank syariah digital di Indonesia.
BACA JUGA: [Peran Ekualisasi dalam Menanggapi SP2DK atas Ketidaksesuaian Data Perpajakan]
***
Penulis: Imfany Mardelia