VOKASI NEWS – Fenomena digital fatigue berdampak pada mata, mental, postur, dan tidur. Kenali gejala, kelompok rentan, dan cara mencegahnya agar tetap sehat di era digital.
Dalam era modern yang serba digital, penggunaan perangkat elektronik seperti smartphone, laptop, dan tablet telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun, penggunaan yang berlebihan ini memunculkan kondisi baru yang dikenal sebagai kelelahan digital atau digital fatigue. Fenomena ini kini menjadi perhatian di dunia kesehatan karena dampaknya tidak hanya pada produktivitas, tetapi juga pada kesehatan fisik dan mental.
Digital fatigue merupakan kondisi kelelahan yang disebabkan oleh paparan berlebihan terhadap layar digital, baik untuk bekerja, belajar, atau hiburan. Gejala umum meliputi mata lelah (eye strain), sakit kepala, sulit konsentrasi, gangguan tidur, hingga stres atau kecemasan.
Penyebab Digital Fatigue dan Dampak Pada Kesehatan
Beberapa faktor penyebab kelelahan digital meliputi:
- Durasi penggunaan layar yang panjang, terutama tanpa jeda.
- Pencahayaan yang tidak ideal, baik dari layar maupun ruangan.
- Kurangnya aktivitas fisik akibat terlalu lama duduk di depan perangkat.
- Beban kognitif tinggi, terutama saat multitasking digital (menghadiri Zoom meeting sambil membalas pesan, dll).
Penggunaan layar digital dalam waktu lama menimbulkan beragam dampak pada kesehatan. Dari sisi kesehatan mata, paparan cahaya biru dapat menyebabkan iritasi, kekeringan, dan penurunan ketajaman penglihatan sementara. Kesehatan mental juga terdampak karena otak terus bekerja tanpa relaksasi, yang memicu stres, kecemasan, hingga insomnia. Dari aspek postur tubuh, duduk terlalu lama di posisi yang tidak ergonomis dapat memicu nyeri leher, punggung, dan gangguan muskuloskeletal. Sementara itu, kualitas tidur menurun akibat paparan cahaya biru di malam hari yang menghambat produksi melatonin, hormon pengatur tidur.
Kelompok yang Paling Rentan Terpapar Dampak Digital
Semua kalangan bisa terdampak oleh penggunaan teknologi yang berlebihan, namun ada beberapa kelompok yang lebih rentan. Pekerja kantoran dan pekerja jarak jauh (WFH) berisiko karena banyak menghabiskan waktu di depan layar. Mahasiswa dan pelajar daring juga rentan akibat aktivitas belajar yang sepenuhnya bergantung pada perangkat digital. Sementara itu, content creator dan gamer menghadapi paparan layar dalam durasi panjang demi kebutuhan pekerjaan atau hobi. Anak-anak yang menggunakan gadget tanpa pengawasan menjadi kelompok paling rawan karena minimnya kontrol terhadap durasi dan jenis konten yang diakses.
[BACA JUGA: Wujudkan Layanan Premium Melalui Peran Ganda Club Lounge Attendant di The Westin Surabaya]
Bagaimana Cara Mencegah dan Mengatasinya
Beberapa langkah sederhana dapat dilakukan untuk mengurangi dampak digital fatigue:
- Sediakan waktu untuk meditasi digital, yaitu waktu bebas gadget setiap hari untuk menjaga kesehatan mental.
- Terapkan metode 20-20-20: setiap 20 menit, alihkan pandangan ke objek sejauh 20 kaki (sekitar 6 meter) selama 20 detik.
- Batasi waktu layar dengan pengingat atau aplikasi manajemen screen time.
- Aktifkan mode malam (night mode) untuk mengurangi paparan cahaya biru.
- Atur pencahayaan ruangan agar tidak terlalu gelap atau terlalu terang.
- Lakukan istirahat aktif setiap satu jam untuk meregangkan tubuh dan mencegah gangguan postur.
Digital fatigue merupakan masalah kesehatan yang semakin nyata di tengah transformasi digital. Dengan kesadaran yang meningkat dan kebiasaan yang lebih sehat dalam penggunaan perangkat, kita bisa mengurangi dampaknya. Teknologi harusnya menjadi alat bantu, bukan sumber gangguan kesehatan.
***
Penulis: Mutiara Cahaya Ramadhani
Editor: Habibah Khaliyah