VOKASI NEWS – Kadar kreatinin memiliki peran penting dalam diagnosis dan manajemen pasien dengan gagal ginjal kronik (GGK).
Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible. Ini adalah kondisi dimana tubuh tidak mampu mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan, elektrolit dan mengalami peningkatan ureum, kreatinin dan penurunan laju filtrasi glomerulus. Penyebab terbanyak gagal ginjal kronik di Indonesia adalah penyakit komorbid seperti diabetes mellitus dan hipertensi.
Kondisi lain yang juga dapat menyebabkan GGK seperti usia, jenis kelamin, kegemukan, penyakit jantung, penyakit hati kronik dan juga gaya hidup yang kurang baik. Terdapat 5 stadium pada penyakit GGK, jika memasuki stadium akhir akan ditandai dengan ginjal tidak mampu mempertahankan substansi dalam tubuh. Oleh karena itu akan dibutuhkan penanganan lebih lanjut seperti tindakan hemodialisis sebagai terapi pengganti organ ginjal.
Diagnosis GGK sangat diperlukan agar penanganan sedari dini dan perawatan yang diberikan dapat mengurangi resiko kematian. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan sebagai penunjang diagnosis GGK diantaranya yaitu pemeriksaan kimia darah seperti kreatinin, BUN (Blood Urea Nitrogen) dan serum elektrolit. Pemeriksaan dilakukan setiap pre dan post terapi hemodialisis untuk menilai fungsi ginjal dan sebagai monitor keberhasilan terapi hemodialisis.
Kelompok Penderita Gagal Ginjal Kronik Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari kelompok jenis kelamin lebih banyak penderita berjenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan. Hal ini disebabkan laki-laki sangat berisiko terhadap terjadinya gangguan fungsi ginjal. Hal tersebut terjadi karena struktur dan anatomi saluran perkemihan yang panjang dan juga aliran urine yang lama. Dengan begitu berisiko menempelnya sisa metabolisme pada saluran kemih dan dapat terjadi infeksi pada ginjal.
Selain itu perilaku dan gaya hidup laki-laki yang kurang baik seperti merokok, minuman instan, kopi, alkohol, dan minuman suplemen yang juga menjadi alasan banyaknya populasi laki-laki pada penyakit GGK. Pasien dengan kategori lansia merupakan kelompok usia pengidap GGK terbanyak terutama pada fase lansia, kelompok lansia awal merupakan kelompok usia dengan penderita GGK terbanyak.
BACA JUGA: Mahasiswa Tingkat Akhir Rentan Mengalami Stres dan Kesulitan Tidur, Apa Penyebabnya?
Hal tersebut dikarenakan semakin bertambah umur seseorang fungsi renal akan semakin menurun. Tubuh manusia mulai pada umur 40 tahun akan mengalami penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) secara progresif hingga umur 70 tahun. Dengan terjadinya pertambahan usia, kemampuan ginjal akan berkurang dalam merespon perubahan cairan dan elektrolit yang akut.
Kadar Kreatinin Pada Pasien Penderita GJK yang Melakukan Hemodialisis
Kadar kreatinin pre hemodialisis akan tinggi melebihi kadar nilai normal. Sedangkan hasil kreatinin post hemodialisa hampir seluruhnya mengalami penurunan. Kadar nilai BUN post hemodialisis mengalami penurunan pada mayoritas pasien. Seringkali terlihat bahwa kadar BUN nilainya berubah-ubah bahkan sangat tinggi melebihi kadar normal karena tingginya BUN tergantung tingkat kerusakan LFG. Penurunan BUN lebih besar dibanding kreatinin setelah hemodialisis disebabkan beberapa faktor. Diantaranya yaitu urea lebih larut dalam air dibanding kreatinin.
Selama proses hemodialisis, darah pasien dialirkan melalui membran buatan (dialiser) untuk membersihkan urea dan kreatinin. Larutannya dalam air akan lebih mudah dikeluarkan melalui proses filtrasi dan difusi. Kreatinin lebih banyak terdistribusi dalam jaringan otot dan memiliki volume distribusi yang lebih besar daripada urea. Hal ini menyebabkan kreatinin lebih lambat untuk mencapai keseimbangan antara darah dan jaringan saat dialisis. Dengan begitu, konsentrasinya dalam darah setelah dialisis mungkin tidak menurun secepat urea
Kadar natrium pre hemodialisis sebagian besar mengalami hiponatremia dan post hemodialisis mayoritas mengalami peningkatan. Peningkatan hasil natrium disebabkan oleh proses hemodialisis sebagai pengganti ginjal yang berfungsi menjaga keseimbangan elektrolit. Kadar kalium post hemodialisis mengalami penurunan. Kadar kalium yang mengalami hiperkalemi saat pre hemodialisis sebagian besar berubah menjadi normal sesuai nilai rujukan post hemodialisis. Klorida post hemodialisis juga mengalami penurunan pada penelitian ini.
Disimpulkan terjadi perbaikan kadar kreatinin, BUN, natrium, kalium dan klorida pada pasien GGK dengan adanya perbedaan yang signifikan antara pre dan post hemodialisis.
***
Penulis: Mar’atus Sholihah
Editor: Puspa Anggun Pertiwi