Gambaran Kelelahan Kerja Operator Articulated Dump Truck di Area Operasional Tambang PT. Agincourt Resources

VOKASI NEWS – Mengetahui faktor kelelahan kerja di area operasional tambang PT. Agincourt Resources dan program pengelolaannya bagi pekerja.

Kelelahan kerja adalah kondisi fisik dan mental yang muncul karena tekanan berlebihan dan kerja terus-menerus, menyebabkan penurunan performa, ketidaknyamanan fisik, dan masalah kesehatan mental. Penyebabnya bisa termasuk beban kerja berat, kurang istirahat, lingkungan kerja yang buruk, dan stres kronis. Dampaknya mencakup penurunan konsentrasi, peningkatan risiko kecelakaan, serta gangguan tidur dan kesehatan mental. Oleh karena itu, penting untuk mengelola dan mencegah kelelahan kerja demi kesejahteraan dan produktivitas pekerja (Hamzah, 2019).

BACA JUGA: Pembuatan Puzzle sebagai Media Pembelajaran Kosakata untuk Anak Usia Dini

Kelelahan kerja di perusahaan  menyoroti permasalahan yang dihadapi oleh karyawan akibat tekanan kerja yang berlebihan dan kurangnya manajemen waktu yang efektif. Faktor-faktor seperti tuntutan proyek yang ketat, jadwal kerja yang tidak teratur, dan penggunaan teknologi yang memperpanjang jam kerja dapat menyebabkan kelelahan fisik dan mental (Ekawarna, 2021).

Pengamatan yang telah dilakukan mendapatkan total populasi operator ADT shift pagi sebanyak 33 orang. Penelitian ini bersifat observasional deskriptif, dengan  mengamati responden tanpa memberikan intervensi dan bertujuan untuk menggambarkan kejadian yang ditemukan. Pendekatan yang digunakan adalah cross-sectional, karena penelitian, pengamatan, dan pengumpulan data dilakukan pada satu waktu secara bersamaan. 

Program Kelelahan Kerja untuk Operator ADT

Penelitian dilakukan di site Martabe pada tanggal 22 Februari hingga 12 April 2024. pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner Swedish Occupational Fatigue Inventory (SOFI)

Didapatkan hasil mayoritas operator ADT mengalami kelelahan kerja  ringan sebanyak 28 orang  dengan persentase 87,5% dari 33 operator. Hal ini dikarenakan perusahaan telah membuat program pengelolaan kelelahan kerja untuk operator ADT. Program Pengelolaan Kelelahan Kerja pada Operator ADT:

Penilaian Kelelahan

  1. Diri Sendiri. Operator harus melaporkan ke supervisor jika mengalami gejala kelelahan.
  2. Rekan Kerja. Rekan kerja harus mengidentifikasi bahaya kelelahan dan mendiskusikan kekhawatiran dengan operator atau supervisor.
  3. Supervisor. Supervisor dilatih untuk mengidentifikasi kelelahan dan menggunakan alat untuk penilaian risiko dan pengendalian.

Kontrol Dengan Kamera Fatigue

  1. Warning Level 1. Peringatan jika mata tertutup 2-3 detik atau tidak fokus: “Hati-hati, tetap fokus”. Operator harus berhenti dan melapor.
  2. Warning Level 2. Mata tertutup lebih dari 3 detik: “Anda mengantuk, stop! Lapor Pengawas”. Operator harus berhenti dan parkir di tempat aman.
  3. Face Missing. Wajah tidak terdeteksi lebih dari 10 detik.
  4. Smoking. Operator merokok saat unit berjalan.
  5. Phone Warning. Operator berbicara menggunakan handphone lebih dari 10 detik.
  6. Cover Warning. Benda menutupi kamera fatigue.
  7. Look Around Warning. Operator menoleh ke samping lebih dari 5 detik.
  8. Yawn Warning. Operator menguap: “Mohon untuk beristirahat.”

Hasil Penelitian Kelelahan Kerja di PT. Agincourt Resources

Meski sudah ada program pengelolaan kelelahan, pengukuran tingkat kelelahan kerja secara subjektif belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan pengukuran menggunakan kuesioner SOFI untuk lebih memperkuat apakah hal ini juga dirasakan secara subjektif dari para operator ADT.

Berdasarkan analisis data pada penelitian kelelahan menggunakan metode SOFI untuk operator ADT  pada area operasional PT.AR didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 

  1. Operator ADT  (36,4%) merupakan pria, dan (63,6%) merupakan wanita. Operator  dengan usia dewasa awal sebanyak (45,5%), dengan usia dewasa akhir sebanyak (42,4%), dan pekerja dengan usia lansia awal sebanyak (12,1%). Sebagian besar operator ADT  memiliki masa kerja lama yaitu sebanyak (66,7 %), operator yang memiliki masa kerja sedang sebanyak (9,1%), dan operator ADT dengan masa kerja baru sebanyak (24,2%).
  2. Ditemukan sebagian besar operator ADT PT.MMS mengalami kelelahan ringan sebanyak (84,8%). Sedangkan operator yang mengalami kelelahan sedang yaitu sebanyak (12,2%).
  3. Operator ADT  yang mengalami kelelahan kerja sedang yaitu operator dengan jenis kelamin pria dengan persentase (16,7%), sedangkan untuk operator jenis kelamin wanita mengalami kelelahan kerja sedang dengan persentase (14,3%). Operator dengan usia dewasa awal mengalami kelelahan sedang sebanyak (13,3%), lalu untuk operator dengan usia dewasa akhir yang mengalami kelelahan sedang sebanyak (14,3%), sedangkan operator dengan usia lansia awal memiliki tingkat kelelahan paling tinggi dengan persentase (25%). Serta Operator dengan masa kerja baru memiliki kelelahan kerja sedang dengan persentase(12,5%), untuk operator ADT dengan masa kerja sedang yang memiliki kelelahan kerja sedang dengan persentase (33,3%), dan untuk operator ADT dengan masa kerja lama yang memiliki masa kerja sedang sebanyak (13,6%).
  4. Perusahaan telah mempunyai manajemen kelelahan kerja yang mengatur tentang pencegahan kelelahan kerja, dengan cara mengatur faktor penyebab dan berjalan dengan baik sehingga pada penelitian ini kelelahan kerja mayoritas pekerja mendapatkan tingkat kelelahan ringan.

***

Penulis: Timothy Meirano Siemens Kadisan

Editor: Puspa Anggun Pertiwi – Tim Branding Fakultas Vokasi UNAIR