VOKASI NEWS – Mengetahui status gizi pasien yang sedang menjalani hemodialisa atau cuci darah di RSUD Ibnu Sina Gresik.
Penyakit ginjal kronis (PGK) adalah salah satu penyakit yang sedang mengalami peningkatan di seluruh belahan dunia dan diperkirakan akan terus meningkat. Malnutrisi lebih sering ditemukan pada penderita PGK yang menjalani hemodialisis dibandingkan dengan populasi umum (Sumirah dkk., 2022). Pada pasien PGK stadium akhir akan dilakukan hemodialisis, akibatnya sering terjadi mual muntah. Hal tersebut menyebabkan pasien PGK rentan terjadi malnutrisi.
Malnutrisi adalah kondisi dimana terjadi kehilangan otot dan cadangan protein viseral. Pada penderita PGK, biasanya disebabkan oleh asupan nutrisi yang tidak memadai (Insani dkk., 2019). Prevalensi malnutrisi pada penderita PGK ini meningkat secara bertahap seiring dengan berkurangnya fungsi ginjal yang tersisa. Malnutrisi Merupakan kondisi serius pada penderita PGK (Sattidkk., 2021).
Kasus Penderita Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisa
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), tahun 2021 sebanyak lebih 843,6 juta pasien gagal ginjal dan diperkirakan jumlah kematian akan meningkat 41,5% pada tahun 2040. Angka yang tinggi ini menunjukkan bahwa gagal ginjal kronis menempati urutan ke-12 di antara semua penyebab kematian (Aditama dkk., 2024).
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan pada tahun 2020 didapatkan bahwa jumlah pasien yang mengidap PGK di Indonesia sebanyak 18.613 pasien. Provinsi Jawa Timur sendiri sebesar 0,3% dari jumlah populasi pasien PGK di Indonesia. Berdasarkan data hasil survey yang dilakukan oleh Saniyah dkk pada Maret 2020 di RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik, jumlah pasien penyakit ginjal kronis mengalami peningkatan mencapai 100%. Pada tahun 2018 terdapat 550 pasien sampai dengan tahun 2019 menjadi 1.422 pasien(Saniyah dkk., 2020).
BACA JUGA: Penyebab Keluhan Computer Vision Syndrome (CVS) pada Pekerja Kantor
Kondisi klinis pada PGK sangat bervariasi mulai dari penurunan fungsi ginjal yang paling ringan yaitu stadium 1 hingga penurunan fungsi ginjal yang paling berat atau tahap akhir yaitu stadium 5. Pada PGK yang sudah masuk tahap akhir (stadium 5) terdapat tindakan terapi pengganti ginjal yaitu dialysis hemodialisis(HD). Terdapat beberapa masalah pada pasien penderita PGK yang menjalani terapi hemodialisa salah satunya adalah malnutrisi. Asupan gizi yang tidak adekuat merupakan penyebab utama dari malnutrisi pada pasien PGK.
Kasus malnutrisi pada pasien PGK dapat dicegah dengan cara melakukan penilaian dan pemantauan status gizi pada pasien penyakit ginjal kronis dengan menggunakan indeks massa tubuh (IMT). Selain itu, untuk mencapai status gizi yang baik sangat diperlukan pengaturan diet pada pasien PGK. Status gizi dan diet yang benar sangat dianjurkan bagi pasien PGK yang sedang menjalani terapi hemodialisa (Saniyah dkk., 2020).
Metode dan Hasil Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang dilakukan pada bulan Juni 2024 di Ruang Hemodialisa RSUD Ibnu Sina Gresik. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien PGK yang menjalani hemodialisis di RSUD Ibnu Sina Gresik dengan rata-rata sebanyak 170 pasien per bulan. Banyak sampel yang digunakan sebanyak 119 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun metode sampling yang digunakan adalah non-probability sampling dengan teknik consecutive sampling. Pengambilan data dilakukan menggunakan lembar observasi IMT.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 119 responden pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Ibnu Sina Gresik, menunjukkan sebanyak 52 responden (43,7%) memiliki status gizi normal. Sedangkan 14 responden (11,8%) dengan kategori overweight dengan risiko, 33 responden (27,7%) dengan kategori obesitas I, 7 responden (5,9%) dengan kategori obesitas II. Yang terakhir, sebanyak 13 responden (10,9%) dengan kategori status gizi kurang.
Dari 52 responden (43,7%) dengan status gizi normal sebanyak 50 responden (96,2%) memiliki frekuensi makan tiga kali sehari. Selain itu, sebanyak 33 responden (63,5%) memiliki porsi makan normal yaitu satu porsi. Faktor yang mempengaruhi pola konsumsi yaitu jumlah (porsi) makanan, jenis makanan, dan frekuensi makan. Pola konsumsi makanan mempengaruhi status gizi (Khusniyati dkk., 2021).
Status gizi normal pada responden dapat dipengaruhi oleh pola konsumsi yang baik. Pola konsumsi seseorang dapat digambarkan dengan banyaknya makanan yang dikonsumsi per hari. Indikator dari status gizi yang normal adalah frekuensi makan normal dimana responden makan seperti orang pada umumnya yaitu 3 kali sehari dengan porsi yang tidak melebihi dari batas yang diperlukan oleh tubuh dan mengandung nutrisi yang seimbang.
***
Penulis: Muhammad Ryan Taufiq
Editor: Puspa Anggun Pertiwi