VOKASI NEWS – Mental health atau kesehatan mental adalah keadaan kesejahteraan psikologis yang memungkinkan seseorang mengatasi tekanan hidup, mengembangkan kemampuannya, belajar dengan baik, bekerja, dan berkontribusi pada komunitasnya. Kesehatan mental adalah bagian penting dari kesehatan dan kesejahteraan, mendukung kemampuan individu dan kolektif kita untuk mengambil keputusan, membangun hubungan, dan membentuk dunia tempat tinggal. Mental health adalah hak asasi manusia yang mendasar. Mental health sangat penting untuk pembangunan individu, komunitas, dan sosial ekonomi (WHO, 2022).
BACA JUGA: Peran Orang Tua dalam Menjaga Kesehatan Mental Anak
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap depresi antara lain kurangnya rasa percaya diri, dan mengalami peristiwa traumatis. Selain itu juga bisa ketergantungan pada alkohol atau obat-obatan terlarang, penyakit mental lainnya, dan berbagai faktor lainnya. Gen-Z merupakan generasi yang memiliki kecenderungan permasalahan kesehatan mental dari generasi lain. Generasi ini berjuang mencari kesejahteraan psikologi ini disebabkan karena generasi ini mengalami tekanan hampir dua kali lipat dibanding generasi tua.
Prevalensi Kasus Mental Health pada Gen Z
Gangguan kesehatan mental di kalangan Gen Z atau Generasi Z meningkat sebesar 200%. Sebagaimana dilansir dari situs Kementerian Kesehatan, sebanyak 6,1 persen penduduk Indonesia yang berusia di atas 15 tahun menderita masalah kesehatan mental. Psikiater dr Lahargo Chamberlain dari SpKJ pun membenarkan adanya peningkatan tersebut. Dalam praktik klinis, Dr. Lahargo menemukan bahwa gangguan mental health yang paling umum di kalangan Gen Z adalah gangguan kecemasan, depresi, dan bunuh diri.
Lebih dari separuh (54%) Gen Z mengatakan kecemasan mereka semakin memburuk selama setahun terakhir, terutama tahun 2023. Hasil survei Deloitte mengungkap bahwa Generasi Z memiliki kekhawatiran utama terkait biaya hidup (53%), mencerminkan keprihatinan terhadap tingginya biaya kebutuhan dasar. Selain itu juga mengkhawatirkan pengangguran (22%), perubahan iklim (21%), kesehatan mental (19%), dan keamanan pribadi (17%). Hal tersebut mencerminkan ketidakpastian ekonomi, kepedulian terhadap lingkungan,dan kesadaran akan kesejahteraan mental dan privasi personal.
Sebuah studi yang dilakukan oleh perusahaan pengelola data kesehatan Harmony Healthcare IT menemukan bahwa Gen Z, atau orang-orang berusia antara 18 dan 26 tahun, saat ini menderita gangguan kecemasan. Depresi merupakan salah satu jenis penyakit mental yang lebih rentan dialami oleh Gen Z. Sebuah penelitian di University College London menemukan bahwa Gen Z memiliki tingkat depresi lebih tinggi dibandingkan dua pertiga generasi milenial.
Faktor Utama yang Mempengaruhi Kesehatan Mental
Menurut Survei Global Gen Z tahun 2022, perempuan Gen Z dua kali lebih mungkin memiliki kesehatan mental yang buruk dibandingkan laki-laki. Di sebagian besar negara, mental health Gen Z memburuk tanpa alasan yang jelas. Dr Lahargo mengatakan bahwa kapasitas mental yang menjadi faktor utama ini dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:
- Genetik
- Pola asuh orang tua
- Pendidikan
- Regulasi emosi
- Keterampilan sosial
- Kemampuan hidup
Adapun stressor, jelasnya, adalah beragam masalah pada psikososial seseorang, yakni hubungan antara kondisi sosial seseorang dengan kesehatan mentalnya.
Kemajuan teknologi dan kesadaran akan berbagai isu global telah menciptakan peluang bagi manusia untuk berinovasi dan membawa perubahan positif dalam masyarakat. Di era digital yang ditandai dengan kecepatan dan ketangkasan, Generasi Z memiliki keunggulan yang sangat penting dalam menentukan masa depan. Mengelola tantangan yang dihadapi oleh generasi ini, seperti teknologi yang kompleks dan masalah kesehatan mental, membutuhkan kerja sama dan dukungan dari berbagai pihak, baik individu, mahasiswa, maupun kolektif.
***
Penulis: Putri Auliya Virnanda
Editor: Puspa Anggun Pertiwi