VOKASI NEWS – Perkembangan teknologi digital membawa perubahan besar pada cara berbelanja masyarakat, termasuk belanja impulsif. Salah satu perubahan signifikan adalah munculnya social commerce, yaitu penggabungan antara fungsi media sosial dan e-commerce dalam satu platform. Fenomena ini sangat relevan bagi Generasi Z, kelompok usia yang dikenal aktif dan adaptif terhadap teknologi digital.
Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Airlangga menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa Generasi Z telah familiar dan aktif menggunakan platform social commerce seperti Shopee dan TikTok Shop. Hasil survei terhadap 100 responden menunjukkan bahwa produk seperti fashion, makanan ringan, dan skincare menjadi pilihan utama dalam belanja impulsif.
Mengapa Generasi Z cenderung melakukan belanja impulsif?
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ulasan positif dari pengguna lain serta kemampuan untuk membandingkan harga menjadi faktor dominan yang mendorong keputusan pembelian secara spontan. Fitur-fitur seperti live streaming, konten visual menarik, serta rekomendasi dari influencer ternyata memiliki pengaruh yang lebih rendah dibandingkan persepsi kepercayaan dan nilai praktis dari sebuah produk.
Kapan fenomena ini mulai berkembang? Dalam tiga tahun terakhir, terutama sejak pandemi dan meningkatnya penetrasi internet, penggunaan social commerce melonjak tajam. Platform seperti TikTok Shop dan Shopee semakin agresif mengintegrasikan fitur sosial dengan belanja online, termasuk melalui keranjang kuning, diskon eksklusif, dan live selling.
Di mana tren ini paling terasa? Di lingkungan mahasiswa Universitas Airlangga Kampus B, mayoritas responden berasal dari fakultas vokasi dan ekonomi, menunjukkan bahwa mahasiswa yang lebih dekat dengan dunia bisnis memiliki ketertarikan tinggi terhadap platform social commerce.
Apa implikasi dari tren ini?
Bagi pelaku bisnis, penting untuk memahami bahwa Generasi Z tidak hanya membeli berdasarkan dorongan emosional, tetapi juga mempertimbangkan nilai fungsional. Artinya, meskipun impulsif, keputusan pembelian mereka tetap dilandasi oleh ulasan, harga, dan pengalaman sebelumnya.
Bagaimana strategi yang dapat diterapkan? Para pelaku usaha perlu mengoptimalkan kepercayaan konsumen melalui ulasan autentik, transparansi harga, dan pengalaman belanja yang menyenangkan. Konten visual dan user-generated content masih relevan, namun harus dibarengi dengan kualitas produk dan pelayanan yang prima agar pelanggan tidak hanya melakukan pembelian sekali, tetapi juga kembali bertransaksi.
Penelitian ini menunjukkan bahwa social commerce bukan sekadar tren sesaat, melainkan bagian dari gaya hidup digital Generasi Z. Pemahaman terhadap perilaku impulsif yang rasional ini menjadi kunci dalam merancang strategi pemasaran yang efektif di masa mendatang.
BACA JUGA: [Ekspedisi Vokasi 2025: Langkah Kecil Menuju Masa Depan Besar]
***
Penulis: Christopher Nicholas Benedict Herdiawan
Editor: Oky Sapto Mugi Saputro