VOKASI NEWS – Dibalik keindahan Green Island Banyuwangi layaknya Labuan Bajo, kini pesonanya terancam oleh kerusakan ekosistem akibat aktivitas tambang di sekitar Gunung Tumpang Pitu.
Pesona Green Island, Surga Tersembunyi di Banyuwangi
Banyuwangi – Green Island belakangan mulai menarik perhatian wisatawan sebagai destinasi baru di pesisir selatan Banyuwangi. Lautnya jernih, pasir putih bersih, dan gugusan pulau kecil tampak terapung di biru air laut. Kawasan ini digadang-gadang sebagai “Labuan Bajo versi murah” karena keindahannya yang alami (banyuwangibagus.com). Biaya wisata yang terjangkau dan akses mudah dari pantai menambah daya tarik. Panorama bawah laut yang masih alami membuat kawasan ini populer bagi pecinta snorkeling dan fotografi.
Ancaman Ekosistem dari Aktivitas Tambang
Di balik pesona Green Island, terdapat kenyataan yang mengkhawatirkan. Tak jauh dari kawasan ini berdiri Pulau Merah atau Red Island, yang lebih dulu dikenal wisatawan. Wilayah tersebut dekat Gunung Tumpang Pitu, lokasi aktivitas pertambangan emas yang telah berlangsung bertahun-tahun (detik.com). Aktivitas pertambangan resmi dimulai pada 2012 setelah perusahaan memperoleh Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi (IUP OP). Dampak dari kegiatan ini perlahan mulai terlihat pada ekosistem laut di sekitarnya.
Dampak pada Nelayan dan Kehidupan Laut
Beberapa nelayan mengaku semakin sulit menemukan benih lobster dan jenis ikan tertentu dalam beberapa tahun terakhir. Mereka menilai hal ini berkaitan langsung dengan aktivitas pertambangan yang memengaruhi ekosistem laut sekitar Red Island (blok-a.com).
“Karena ada pertambangan itu jadi berdampak ke benih-benih lobster. Sekarang susah carinya, apalagi untuk dibudidaya,” ujar seorang nelayan. Dahulu, benih lobster mudah ditemukan dekat pantai, kini harus dicari lebih jauh ke tengah laut dengan hasil yang tidak menentu.
Selain dampak laut, aktivitas tambang juga merusak daratan. Penggundulan hutan di lereng Gunung Tumpang Pitu membuat area lebih rentan longsor dan meningkatkan aliran lumpur. Saat hujan deras, lumpur serta material tambang terbawa ke laut hingga menutupi terumbu karang di pesisir. Lapisan lumpur tersebut membuat karang sulit “bernapas” dan berpotensi mati. “Harusnya kalau ada alam sebagus itu dirawat, bukan malah dirusak karena tamaknya manusia,” tambah nelayan tersebut.
Tantangan Pelestarian Green Island
Green Island kian populer di kalangan wisatawan, namun kondisi sekitarnya menunjukkan fakta berbeda. Kualitas laut dan pesisir mulai kehilangan kejernihan, sedangkan kehidupan bawah lautnya terancam akibat aktivitas pertambangan (banyuwangibagus.com). Jika langkah perlindungan tidak segera diterapkan, Green Island bisa menjadi pemandangan indah semata, sementara biota laut yang menjadi daya tarik utamanya perlahan menghilang.
[BACA JUGA: Visualisasi Budaya Lokal di Media Sosial: Strategi Sourty 3.0 dalam Promosi Pariwisata Madura]
***
Penulis: Zony Lym, Ananda Aprilia, Fari Khatut



