VOKASI NEWS – Hubungan frekuensi latihan beban dengan tingkat keparahan Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS) pada wanita dewasa awal di Aisyah Gym Surabaya menjadi topik penelitian Mahasiswa Prodi D-IV Fisioterapi, Fakultas Vokasi, Universitas Airlangga.
Salah satu permasalahan yang sering terjadi pada wanita dewasa awal yang aktif berolahraga, khususnya latihan beban, adalah munculnya DOMS atau Delayed Onset Muscle Soreness. DOMS merupakan nyeri otot yang biasanya muncul 12–24 jam setelah latihan dan memuncak pada 24–72 jam kemudian. Wanita dewasa awal (18–40 tahun) yang aktif melakukan latihan beban di pusat kebugaran seperti Aisyah Gym Surabaya, berpotensi mengalami DOMS dalam berbagai tingkat keparahan. Tingkat keparahan DOMS ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah frekuensi latihan beban yang dilakukan setiap minggu.
Latihan Beban dan Frekuensinya
Latihan beban merupakan bentuk latihan kekuatan yang melibatkan kontraksi otot terhadap beban eksternal untuk meningkatkan kekuatan otot dan massa otot. Frekuensi latihan beban biasanya diukur berdasarkan jumlah latihan per minggu. Frekuensi latihan beban yang terlalu rendah mungkin tidak cukup untuk memicu adaptasi otot. Sebaliknya, frekuensi yang terlalu tinggi dapat meningkatkan risiko cedera dan memperparah DOMS, terutama jika tidak diimbangi dengan pemulihan yang cukup.
Tingkat Keparahan DOMS pada Wanita
DOMS ditandai dengan rasa nyeri, kekakuan, dan keterbatasan gerak pada otot yang telah bekerja keras. Gejala ini bisa mempengaruhi aktivitas harian, motivasi berolahraga, dan kualitas hidup. Tingkat keparahan DOMS bisa dikategorikan menjadi tidak nyeri, ringan, sedang, dan parah, tergantung dari intensitas nyeri serta gangguan fungsional yang dirasakan. Faktor lain seperti usia, jenis kelamin, kebugaran fisik, serta pola istirahat turut mempengaruhi derajat nyeri yang dirasakan.
Apa Hubungan Frekuensi Latihan dengan DOMS?
Penelitian Mahasiswa D-IV Fisioterapi, Fakultas Vokasi UNAIR menggunakan desain penelitian cross sectional, di mana peneliti hanya melakukan satu kali observasi terhadap setiap 30 responden wanita dewasa awal yang aktif mengikuti latihan beban di Aisyah Gym Surabaya. Data dikumpulkan secara primer melalui kuesioner. Frekuensi latihan beban dinilai berdasarkan jumlah latihan beban yang dilaporkan selama satu minggu terakhir oleh responden. Sedangkan tingkat keparahan DOMS diukur menggunakan Numeric Rating Scale (NRS). Kemudian, analisis statistik dilakukan menggunakan uji korelasi Spearman Rho dengan SPSS.
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh nilai P = 0,045 (p < 0,05), yang menunjukkan adanya hubungan signifikan antara frekuensi latihan beban dan tingkat keparahan DOMS. Nilai koefisien korelasi sebesar -0,368 menunjukkan hubungan negatif dengan kekuatan lemah. Artinya, semakin sering seseorang melakukan latihan beban, tingkat keparahan DOMS yang dirasakan cenderung lebih rendah.
Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan frekuensi latihan beban dapat mengurangi risiko terjadinya DOMS yang lebih parah. Oleh karena itu, penting bagi wanita dewasa awal untuk menyesuaikan frekuensi latihan secara bertahap serta memperhatikan pemulihan otot, seperti melalui peregangan, nutrisi cukup, dan tidur yang berkualitas.
[BACA JUGA: Cegah Melemahnya Otot Kaki dengan NMES]
Kesimpulan
Penelitian ini memberikan gambaran bahwa terdapat hubungan signifikan antara frekuensi latihan beban dengan tingkat keparahan DOMS pada wanita dewasa awal. Penting bagi pelatih dan praktisi kebugaran untuk menyusun program latihan yang sesuai dengan kapasitas individu guna meminimalkan risiko DOMS berlebihan. Penyesuaian beban, volume, dan frekuensi latihan sangat diperlukan untuk menjaga keberlanjutan aktivitas fisik tanpa mengorbankan kenyamanan dan kesehatan otot.
***
Penulis: Nur Puji Rahayu
Dosen Pembimbing: Sofiatun dan Estu Meilani
Program Studi: D4 Fisioterapi
Editor: Fatikah Rachmadianty