VOKASI NEWS – Stres menjadi tantangan utama bagi pasien yang menjalani hemodialisis dalam menghadapi penyakit ginjal kronik.
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan isu kesehatan dunia yang mempengaruhi >200 juta individu. Berdasarkan World Health Organization (WHO) tahun 2020 prevalensi PGK mencapai 10% dari total populasi secara global. Stres merupakan salah satu masalah psikologis yang paling sering dihadapi oleh pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang menjalani terapi hemodialisis. Stres pada pasien PGK dapat dicetus oleh karena harus menjalani hemodialisis seumur hidup.
Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO) tahun 2023 menyebutkan Penyakit Ginjal Kronik (PGK) sebagai kelainan struktur atau fungsi ginjal yang berlangsung >3 bulan. Pasien dikatakan mengalami PGK jika memenuhi salah satu dari 2 hal berikut yang berlangsung selama >3 bulan. Pertama, kerusakan pada ginjal (satu atau lebih) atau LFG (Laju Filtrasi Glomerulus). Bagi pasien PGK stadium V perlu dilakukan terapi pengganti ginjal, salah satunya seperti hemodialisis.
Hemodialisis merupakan suatu metode mengeluarkan zat-zat toksik/sisa metabolisme dari dalam tubuh. Metode ini dilakukan karena ginjal tidak dapat menjalankan fungsi normalnya. Hemodialisis adalah metode yang memungkinkan darah mengalir melalui membran semipermeabel atau filter khusus. Prosedur ini membersihkan darah, menjaga homeostatis tubuh dan mempertahankan tekanan darah (blood pressure) agar tetap normal melalui pemeliharaan keseimbangan cairan/elektrolit (Mehmood et al., 2019). Fokus utama hemodialisis ialah mengekskresi zat nitrogen yang berbahaya dan mengurangi kelebihan cairan (Suciana et al., 2020).
Faktor yang Mempengaruhi Stres pada Pasien Hemodialisis
Lazarus dan Folkman (1984) mengungkapkan bahwa stres adalah interaksi antara individu dengan lingkungan yang dipandang oleh individu tersebut sebagai suatu beban dan tuntutan yang melebihi kemampuannya. Selain itu juga berpotensi mengancam kesejahteraan hidup penderita. Stres pada pasien hemodialisis dapat terjadi akibat kombinasi berbagai faktor fisik, psikologis, dan sosial yang saling terkait. Secara fisik, proses hemodialisis yang sering dan lama, disertai komplikasi seperti kelelahan, kram otot, dan hipotensi, menimbulkan ketidaknyamanan yang signifikan bagi pasien.
Selain itu, secara psikologis, ketidakpastian tentang masa depan, ketakutan akan kematian, dan perasaan kehilangan kontrol atas kehidupan dapat memperparah kondisi mental pasien. Faktor sosial juga memainkan peran penting dalam meningkatkan stres. Contohnya seperti isolasi sosial dan tekanan finansial akibat biaya perawatan yang tinggi. Kombinasi faktor-faktor ini menciptakan lingkungan yang penuh tekanan bagi pasien hemodialisis. Hal tersebut mempengaruhi kesehatan mental dan fisik mereka secara keseluruhan.
BACA JUGA: Pemanfaatan Ekstrak N-Heksana Madu Randu sebagai Antibakteri Klebsiella Pneumoniae
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2024 di RSUD Ibnu Sina Gresik dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian yang digunakan yaitu, 119 pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan HD rutin di RSUD Ibnu Sina Gresik. Hasil penelitian menunjukkan nilai p value 0,000 (p < 0,05) dengan koefisien korelasi (r) sebesar -0,522, sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan moderat antara lama menjalani hemodialisis dengan tingkat stres dan arah hubungannya negatif artinya, semakin lama pasien menjalani terapi hemodialisis maka semakin rendah tingkat stresnya.
***
Penulis: Sheane Luhukay
Editor: Puspa Anggun Pertiwi