VOKASI NEWS – Kepatuhan kontrol berobat merupakan salah satu pendukung penting tercapainya pengobatan penyembuhan hipertensi. Penyakit hipertensi memang penyakit yang berbahaya, namun penyakit ini bisa dikontrol. Dibutuhkan pengendalian tekanan darah yang tepat dan berkesinambungan salah satunya dengan rutin kontrol berobat. Perilaku dalam kepatuhan kontrol berobat erat kaitannya dengan faktor internal yakni motivasi (Alam & Jama, 2020).
Motivasi merupakan keadaan dari dalam diri pribadi seseorang yang dapat mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan (Saam & Wahyuni, 2012). Dengan adanya motivasi dari individu tersebut maka keberhasilan program pencegahan dan pengobatan hipertensi akan mudah tercapai.
Prevalensi Rendahnya Kontrol Berobat
WHO menyebutkan bahwa sebanyak 25% dari 50% pasien hipertensi mendapatkan pengobatan dan 12,5% menjalankan pengobatan dengan baik (WHO, 2018). Penelitian lain menyebutkan bahwa penderita hipertensi di poli jaga RSUD Dokter Soetrasno Rembang yang tidak patuh untuk kontrol berobat sebesar 34,1%. Sedangkan patuh rendah sebesar 34,1%, patuh sedang sebesar 21,9%, dan sangat patuh sebesar 9,9% (Setyoningsih & Zaini, 2020).
Namun, penelitian yang dilakukan Mulyasari di Puskesmas Pegirian Surabaya menyebutkan bahwa sebanyak 70% dari 10 pasien hipertensi tidak melakukan kontrol berobat rutin. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa sebanyak 60% penderita lansia tidak pernah kontrol karena tidak ada keluarga yang mengantar. Sebanyak 90% penderita tidak pernah kontrol karena tidak mengerti tentang penyakit hipertensi. Terakhir, sebanyak 70% pasien hanya kontrol jika merasa sakit (Mulyasari, 2016).
Metode Penelitian Kepatuhan Pasien
Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan mengkaji hubungan korelatif antara variabel independen dan dependen pada sekali waktu. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang menderita hipertensi tercatat melakukan kontrol di poli lansia Puskesmas Deket Kabupaten Lamongan.
Dalam penelitian ini, responden yang digunakan adalah pasien yang melakukan kontrol tanggal 22 April – 4 Mei 2024. Dari daftar tersebut, terdapat 60 pasien yang melakukan kontrol. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan consecutive sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Hypertension Self-Care Profile Motivasi Scale (HBP-SCP) untuk mengukur motivasi dan the Morisky Medication Adberence Scale (MMAS) 8 untuk mengukur kepatuhan.
Hasil Penelitian Motivasi Diri dan Kepatuhan Kontrol Berobat
Dari hasil penelitian, didapatkan hasil sebagian besar dari responden yang memiliki motivasi rendah tidak patuh terhadap kontrol berobat yaitu sebanyak 35 responden (89,7%). Sebagian kecil dari responden yang memiliki motivasi sedang patuh terhadap kontrol berobat yaitu sebanyak 13 responden (61,19%). Berdasarkan uji spearman Rho menggunakan SPSS 16.0 for windows antara hubungan motivasi diri dengan kepatuhan untuk kontrol berobat didapatkan nilai correlation coefficient Spearman (rs) = 0,547 dan nilai sig 2 tailed (p)= 0,000 dimana p < 0,01.
Maka dapat disimpulkan bahwa Rho diterima. Artinya, terdapat hubungan yang kuat dan bersifat positif antara motivasi diri dengan kepatuhan untuk kontrol berobat pada lansia yang menderita hipertensi di Puskesmas Deket Kabupaten Lamongan. Semakin tinggi motivasi seseorang dalam menjaga kesehatannya maka semakin tinggi juga kesadaran untuk kontrol berobat. Lansia dengan hipertensi yang memiliki motivasi rendah akan menghadapi kesulitan dalam melakukan perawatan diri penyakit kronis mereka.
Kesimpulannya, motivasi diri lansia memerlukan pemahaman dan perhatian khusus. Terutama bagi tenaga kesehatan dan keluarga pasien terhadap kepatuhan untuk kontrol berobat.
***
Penulis: Dakhirotul Ilmiyah
Editor: Puspa Anggun Pertiwi