VOKASI NEWS – Mengetahui hubungan pengetahuan atlet terhadap penangangan ankle sprain, cedera tungkai bawah yang sering dialami atlet. Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang dari apa yang dikenalnya melalui panca indra yaitu, indra penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Retanigsih, 2016).
- Tingkat Pengetahuan. Setiap orang memiliki pengetahuan, dan setiap orang memiliki pengetahuan yang berbeda-beda (Sukesih et al., 2020). Adapun macam-macam tingkat pengetahuan manusia seperti tahu, memahami, aplikasi, analisis, sistesis, dan evaluasi.
- Pengukuran Pengetahuan. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara atau kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan tujuan subjek penelitian yang kemudian diberikan kepada responden (Retanigsih, 2016). Tingkat pengetahuan seseorang dikategorikan sebagai berikut (Mukti, 2018).
- Kategori baik (nilai dari kuesioner ≥ 75 – 100%)
- Kategori cukup jika (nilai dari kuesioner 56 – 74%)
- Kategori kurang jika (nilai dari kuesioner < 55%)
- Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan. Adapun enam faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu pendidikan, informasi, sosial budaya ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan usia.
Pengertian Sikap
Sikap merupakan respon emosional seseorang terhadap suatu stimulus atau objek yang diterimanya. Bentuk sikap tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap bukan merupakan tindakan tetapi predisposisi tindakan suatu perilaku (Retanigsih, 2016).
- Tingkat Sikap
- Menerima (Receiring)
- Merespon (Responding)
- Menghargai (Valving)
- Bertanggung Jawab
- Struktur Sikap
- Komponen kognitif
- Komponen afektif
- Komponen konatif
- Faktor Yang Mempengaruhi Sikap
- Pengalaman pribadi
- Pengaruh orang lain yang dianggap penting
- Pengaruh budaya
- Media massa
- Lembaga pendidikan dan lembaga agama
- Pengaruh faktor emosional
Cedera Ankle Sprain
Ankle sprain merupakan salah satu cedera akut muskuloskeletal pada tungkai bawah yang paling umum terjadi pada atlet karena robekan ligament ankle. Tidak seperti cedera lainnya yang disebabkan oleh tekanan tingkat rendah yang berulang-ulang dalam jangka waktu lama. Umumnya Ankle Sprain terjadi karena overstretch pada ligamen yang terjadi pada gerakan secara mendadak atau aktivitas seperti melompat dan berlari yang menyebabkan terjadinya robekan. Adapun penyebab lain cedera Ankle Sprain yaitu cedera yang sudah dialami sebelumnya atau fleksibilitas sendi yang terbatas (Konseptual & Sumartiningsih, 2012).
Derajat Cedera Ankle Sprain
Adapun derajat cedera Ankle Sprain dibagi menjadi tiga grade sebagai berikut:
- Derajat I (ringan), terjadi regangan ligament, cedera secara mikroskopik, tetapi tidak terjadi suatu robekan. Biasanya atlet mengeluh adanya ketidaknyamanan pada kaki atau nyeri, sedikit atau tanpa adanya memar, dan bengkak ringan.
- Derajat II (sedang), terjadi robekan parsial dari ligamen. Cedera ini menimbulkan rasa sakit yang cukup parah pada sekitar pergelangan kaki dibandingkan derajat I serta timbul pembengkakan dan memar kurang lebih 12 sampai 24 jam.
- Derajat III (berat), merupakan derajat terparah terjadi robekan total dari ligament. Atlet akan mengeluh nyeri hebat dan semakin memberat, kemudian berlanjut dengan tidak dapat atau sulit berjalan. Derajat ini akan terjadi memar pada bagian luar pergelangan kaki dan kaki bagian bawah. Bengkak mungkin akan parah, sehingga sendi menjadi kaku beberapa jam setelah terjadi cedera (Azzahra & Supartono, 2021).
Penanganan Cedera Ankle Sprain
Menurut pedoman consensus CBO institute kualitas Belanda untuk cedera, metode terapi RICE adalah pengobatan awal untuk cedera pada 4 hingga 5 hari pasca cedera. Metode RICE adalah penanganan pertama yang mudah untuk dilakukan untuk semua cedera khususnya Ankle Sprain (Van Den Bekerom et al., 2012).
- Rest (Diistirahatkan)
Istirahatkan bagian yang cedera. Tujuannya untuk mengurangi bertambah parahnya cedera dan mencegah peningkatan aliran darah ke bagian yang cedera. Waktu istirahat tergantung ringan beratnya cedera.
- Ice (Didinginkan Dengan Kompres Es)
Kompres es merupakan cara paling umum untuk pendinginan bagian yang cedera. Tujuannya untuk mengurangi nyeri dengan mematirasakan ujung saraf, mencegah pembengkakan, melokalisasi cedera, dan mengurangi pendarahan (vasokonstriksi).
- Compression (Balut Tekan)
Tujuan kompresi adalah untuk menghentikan perdarahan, mengurangi pembengkakan dan membatasi pergerakan bagian tubuh yang cedera. Kompresi dilakukan untuk mengurangi pembengkakan akibat cairan eksudasi dari kapiler yang rusak masuk ke dalam jaringan.
- Elevation (Ditinggikan Dari Letak Jantung)
Tujuannya dari elevasi adalah untuk mengurangi perdarahan dan mengurangi pembengkakan. Elevasi dilakukan dengan cara mengangkat bagian yang cedera lebih tinggi dari letak jantung sehingga menyebabkan aliran darah arteri menjadi lambat (melawan gravitasi bumi) dan aliran darah vena menjadi lancar sehingga pendarahan dan pembengkakan berkurang.
***
Penulis: Sopia Efelin Kromsian
Editor: Puspa Anggun Pertiwi