VOKASI NEWS – Status gizi anak memiliki peran yang sangat penting dalam kesehatan umum. Status gizi merupakan gambaran dari kondisi keseimbangan tubuh berupa variabel tertentu. Prevalensi penyakit infeksi intestinal merupakan masalah kesehatan yang memprihatinkan di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan prevalensi dan intensitas yang masih tinggi. Infeksi parasit intestinal sendiri merupakan penyakit yang menyerang usus manusia. Penyakit ini disebabkan oleh cacing dan protozoa. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit ini sangat bervariasi, mulai dari ringan hingga berat.
Parasit Penyebab Penyakit Infeksi Intestinal
Cacing dan protozoa merupakan penyebab umum penyakit infeksi intestinal pada anak. Cacing dibedakan menjadi Soil Transmited Helminths (STH) dan Non Soil Transmitted Helminth (non STH). Soil Transmited Helminths (STH) merupakan cacing usus golongan nematoda tanah yang penyebarannya melalui media tanah. Tanah tersebut akan menjadi media siklus hidup telur cacing dalam menjadi infektif. Cacing golongan Soil Transmited Helminths (STH) meliputi Ascaris lumbricoides, Trichuris trichuria, Hokworm (Ancylostoma duodenale & Necator americanus), Strongyloides stercoralis.
Non Soil Transmitted Helminth (non STH) merupakan kebalikan dari Soil Transmited Helminths (STH), dimana Non Soil Transmitted Helminth (non STH) tidak memerlukan tanah dalam pertumbuhannya. Cacing golongan Non Soil Transmitted Helminth (non STH) meliputi Enterobius vermicularis. Berbeda dengan golongan cacing, protozoa yang dapat menyebabkan penyakit infeksi intestinal umumnya berada di kelas Rhizopoda, Mastigophora dan Sporozoa. Spesies parasit yang masuk dalam kelas Rhizopoda adalah Entamoeba histolytca, sedangkan Giardia lamblia merupakan parasit yang masuk dalam kelas Mastigophora. Untuk kelas Sporozoa meliputi spesies Blastocystis hominis.
Penilaian Status Gizi
Nilai status gizi merupakan hasil dari keseimbangan antara konsumsi zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi di dalam metabolisme tubuh. Nilai status gizi dipengaruhi oleh asupan dan kebutuhan gizi. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung dan secara tidak langsung.
Penilaian status gizi secara langsung dapat dilakukan dengan 4 metode yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Metode antropometri merupakan pengukuran status gizi dengan pengukuran tubuh. Metode ini digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi yang terlibat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan.
Adapun parameter yang digunakan pada metode ini adalah berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, rasio lingkar pinggang pinggul dan indeks masa tubuh. Metode klinis merupakan metode yang didasari oleh perubahan yang terjadi akibat dari kurangnya zat gizi di dalam tubuh. Metode biokimia merupakan metode penilaian dengan mengambil berbagai macam anggota tubuh yang akan dilakukan berbagai macam uji di laboratorium.
Metode biofisik merupakan metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi perubahan struktur drai jaringan tubuh. Berbeda dengan penilaian langsung, penilaian tidak langsung dilakukan dengan cara melakukan survei terkait konsumsi makanan dari segi jumlah, jenis zat gizi, statistik vital melalui data kesehatan yang berhubungan dengan status gizi dan faktor ekologi yang terjadi karena interaksi biologis, fisik dan lingkungan.
Hubungan Antara Status Gizi dan Penyakit Intestinal
Hubungan antara status gizi anak dan penyakit intestinal menjadi sangat kompleks. Hal ini dikarenakan kadar dan konsentrasi asupan makanan serta nutrisi pada anak dapat memengaruhi perkembangan, keparahan dan pengelolaan penyakit infeksi intestinal. Hal yang dikkhawatirkan saat tubuh anak mengalami kekurangan gizi khususnya jenis gizi mikro seperti vitamin dan mineral dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.
Jika hal tersebut tidak segera ditangani maka dapat meningkatkan risiko peradangan dan kerusakan pada usus. Meskipun status gizi sangat mempengaruhi keparahan dan risiko infeksi, tetapi status gizi bukan merupakan faktor utama penyebab gangguan penyakit tersebut. Hal ini dikarenakan banyaknya faktor yang bertindak sebagai faktor penyebab dari terjadinya penyakit infeksi intestinal pada anak, antara lain kondisi sanitasi, asupan makanan dan sosial ekonomi.
Status gizi memainkan peran penting dalam pervalensi penyakit intestinal. Kekurangan gizi dapat meningkatkan risiko terkena penyakit infeksi intestinal, dan penyakit infeksi interstinal mempunyai dampak buruk bagi keseimbangan status gizi. Oleh karena itu, penting untuk mendukung status gizi yang optimal dalam upaya pencegahan penyakit interstinal dan manajemen penyakit.
Penulis: Atika Dwi Anggraeni
Dosen Pembimbing: Lynda Rossyanti
Editor: Tim Branding Fakultas Vokasi UNAIR