VOKASI NEWS – Hubungan kuat antara tingkat kecemasan ibu menyusui dan kelancaran produksi ASI, menegaskan pentingnya dukungan psikologis dan keluarga.
Menyusui merupakan cara paling efektif dalam memenuhi kebutuhan gizi dan menjaga kesehatan bayi. Air Susu Ibu (ASI) mengandung antibodi alami yang membantu melindungi bayi dari berbagai penyakit sejak awal kehidupan. World Health Organization (WHO) dan UNICEF merekomendasikan pemberian ASI sejak satu jam pertama kelahiran serta ASI eksklusif selama enam bulan pertama.
Secara nasional, capaian ASI eksklusif masih menjadi tantangan. WHO mencatat hanya sekitar 40 persen bayi di dunia menerima ASI eksklusif hingga usia enam bulan. Di Kota Surabaya, capaian ASI eksklusif pada 2024 memang menunjukkan angka tinggi, yakni 86,46 persen. Namun, data tersebut belum sepenuhnya merata di seluruh wilayah layanan kesehatan, termasuk di Puskesmas Sememi yang masih berada di bawah rata-rata kota.
Kecemasan Ibu Menyusui Menjadi Tantangan Tersembunyi
Hasil studi pendahuluan di Puskesmas Sememi menunjukkan bahwa sebagian ibu menyusui mengalami kecemasan, terutama ibu bekerja dan ibu yang baru pertama kali memiliki bayi. Dari survei awal terhadap sepuluh ibu menyusui dengan bayi usia 0–6 bulan, sekitar 70 persen mengaku mengalami kecemasan.
Kondisi psikologis ibu diketahui berperan penting dalam proses menyusui. Kecemasan dan stres dapat menghambat refleks pengeluaran ASI (let down reflex) karena memengaruhi kerja hormon prolaktin dan oksitosin. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan ibu menyusui dengan produksi ASI di Puskesmas Sememi Kota Surabaya.
Studi Kuantitatif di Puskesmas Sememi
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelatif dengan desain cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada Agustus hingga September 2025 dengan melibatkan 92 responden dari total populasi 120 ibu menyusui. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling.
Tingkat kecemasan diukur menggunakan kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), sementara produksi ASI dinilai melalui kuesioner pengeluaran ASI. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman untuk melihat hubungan antara kedua variabel.
[BACA JUGA: Waktu Tanggap Perawat IGD: Kunci Keselamatan Pasien]
Produksi ASI Berkorelasi Kuat dengan Tingkat Kecemasan
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang sangat kuat antara tingkat kecemasan ibu menyusui dan produksi ASI. Ibu yang tidak mengalami kecemasan seluruhnya memiliki produksi ASI yang lancar. Sebaliknya, ibu dengan kecemasan ringan hingga sedang mayoritas mengalami ketidaklancaran produksi ASI.
Uji statistik menunjukkan nilai p sebesar 0,003 (p < 0,05) dengan koefisien korelasi Spearman sebesar -0,815. Nilai negatif tersebut menandakan hubungan yang berlawanan arah, artinya semakin rendah tingkat kecemasan ibu, semakin baik produksi ASI yang dihasilkan.
Temuan ini sejalan dengan berbagai penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa gangguan emosional dapat memicu pelepasan hormon adrenalin yang menghambat kerja hormon prolaktin dan oksitosin. Akibatnya, proses pembentukan dan pengeluaran ASI menjadi tidak optimal.
Dukungan Keluarga Berperan Penting
Penelitian ini juga menegaskan pentingnya peran dukungan keluarga, terutama suami, dalam menciptakan kondisi psikologis ibu yang lebih tenang. Ibu menyusui yang merasa didukung secara emosional cenderung lebih rileks, sehingga produksi ASI dapat berlangsung dengan lancar.
Menurut peneliti, tekanan pekerjaan dan tuntutan profesional menjadi salah satu faktor utama kecemasan pada ibu menyusui. Oleh karena itu, diperlukan dukungan berupa edukasi laktasi, manajemen stres, teknik relaksasi, serta kebijakan lingkungan kerja yang lebih ramah bagi ibu menyusui.
Mendorong Edukasi dan Layanan Pendukung di Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Puskesmas Sememi dalam meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak, khususnya melalui edukasi mengenai manajemen kecemasan dan pentingnya dukungan psikososial bagi ibu menyusui. Penyuluhan, konseling laktasi, serta media edukasi seperti poster dan leaflet dinilai dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat.
Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi tenaga keperawatan dan peneliti selanjutnya dalam mengembangkan intervensi yang berfokus pada kesehatan mental ibu menyusui sebagai bagian dari upaya meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif.
***
Penulis: Aring Artkirana



