Inovasi Fermentasi Silase Berbasis IoT dan Fuzzy

Inovasi Fermentasi Silase Berbasis IoT dan Fuzzy_Dokumen Istimewa

VOKASI NEWS – Fermentasi silase merupakan salah satu metode pengawetan pakan hijauan yang semakin diminati oleh peternak, khususnya di Indonesia. Metode ini memungkinkan peternak untuk menyimpan pakan dalam waktu lama tanpa mengurangi nilai gizinya secara signifikan. Proses fermentasi tidaklah sederhana, akan tetapi diperlukan kondisi lingkungan yang stabil, terutama suhu dan pH, agar fermentasi berlangsung optimal dan menghasilkan silase berkualitas tinggi. Sayangnya, pemantauan parameter-parameter ini masih banyak dilakukan secara manual yang berisiko menurunkan efektivitas fermentasi.

Latar Belakang Permasalahan Pakan Ternak

Pakan ternak merupakan faktor penting dalam keberhasilan sektor peternakan. Ketersediaan hijauan sangat bergantung pada musim. Pada musim kemarau, ketersediaan hijauan cenderung menurun drastis. Hal ini menyulitkan peternak menjaga kontinuitas nutrisi pakan. Diperlukan inovasi untuk menjaga kualitas dan ketersediaan pakan secara efisien.

Salah satu solusi adalah mengolah hijauan menjadi silase. Silase merupakan pakan hasil fermentasi dalam kondisi anaerob. Proses ini dapat meningkatkan daya simpan dan nilai gizi hijauan. Namun, fermentasi silase sangat bergantung pada kestabilan suhu dan pH. Pengawasan manual terhadap fermentasi dinilai kurang efektif.

Kebutuhan Otomatisasi dalam Fermentasi Silase

Fluktuasi suhu dapat menghambat kerja bakteri fermentasi. Bakteri asam laktat memerlukan suhu dan pH ideal untuk berkembang. Gangguan kondisi fermentasi dapat menyebabkan silase berkualitas rendah. Oleh karena itu, pengawasan suhu dan pH secara otomatis sangat dibutuhkan. Teknologi dapat membantu menjawab permasalahan ini.

Pemanfaatan sistem otomatis berbasis Internet of Things (IoT) dapat menjadi solusi tepat. Dengan IoT, proses fermentasi dapat diawasi secara real-time. Pengguna cukup memantau melalui aplikasi di smartphone. Teknologi ini dapat meningkatkan efisiensi dan ketepatan kontrol fermentasi. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah logika fuzzy Mamdani.

BACA JUGA: [TLM VIDING 2025, Merangkai Harmoni Antar Angkatan dalam Nuansa Keakraban Mahasiswa]

Rancang Bangun Sistem Kontrol

Sistem dirancang menggunakan mikrokontroler ESP32. Komponen pendukungnya meliputi sensor suhu DHT11 dan sensor pH4502c. Output sistem berupa kipas yang dikontrol berdasarkan hasil pembacaan sensor. Data juga ditampilkan pada LCD dan aplikasi Android. Sistem ini dikembangkan dalam rangka efisiensi dan akurasi.

Logika fuzzy Mamdani dipilih untuk memproses data sensor. Metode ini mampu mengubah data numerik menjadi logika linguistik. Keputusan diambil berdasarkan aturan IF-THEN. Sistem akan menyalakan kipas jika suhu atau pH berada di luar batas aman. Hal ini membantu menjaga stabilitas fermentasi.

Implementasi dan Kinerja Sistem

Selama pengujian, sensor pH menunjukkan akurasi 98,94%. Sensor suhu DHT11 memiliki akurasi sebesar 97,26%. Sistem fuzzy Mamdani diuji selama tujuh hari fermentasi. Hasilnya menunjukkan akurasi hingga 99,63%. Ini membuktikan bahwa sistem bekerja secara sangat presisi.

Data dikirim secara real-time ke aplikasi Android. Aplikasi menampilkan kondisi suhu, pH, dan status kipas. Peternak tidak perlu membuka drum fermentasi secara berkala. Hal ini mengurangi risiko kontaminasi udara luar. Sistem juga mampu beroperasi secara mandiri dalam waktu lama.

Dampak dan Manfaat Sistem

Sistem ini membantu peternak mengontrol proses fermentasi secara efisien. Peningkatan kualitas silase tampak dari warna dan aroma. Penggunaan sistem otomatis lebih unggul dibanding metode manual. Selain akurat, alat ini juga mudah digunakan dan ekonomis. Peternak kecil maupun menengah dapat mengakses teknologi ini.

Penelitian ini menunjukkan bagaimana teknologi dapat diterapkan di bidang peternakan. Sistem ini menjadi contoh penerapan IoT dan fuzzy logic yang praktis. Dengan inovasi ini, proses produksi pakan menjadi lebih stabil. Hal ini berkontribusi pada ketahanan pangan ternak nasional. Teknologi seperti ini perlu terus dikembangkan.

Rekomendasi Pengembangan

Sistem masih dapat disempurnakan lebih lanjut. Penggunaan sensor kelembaban dapat ditambahkan. Integrasi dengan notifikasi melalui pesan atau email juga bermanfaat. Selain itu, sistem dapat dikembangkan untuk jenis fermentasi lain. Teknologi ini berpotensi diterapkan dalam skala industri.

Dengan penggunaan teknologi otomatisasi, peternakan masa depan menjadi lebih modern. Proses pembuatan pakan tidak lagi bergantung pada pengamatan manual. IoT dan logika fuzzy membuka peluang efisiensi baru. Keberhasilan penelitian ini menjadi pijakan untuk inovasi selanjutnya. Peternak kini bisa lebih mandiri dan produktif.

***

Penulis: Hadi Prayitno

Editor: Oky Sapto Mugi Saputro