VOKASI NEWS – Mahasiswa Vokasi UNAIR ciptakan alat imobilisasi radiologi untuk pasien non-kooperatif, tingkatkan kualitas citra dan keamanan pemeriksaan.
Pemeriksaan radiologi pada pasien non-kooperatif, seperti pasien yang tidak sadar atau kesakitan, seringkali menjadi tantangan besar di dunia medis. Kesulitan dalam menjaga posisi pasien dapat mengakibatkan kualitas gambar radiografi menurun, pengulangan pemeriksaan, hingga risiko paparan radiasi bagi keluarga yang terpaksa membantu. Menjawab permasalahan ini, seorang mahasiswa dari Fakultas Vokasi Universitas Airlangga berhasil mengembangkan sebuah solusi inovatif.
Gede Jayantara, dari Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Radiologi Pencitraan, merancang dan membangun sebuah alat imobilisasi. Alat ini didesain khusus untuk pemeriksaan radiologi dengan proyeksi Left Lateral Decubitus (LLD). Pemeriksaan LLD, yang penting untuk mendiagnosis kondisi abdomen akut, kerap kali menghasilkan citra yang terpotong (Field of View/FOV tidak sesuai) saat dilakukan pada pasien yang tidak dapat mengikuti instruksi.
“Tantangan utama dalam pemeriksaan LLD pada pasien non-kooperatif adalah pergerakan yang tidak terkendali, sehingga hasil radiograf menjadi kurang baik dan pemeriksaan perlu diulang.” Ungkap Gede Jayantara, mengacu pada latar belakang penelitiannya. “Selain itu, sering kali keluarga pasien diminta membantu memegang kaset, yang membuat mereka berisiko terpapar radiasi sekunder. Alat ini dirancang untuk mengatasi masalah tersebut secara efektif,” lanjutnya.
Desain Unggul untuk Hasil Optimal
Alat imobilisasi ini dirancang dengan cermat untuk memastikan fungsionalitas dan keamanan. Rangka utama alat dibuat dari bahan stainless steel yang tahan korosi dan mudah disterilkan, sesuai dengan standar medis. Sebagai alas, digunakan busa ati (EVA foam) setebal 3 cm yang dilapisi kulit sintetis, material yang kokoh, tahan air, dan mampu menopang tubuh pasien tanpa membuatnya turun yang bisa menyebabkan citra terpotong.
Untuk menjaga posisi pasien tetap stabil, alat ini dilengkapi fiksasi berupa velcro strap di bagian bahu dan panggul. Inovasi ini juga mengintegrasikan cassette holder yang dapat dilipat dan disesuaikan untuk kaset berukuran hingga 35×43 cm. Sehingga radiografer tidak lagi memerlukan bantuan orang lain untuk memegang kaset.
[BACA JUGA: Creative Media Lab Kupas Copywriting & Public Speaking]
Terbukti Efektif Melalui Uji Kualitas Citra
Untuk membuktikan keefektifannya, alat imobilisasi ini diuji menggunakan phantom body dewasa. Hasil citra radiografi dengan dan tanpa menggunakan alat kemudian dievaluasi oleh dua dokter spesialis radiologi. Hasilnya menunjukkan perbedaan yang signifikan. Penggunaan alat imobilisasi terbukti berhasil mengatasi masalah utama, yaitu citra yang terpotong.
Para ahli radiologi yang menilai memberikan skor maksimal, menyatakan bahwa dengan alat ini, keseluruhan area anatomi yang relevan (FOV) berhasil terekam dengan baik. Selain itu, material yang digunakan, termasuk velcro strap, terbukti tidak menimbulkan artefak atau bayangan baru yang dapat mengganggu diagnosis.
“Hasil pengujian menunjukkan alat ini secara efektif menjaga stabilitas posisi sehingga seluruh area anatomi yang relevan berhasil terekam dalam citra radiograf,” jelas Gede mengenai hasil penelitiannya. “Ini tidak hanya meningkatkan kualitas citra untuk diagnosis yang lebih akurat, tetapi juga mendukung aspek proteksi radiasi dengan meniadakan keterlibatan keluarga dalam proses pemeriksaan.”
Inovasi ini diharapkan dapat menjadi solusi praktis di berbagai fasilitas kesehatan, meningkatkan kualitas pelayanan radiologi, serta menjamin keselamatan pasien dan semua pihak yang terlibat.
***
Penulis: Gede Jayantara
Editor: Habibah Khaliyah