VOKASI NEWS – Kawah Ijen semakin populer berkat fenomena Blue Fire, danau asam toska, aktivitas penambang belerang, serta upaya konservasi yang menjaga keberlanjutan kawasan wisata alam ini.
Fenomena Blue Fire di Kawah Ijen terus menarik perhatian wisatawan dalam maupun luar negeri karena keunikan alam dan nilai sejarah yang menyertainya. Kawasan ini menjadi salah satu destinasi unggulan di Jawa Timur karena menawarkan panorama pegunungan, aktivitas penambangan tradisional, dan fenomena alam langka yang hanya dapat ditemukan di dua lokasi di dunia. Keistimewaan tersebut menjadikan Kawah Ijen sebagai objek wisata yang semakin populer dari tahun ke tahun.
Pesona Kawah Ijen sebagai Fenomena Alam
Popularitas Kawah Ijen dipicu oleh fenomena Blue Fire yang hanya muncul pada waktu tertentu. Cahaya biru ini berasal dari pembakaran gas belerang yang keluar dari dasar kawah pada suhu sangat tinggi. Menurut data Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur, Blue Fire hanya dapat terlihat menjelang dini hari hingga menjelang matahari terbit karena intensitas cahaya yang rendah pada waktu tersebut. Fenomena ini menciptakan daya tarik visual yang jarang ditemukan di destinasi lain, sehingga menarik kehadiran wisatawan dari berbagai negara (BKSDA Jatim, 2023).
Selain Blue Fire, Kawah Ijen juga dikenal karena danau asam berwarna toska yang menjadi ikon kawasan tersebut. Warna danau dipengaruhi kadar asam yang tinggi dan kandungan mineral sulfur di dalamnya. Keindahan ini memberikan pengalaman fotografi yang sangat diminati wisatawan karena menghasilkan pemandangan dramatis khas kawasan vulkanik.
Aktivitas Sosial dan Budaya di Balik Kawasan
Daya tarik Kawah Ijen tidak hanya terletak pada fenomena alam, tetapi juga pada kehidupan para penambang belerang tradisional. Para penambang bekerja memindahkan bongkahan belerang dengan cara manual, mengangkut hingga puluhan kilogram melalui jalur pendakian terjal. Aktivitas ini telah berlangsung selama puluhan tahun dan menjadi bagian penting dari identitas sosial Kawah Ijen. Menurut pernyataan salah satu petugas lapangan Taman Wisata Alam Ijen, keberadaan penambang menunjukkan keterikatan ekonomi masyarakat dengan kondisi alam setempat sehingga menjadi aspek budaya yang memperkaya pengalaman wisatawan.
Aktivitas penambangan tersebut juga memunculkan perhatian terhadap isu keselamatan dan kesejahteraan pekerja. Banyak wisatawan yang mengakui bahwa interaksi dengan para penambang memberikan wawasan baru tentang pentingnya pelestarian lingkungan sekaligus perlindungan pekerja tradisional di kawasan vulkanik.
Konservasi dan Tantangan Pengelolaan Kawasan
Pengelolaan Kawah Ijen terus dikembangkan agar tetap aman dikunjungi tanpa mengganggu kelestarian lingkungan. Berdasarkan laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kawah Ijen termasuk gunung api aktif yang perlu diawasi secara berkala karena potensi perubahan aktivitas vulkanik. Oleh karena itu, akses pendakian terkadang ditutup sementara demi keselamatan wisatawan. Upaya konservasi juga dilakukan melalui pengaturan jumlah pengunjung pada jam tertentu serta edukasi mengenai larangan membuang sampah di kawasan pendakian (PVMBG, 2023).
Pengelolaan kawasan bergantung pada kolaborasi antara pengelola taman wisata, pemerintah daerah, dan masyarakat lokal untuk memastikan keberlanjutan lingkungan. Edukasi wisatawan menjadi salah satu langkah utama agar peningkatan jumlah pengunjung tidak berdampak negatif terhadap kondisi alam.
[BACA JUGA: Green Island, Labuan Bajo Versi Murah: Surga Indah Terkepung Masalah Lingkungan]
***
Penulis: Haidar Mahija Pratama



