VOKASI NEWS – Dermatitis kontak menjadi ancaman serius bagi kesehatan pekerja di sektor konstruksi yang terpapar berbagai bahan bangunan berbahaya setiap harinya.
Keselamatan dan kesehatan pekerja merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan dan menjadi hal yang sangat penting dalam berbagai sektor industri. Salah satunya yaitu pada sektor konstruksi. Sektor konstruksi terdapat berbagai proses kerja yang membuat pekerja harus berinteraksi langsung dengan jenis material yang berdampak buruk bagi kesehatan. Salah satunya yaitu berkaitan dengan Penyakit Akibat Kerja (PAK) berupa penyakit kulit dermatitis kontak akibat kerja. Kondisi ini dapat terjadi akibat tingginya frekuensi pekerja proyek dalam berinteraksi secara langsung dengan berbagai jenis bahan bangunan. Bisa dimulai dari semen, mortar, besi, kaca, cat, dan berbagai material bangunan lainnya yang mampu mengakibatkan abnormalitas pada kulit.
Dermatitis kontak menjadi salah satu jenis penyakit kulit yang berpotensi dan banyak diderita oleh pekerja bangunan. Dermatitis kontak akibat kerja adalah suatu kondisi peradangan pada kulit yang diakibatkan oleh adanya paparan antara kulit dengan bahan yang digunakan dalam proses produksi atau pekerjaan. Kondisi tersebut dapat bersifat akut, subakut, hingga kronis. Bentuk keluhan subjektif dermatitis kontak bermacam – macam. Mulai dari timbul kemerahan pada kulit, gatal, tangan terasa sakit dan perih. Selain itu, pada kulit juga terdapat vesikel atau lepuhan yang apabila terkelupas atau pecah mengeluarkan cairan, kulit kering dan bersisik. Kondisi parahnya dapat berupa penebalan pada kulit hingga kulit retak – retak.
Berdasarkan prinsipnya, hampir seluruh bahan berpotensi mengakibatkan munculnya reaksi alergi ataupun iritasi pada kulit. Tetapi keadaan tersebut juga bergantung dari berbagai pengaruh lain meliputi faktor internal dari individu tersebut maupun faktor eksternal. Adapun faktor – faktor yang dapat menjadi penyebab munculnya keluhan subjektif dermatitis kontak pada pekerja konstruksi adalah sebagai berikut:
Pengaruh Lama Kerja pada Keluhan Dermatitis Kontak
Lama kerja menggambarkan lama waktu dalam jam/hari seorang pekerja bekerja. Waktu bekerja yang terlalu lama dan melebihi kemampuan seharusnya berpotensi tinggi untuk mengakibatkan kelelahan dan gangguan fokus. Selain itu juga munculnya berbagai permasalahan kesehatan, tubuh rentan terpapar penyakit, hingga terluka saat bekerja. Lama bekerja per hari mampu mempengaruhi lamanya paparan atau kontak dengan bahan kimia berbahaya dalam hal ini berupa senyawa kimia yang terdapat dalam material bangunan. Kondisi ini berhubungan juga dengan lama kontak dan frekuensi kontak dengan bahan kimia tersebut.
Pekerja dengan waktu kerja yang lama dan melebihi batas akan cenderung lebih banyak berkontak dengan bahan kimia atau iritan. Kontak dengan bahan iritan dalam kurun waktu yang cukup lama dapat meningkatkan batas toleransi antara kulit dengan bahan kimia atau iritan tersebut. Hal tersebut nantinya dapat mengakibatkan reaksi inflamasi meningkat. Sehingga pekerja yang memiliki waktu bekerja yang tidak normal akan lebih beresiko mengalami keluhan subjektif dermatitis kontak dibandingkan dengan pekerja yang bekerja dalam kurun waktu normal.
Hubungan Masa Kerja dengan Kondisi Pekerja
Masa kerja menggambarkan lamanya seorang pekerja bekerja pada sektor konstruksi. Masa kerja sangat penting untuk diketahui agar dapat dilihat lamanya pekerja terpajan dengan faktor-faktor risiko yang dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan seseorang. Pada pekerja dengan masa kerja lebih dari lima tahun akan lebih banyak ditemukan kondisi-kondisi kulit yang abnormal. Hal tersebut berakibat adanya lecet, gesekan, dan tekanan pada kulit pekerja. Kondisi tersebut dapat meningkatkan permeabilitas kulit sehingga senyawa kimia akan lebih mudah untuk menembus kulit.
BACA JUGA: Mencegah Diare pada Anak Usia Sekolah Melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Personal Hygiene Tiap Pekerja
Personal hygiene adalah suatu upaya ataupun perilaku yang dilakukan seseorang untuk menjaga kebersihan diri dalam upaya mencapai derajat kesehatan setinggi-tingginya baik secara fisik maupun mental. Dalam hal ini, upaya yang dapat dilakukan pekerja guna memiliki personal hygiene yang baik. Contohnya yaitu mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir, mengganti dan mencuci pakaian sepulang dari bekerja, serta mandi setelah pulang dari bekerja. Semakin baik tingkat personal hygiene seseorang, maka risiko terjadinya dermatitis kontak akan semakin rendah
Kepatuhan Penggunaan APD Sebagai Pencegahan Risiko Dermatitis Kontak
Pada sektor konstruksi, pemakaian alat pelindung diri lengkap pada pekerja meliputi safety helmet, pakaian berlengan panjang, masker, sarung tangan, dan safety shoes menjadi suatu keharusan dalam upaya perlindungan diri dari penyakit bahkan kecelakaan kerja. Paparan bahan kimia pada pekerja dapat melalui berbagai cara mulai dari paparan kulit hingga terhirup. Oleh karena itu, penggunaan APD lengkap sangat diperlukan. Penyakit akibat kerja dapat timbul dan membahayakan kesehatan pekerja pada saat terjadi paparan potensi bahaya pada pekerja dalam waktu dan kadar yang telah melebihi ambang batas yang diperkenankan. Penggunaan APD yang tepat dan sesuai setidaknya mampu mengurangi jumlah paparan pada diri pekerja.
***
Penulis: Putri Nur Rohma
Editor: Puspa Anggun Pertiwi