Warning: Trying to access array offset on false in /home/vokasi.unair.ac.id/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/modules/dynamic-tags/tags/post-featured-image.php on line 39

Warning: Trying to access array offset on false in /home/vokasi.unair.ac.id/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/modules/dynamic-tags/tags/post-featured-image.php on line 39

Warning: Trying to access array offset on false in /home/vokasi.unair.ac.id/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/modules/dynamic-tags/tags/post-featured-image.php on line 39

Warning: Trying to access array offset on false in /home/vokasi.unair.ac.id/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/modules/dynamic-tags/tags/post-featured-image.php on line 39
Kenali Fenomena Moral distress yang Kerap Dialami Perawat Ruang Intensive Care Unit - Fakultas Vokasi Universitas Airlangga

Kenali Fenomena Moral distress yang Kerap Dialami Perawat Ruang Intensive Care Unit


Warning: Trying to access array offset on false in /home/vokasi.unair.ac.id/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/modules/dynamic-tags/tags/post-featured-image.php on line 39

VOKASI NEWS – Moral distress adalah sebuah fenomena yang sering dialami oleh perawat, terutama mereka yang bekerja di ruang Intensive care unit (ICU). Moral distress terjadi ketika perawat mengetahui tindakan yang tepat untuk dilakukan demi kepentingan pasien namun terhalang oleh berbagai hambatan eksternal seperti kebijakan rumah sakit, keterbatasan sumber daya, tekanan dari rekan kerja atau atasan, serta regulasi pemerintah. Kondisi ini tidak hanya menimbulkan stres emosional dan fisik yang signifikan, tetapi juga berdampak pada kinerja perawat serta kepuasan kerja mereka. Dalam konteks ICU, kondisi ini menjadi lebih kompleks mengingat sifat pekerjaan yang penuh tekanan dan keputusan yang sering kali bersifat hidup dan mati.

Penyebab Moral distress di ICU

Perawat di ICU sering menghadapi situasi yang kompleks dan menegangkan, termasuk keterlibatan dalam keputusan akhir hidup, penggunaan alat penunjang kehidupan, dan potensi memberikan perawatan yang tidak sesuai karena komunikasi yang buruk antara dokter dan perawat. Tekanan ini dapat membuat perawat merasa terjebak antara kebutuhan pasien dan batasan yang ada.

Salah satu penyebab utama moral distress di ICU adalah keputusan akhir hidup. Perawat sering kali harus menjalankan perawatan yang memperpanjang hidup pasien meskipun prognosisnya buruk. Ini bisa bertentangan dengan nilai dan keyakinan pribadi mereka tentang kualitas hidup yang layak. Misalnya, mereka mungkin merasa bahwa perawatan yang diberikan hanya memperpanjang penderitaan pasien tanpa ada harapan untuk pemulihan.

Keterbatasan sumber daya juga merupakan faktor penyebab moral distress. ICU sering kali bekerja dengan keterbatasan alat dan obat-obatan, yang memaksa perawat untuk membuat keputusan sulit tentang alokasi sumber daya. Dalam situasi di mana sumber daya medis terbatas, perawat mungkin harus memilih pasien mana yang akan menerima perawatan intensif dan mana yang tidak. Keputusan seperti ini sangat berat dan bisa bertentangan dengan prinsip etika dan moral perawat.

Tekanan dari atasan atau kebijakan institusi juga dapat menyebabkan moral distress. Perawat mungkin dipaksa untuk mengikuti kebijakan rumah sakit yang mereka rasa tidak etis atau tidak sesuai dengan kepentingan terbaik pasien. Misalnya, mereka mungkin harus membatasi perawatan atau menunda tindakan medis tertentu karena kebijakan penghematan biaya atau aturan administrasi yang ketat.

Komunikasi yang buruk antara tim medis adalah penyebab lain dari moral distress. Ketidakjelasan instruksi atau kurangnya komunikasi antara dokter dan perawat dapat menyebabkan kebingungan dan keputusan yang tidak tepat dalam perawatan pasien. Situasi di mana perawat tidak memiliki informasi yang cukup untuk membuat keputusan yang benar dapat menimbulkan rasa bersalah dan ketidakpuasan.

Dampak Moral Distress

Kondiri ini dapat berdampak serius pada kesehatan mental dan fisik perawat. Beberapa dampaknya antara lain adalah stres dan kecemasan yang berkepanjangan. Perawat yang mengalami moral distress cenderung merasa cemas dan stres terus-menerus, yang dapat mempengaruhi kesejahteraan emosional mereka. Perasaan tidak berdaya karena tidak dapat melakukan apa yang mereka anggap benar dapat menyebabkan ketegangan emosional yang signifikan.

Burnout juga merupakan dampak dari moral distress. Tekanan moral yang terus-menerus dapat menyebabkan burnout, dimana perawat merasa kelelahan fisik dan emosional, kehilangan rasa pencapaian, dan depersonalisasi terhadap pasien. Burnout dapat mengurangi efektivitas kerja perawat dan kualitas perawatan yang diberikan kepada pasien.

Turnover tinggi adalah dampak lain dari moral distress. Perawat yang mengalami kondisi ini secara berkepanjangan mungkin mempertimbangkan untuk meninggalkan profesi atau berpindah tempat kerja. Ini dapat mengurangi ketersediaan tenaga perawat berpengalaman di ICU dan meningkatkan beban kerja bagi perawat yang tersisa.

Strategi Mengatasi Moral Distress

Untuk mengatasi moral distress, penting bagi institusi pelayanan kesehatan untuk menyediakan dukungan yang memadai bagi perawat. Beberapa strategi yang dapat diterapkan antara lain adalah pelatihan etis dan dukungan manajemen. Memberikan pelatihan berkelanjutan tentang etika medis dan mendukung keputusan etis perawat dapat membantu mereka mengatasi dilema moral. Pelatihan ini harus mencakup pembahasan tentang situasi-situasi yang mungkin menimbulkan masalah tersebut dan cara menghadapinya.

Meningkatkan komunikasi antara tim medis juga merupakan strategi penting. Komunikasi yang efektif antara dokter dan perawat dapat mengurangi kesalahpahaman dan memastikan bahwa perawat memiliki informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan yang tepat. Pertemuan rutin antara tim medis untuk mendiskusikan kasus-kasus sulit dapat membantu mengidentifikasi dan mengatasi potensi moral distress.

Institusi pelayanan kesehatan juga harus mempertimbangkan kebijakan yang fleksibel. Kebijakan yang memungkinkan fleksibilitas dalam pengambilan keputusan perawatan berdasarkan situasi spesifik pasien dapat mengurangi tekanan pada perawat. Misalnya, memberikan kebebasan kepada perawat untuk membuat keputusan berdasarkan penilaian klinis mereka dalam situasi darurat dapat membantu mengurangi moral distress.

Dukungan psikologis adalah aspek lain yang penting dalam mengatasi moral distress. Menyediakan akses ke konseling dan dukungan psikologis bagi perawat dapat membantu mereka mengelola stres dan emosi yang timbul. Program dukungan ini harus dirancang untuk membantu perawat mengembangkan keterampilan coping yang efektif dan memberikan dukungan emosional yang mereka butuhkan.

Kesimpulan

Moral distress adalah tantangan serius yang dihadapi oleh perawat di ruang ICU. Memahami penyebab dan dampaknya, serta menerapkan strategi yang efektif untuk mengatasinya, sangat penting untuk memastikan kesejahteraan perawat dan kualitas perawatan pasien. Dukungan yang memadai dari institusi pelayanan kesehatan, pelatihan etis, komunikasi yang efektif, kebijakan yang fleksibel, dan dukungan psikologis adalah kunci dalam mengurangi masalah tersebut di kalangan perawat ICU. Dengan mengatasi moral distress, institusi kesehatan tidak hanya dapat meningkatkan kesejahteraan perawat tetapi juga memastikan bahwa pasien menerima perawatan yang optimal dan etis.

BACA JUGA: Kerentanan Psikologis Caregiver Informal Selama Mendampingi Pasien Dengan Gangguan Jiwa

***

Penulis: Aisya Della Fibriana

Editor: Puspa Anggun Pertiwi