Kenali Prosedur Pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging): Pentingnya Skrining Pasien dan Penjaminan Keselamatan Pasien

VOKASI NEWS – MRI adalah alat diagnostik radiologi untuk mengetahui adanya kelainan tertentu secara anatomis maupun fisiologis menggunakan gelombang magnet.

Efek Berbahaya MRI

Pemeriksaan MRI ini, tidak menimbulkan rasa sakit dan bersifat non invasif. Namun, beberapa kasus terowongan sempit pada alat diagnostik radiologi dapat memicu timbulnya klaustrofobia, yaitu rasa takut berlebihan pada saat berada di dalam ruang sempit. Selain itu, selama dilakukan pemeriksaan menggunakan alat MRI, terdengar suara keras bernada tinggi, sehingga membutuhkan perlindungan pada pendengaran.

Diketahui bahwa kemungkinan efek berbahaya sangat jarang terjadi atau mungkin hanya memiliki efek yang sangat terbatas. Oleh karena itu, semua area di dalam fasilitas MRI harus ditandai dengan peraturan jelas, informasi yang diberikan mudah dimengerti dan dipisahkan oleh penghalang yang sesuai dengan fasilitas MRI.

Berdasarkan Kepmen RI No.496/MENKES/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, penerapan patient safety sangatlah penting untuk peningkatan mutu rumah sakit dalam rangka globalisasi. Observasi terkait penerapan standar prosedur keamanan lingkungan dan patient safety magnetic resonance imaging meliputi ketersediaan perlengkapan pendukung.

Indikator Keselamatan Pasien MRI

Indikator keselamatan pasien pada pemeriksaan MRI meliputi adanya pedoman keselamatan pasien, adanya pembagian zona dalam ruangan MRI. Selain itu, adanya alat-alat pendukung keselamatan, pasien seperti bed pasien, tabung oksigen, APAR. Semua itu tentunya sudah berlabel “MR Safe/MR Conditional”, dan screening metal detector sebelum memasuki ruangan MRI. Oleh karena itu, screening harus dilakukan setiap kali pasien datang ke MRI, meskipun pasien sudah menjalani pemeriksaan MRI sebelumnya.

Ketersediaan metal detector ini mencegah terjadinya kecelakaan bagi pasien maupun petugas MR seperti adanya benda logam seperti peluru, pecahan peluru, tindik pada badan tersembunyi. Apabila tidak dilakukannya screening secara menyeluruh dengan menggunakan metal detector potensi terjadinya cedera lebih besar. Terutama jika di dekat struktur jaringan lunak atau pembuluh darah misalnya aorta atau arteri.

Pembatasan Zona Pemeriksaan

Zona I merupakan area yang tidak ada batasan, dapat diakses secara bebas. Pada zona II merupakan area yang terdapat ruang tunggu pasien, area dilakukannya screening pada pasien. Selain itu, terdapat zona III yang mana merupakan area yang berdekatan dengan zona IV.  Akses pada zona III terbatas dengan pantauan petugas MR. Namun, terdapat pintu pembatas antara zona III dan zona IV yang selalu tertutup kecuali pasien/petugas MR keluar dan masuk.  Petugas MR harus berada di dalam zona III apabila terdapat pasien di dalam zona IV. Pada zona IV merupakan ruangan yang berisi mesin MRI, terdapat tanda peringatan dengan jelas “Magnet is always on”, terdapat tombol darurat seperti “Patient alert button”.

Pada zona II terdapat area resusitasi darurat berlogo MR safe/MR conditional. Alat tersebut dapat digunakan apabila terjadi henti jantung atau pernapasan selama pemeriksaan. Akses publik pada lingkungan magnetic resonance imaging harus dibatasi pada zona I dan zona II. Selain itu, area persiapan pasien harus berada di luar zona III. Zona III merupakan area akses terbatas hanya untuk pasien dan pendamping yang telah melakukan screening yang dapat masuk dengan pantauan petugas MR. Zona IV merupakan area ruangan yang berisi mesin MRI, adanya tanda peringatan atau logo dengan jelas “Magnet is always on”, terdapat pintu yang harus selalu tertutup.

Mengapa Screening dan Pembatasan Zona Sangat Penting?

Ketidakadaan pembatasan zona dengan batas yang jelas dapat menyebabkan kecelakaan dengan risiko tinggi bagi keselamatan pasien, petugas MR, petugas kesehatan, dan keluarga pasien. Selain itu, ketika logam tertinggal di dalam tubuh pasien atau tattoo yang mengandung pigmen logam, medan magnet yang diinduksi oleh MRI dapat menciptakan arus listrik pada logam tersebut. Sehingga hal tersebut berpotensi memanaskan jaringan lunak disekitarnya. Keamanan pada lingkungan magnetic resonance imaging perlu diperhatikan untuk tercapainya patient safety pada MRI.

BACA JUGA: Peran Desain Ruangan X-Ray Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien Anak di Instalasi Radiologi

***

Penulis : Desmadha Riezqi Apsari

Pembimbing 1 : Muhaimin

Pembimbing 2 : Berliana Devianti Putri

Editor: Puspa Anggun Pertiwi