VOKASI NEWS – Tuberkulosis paru merupakan infeksi bakteri kronik yang menyerang paru dan biasa disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Sedangkan Coronavirus Disease atau COVID-19 merupakan penyakit yang menyerang sistem pernapasan dan disebabkan oleh virus strain baru yang dinamai Severe Acute Respiratory Syndrome-Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Tingginya prevalensi tuberkulosis paru di dunia dan adanya pandemi COVID-19 dapat memungkinkan terjadinya infeksi ganda pada kedua penyakit serta dapat memperburuk gejala klinis dari pasien.
Hubungan Tuberkulosis Paru dengan COVID-19
Penderita COVID-19 dan tuberkulosis paru sama-sama menunjukkan gejala yang mirip, seperti batuk, demam, dan kesulitan bernapas. Kedua penyakit ini sama-sama menyerang paru-paru dan menular melalui kontak erat. Berdasarkan sistem imun yang terlibat, ditemukan adanya disregulasi respon imun pada COVID-19 dan TB paru. Paru-paru penderita tuberkulosis mengeluarkan gen ACE 2 yang tinggi.
Diketahui gen ACE 2 merupakan pintu masuk dari SARS-CoV-2 di dalam organ. Ketika gen ACE2 tinggi, maka SARS-CoV-2 akan masuk ke dalam organ secara bergerombol dan menyebabkan infeksi ganda pada tubuh pasien. Infeksi ganda dari TB paru dan COVID-19 berkaitan dengan kesakitan dan kematian yang lebih tinggi. Menurut data Satgas COVID-19 (2021), terdapat 0,5% pasien COVID-19 memiliki penyakit penyerta tuberkulosis paru dan diketahui memiliki risiko kematian sebesar 2,45 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan pasien yang tidak menderita.
Faktor Risiko yang Berhubungan Dengan Kerentanan Pasien Terhadap COVID-19
Faktor risiko adalah variabel-variabel yang berhubungan dengan peningkatan risiko suatu penyakit atau infeksi tertentu. Sedangkan faktor risiko yang berhubungan dengan kerentanan pasien tuberkulosis paru terhadap infeksi COVID-19 adalah kerentanan terhadap antibiotik rifampisin. Pada pemeriksaan tuberkulosis, terdapat informasi terkait status positif atau negatif dari Mycobacterium tuberculosis dan juga status kerentanan antibiotik rifampisin. Pasien tuberkulosis paru yang memiliki status resisten terhadap rifampisin akan memiliki peluang lebih besar untuk terinfeksi COVID-19.
Tuberkulosis Resisten Obat Rifampisin (TB-RO) merupakan kondisi dimana bakteri Mycobacterium tuberculosis lebih resisten terhadap obat tuberkulosis lini pertama, seperti rifampisin. Hal tersebut disebabkan oleh keberadaan bakteri yang lebih resisten dan sulit untuk disembuhkan. Angka kematian pasien tuberkulosis resisten rifampisin dengan COVID-19 akan lebih tinggi dan dapat juga terjadi pada individu muda. Waktu penyembuhan pasien koinfeksi TB paru – COVID-19 25% lebih rendah dibandingkan pasien non-COVID-19 dengan waktu pemulihan yang lama (Sy et al, 2020).
***
Penulis: Rosa Hafizhatun Ni’mah
Editor: Puspa Anggun Pertiwi