Penguatan Kolaborasi Lintas Negara melalui ICS 2.0
Program Studi Sarjana Terapan Kearsipan dan Informasi Digital, Universitas Airlangga, kembali menunjukkan eksistensinya dalam kancah internasional melalui penyelenggaraan International Community Service (ICS) 2.0. Kegiatan ini merupakan lanjutan dari kerja sama internasional antara Universitas Airlangga dan Universiti Teknologi MARA (UiTM), Malaysia. Dengan mengusung tema “Serumpun Sebalai: Crossing Culture, Planting Future”, kegiatan ini menjadi simbol penguatan hubungan akademik dan budaya antar dua institusi yang berasal dari rumpun budaya serumpun.
ICS 2.0 dilaksanakan selama dua hari, pada 3–4 Mei 2025. Di hari pertama, sebanyak sepuluh mahasiswa dari UiTM berkolaborasi bersama Himpunan Mahasiswa Kearsipan dan Informasi Digital dalam kegiatan konservasi lingkungan di Ekowisata Mangrove Wonorejo, Surabaya. Kegiatan ini dipandu oleh seorang pemandu lokal, Pak David, yang memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga kelestarian ekosistem pesisir. Penanaman pohon mangrove menjadi simbol dari upaya menanam “akar” kolaborasi yang tidak hanya berdampak ekologis, tetapi juga sosial dan budaya. Aksi ini mencerminkan kepedulian generasi muda terhadap lingkungan sekaligus mempererat relasi dua negara melalui aksi nyata.
Merayakan Keberagaman Budaya dan Solidaritas Internasional
Pada hari kedua, semangat kolaboratif berlanjut melalui Cultural Day yang digelar di Aula Moh. Hatta, Kampus B Universitas Airlangga. Kegiatan ini diisi dengan berbagai pertunjukan budaya, seperti tari tradisional, fashion show pakaian adat, permainan rakyat, hingga sajian kuliner khas Indonesia dan Malaysia. Selain itu, sesi penyampaian materi tentang kebudayaan masing-masing negara turut memperkaya pemahaman lintas budaya para peserta.
Ketua pelaksana ICS 2.0, Lidya Sintya Wu, menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan mempererat tali silaturahmi serta meningkatkan rasa solidaritas kedua bangsa. “ICS 2.0 merupakan bagian dari upaya memperluas internasionalisasi program studi serta meningkatkan pemahaman terhadap keberagaman budaya,” ujarnya. Menurutnya, tema Serumpun Sebalai menggambarkan kedekatan historis dan kultural antara Indonesia dan Malaysia, yang walaupun memiliki akar budaya serupa, tetap menjunjung keunikan masing-masing.
Kegiatan ini mendapatkan sambutan hangat dari seluruh peserta. Antusiasme terlihat jelas dari semangat mereka dalam mengikuti setiap sesi yang diselenggarakan. ICS 2.0 tidak hanya memperkuat hubungan akademik antar universitas, tetapi juga menciptakan ruang dialog budaya yang hangat dan membangun.
Harapannya, kegiatan serupa dapat terus dikembangkan di masa depan sebagai bentuk nyata kerja sama internasional yang berdampak langsung bagi masyarakat dan lingkungan. ICS 2.0 menjadi bukti bahwa mahasiswa, melalui sinergi lintas negara, mampu menciptakan kolaborasi bermakna yang berkelanjutan.
Penulis : Lidya Sitya Wu