VOKASI NEWS – Diabetes melitus adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan hormon insulin yang ditandai dengan adanya kondisi hiperglikemia atau peningkatan kadar glukosa darah dalam tubuh. Data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2017 menunjukkan jumlah penderita diabetes melitus sebanyak 424,9 juta penderita. Hal tersebut diperkirakan meningkat menjadi 628,6 juta penderita pada tahun 2045. Menurut IDF, pada tahun 2021 Indonesia menduduki peringkat kelima negara dengan jumlah kejadian diabetes terbanyak dengan 19,5 juta penderita.
Diabetes melitus yang tidak dijaga dengan baik meningkatkan risiko komplikasi penyakit lain, salah satunya komplikasi vaskuler. Hipertensi adalah salah satu komplikasi vaskuler yang paling umum. Penderita diabetes memiliki dua kali lebih banyak kemungkinan terkena hipertensi atau tekanan darah tinggi dibandingkan dengan orang tanpa diabetes. Tekanan darah tinggi juga dikenal sebagai hipertensi, adalah kondisi jantung di mana saat tekanan sistolik ≥140 mmHg dan/atau ≥90 mmHg pada tekanan diastolik.
Glukosa darah yang tinggi dapat merusak dinding pembuluh darah sel endotel, menyebabkan penumpukan lemak dan menyempitkan pembuluh darah. Glukosa darah yang tinggi juga dapat memicu reaksi advanced glycosylated endproducts (AGEs) dengan protein dinding pembuluh darah. Proses tersebut dapat merusak dinding pembuluh darah dan menyebabkan peradangan. Peradangan tersebut menimbulkan plaque yang membuat dinding pembuluh darah menjadi menebal dan kaku yang berpengaruh pada perubahan tekanan darah
Penelitian ini dilakukan dilakukan dengan melihat hasil cek laboratorium di Rumah Sakit Umum Daerah Jombang tahun 2023. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Mei tahun 2024. Pada penelitian ini populasi yang diambil merupakan pasien rawat inap yang memiliki riwayat penyakit diabetes melitus. Dengan populasi pasien yang melakukan pemeriksaan tekanan darah dan kadar glukosa darah acak di RSUD Jombang tahun 2023. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah kadar gula dan yang menjadi variabel dependen adalah tekanan darah.
Hasil Penelitian Korelasi Glukosa Darah dengan Tekanan Darah
Setelah data didapatkan, selanjutnya data disajikan, diolah, dan dianalisis dengan menjelaskan deskripsi data, uji normalitas, dan uji korelasi menggunakan aplikasi SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) versi 22. Besar sampel yang digunakan yaitu 52 sampel. Sampel tersebut terdiri dari 15 pasien laki-laki (29%) dan 37 pasien perempuan (71%). Dari 52 sampel menunjukkan usia pasien terendah pada penelitian ini yaitu 45 tahun dan usia tertinggi yaitu 76 tahun. Hasil analisis data uji normalitas menggunakan metode uji Kolmogorov-smirnov menunjukkan bahwa data pada sampel glukosa darah terdistribusi normal dengan nilai p value 0,200.
Namun pada sampel tekanan sistolik dan diastolik menunjukkan bahwa tidak terdistribusi normal dengan nilai p value masing-masing 0,000 dan 0,000. Oleh karena itu, dilanjutkan menggunakan metode uji non-parametrik dengan uji korelasi Spearman. Hasil pada uji korelasi menunjukkan adanya hubungan antara kadar gula darah acak dengan tekanan darah sistolik (p value = 0,000 dan r=0,603). Selain itu juga kadar gula darah acak dengan tekanan darah diastolik (p value=0,002 dan r=0,417).
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang kuat dengan arah hubungan yang positif antara kadar gula darah acak dengan tekanan darah sistolik. Selain itu juga korelasi yang sedang antara kadar gula darah acak dengan tekanan darah diastolik pada pasien diabetes melitus di RSUD Jombang tahun 2023. Saran dari penelitian ini yaitu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai korelasi antara glukosa darah dengan tekanan darah dengan jumlah sampel yang lebih besar.
BACA JUGA: Hubungan Lama Menjalani Terapi Hemodialisis dengan Tingkat Stres pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik
***
Penulis: Agitha Wine Putri Kangkari
Editor: Puspa Anggun Pertiwi