Mahasiswa Perhotelan UNAIR Ungkap Rahasia Kedai Kopi Sumedang Bertahan Hampir Satu Dekade

Mahasiswa Perhotelan UNAIR Ungkap Rahasia Kedai Kopi Sumedang Bertahan Hampir Satu Dekade_Dokumen Istimewa

VOKASI NEWS – Di tengah persaingan ketat industri kopi, Kedai Kopi Roemah 151 di Sumedang berhasil membuktikan diri sebagai salah satu kedai kopi lokal yang mampu mempertahankan basis pelanggan setia hampir selama satu dekade. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Abi Rafdy Chaldun, mahasiswa Program Studi D-IV Manajemen Perhotelan Fakultas Vokasi Universitas Airlangga, mengungkap kunci keberhasilan kedai ini dalam menjaga retensi pelanggan.

Kedai Kopi Roemah 151, yang beroperasi sejak 2017, bukan sekadar tempat membeli kopi. Bagi pelanggan setianya, kedai ini telah menjadi “rumah kedua” yang menghadirkan rasa nyaman, keterikatan emosional, dan hubungan sosial yang kuat. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam terhadap lima pelanggan tetap yang telah menjalin hubungan emosional dengan kedai.

Pelayanan Personal dan Suasana Otentik Kopi Roemah 151

Temuan penelitian menunjukkan bahwa kombinasi kualitas pelayanan yang ramah dan personal, atmosfer yang nyaman dan otentik, serta interaksi sosial yang erat menjadi faktor utama yang mendorong pelanggan terus kembali. Barista di Roemah 151 tidak hanya melayani pesanan, tetapi juga membangun hubungan hangat dengan pengunjun. Tentuinya, hal ini menciptakan suasana kekeluargaan yang jarang ditemukan di kedai kopi waralaba.

Abi menjelaskan, “Pelayanan yang diberikan barista di sini bersifat personal, mereka mengingat nama pelanggan, selera kopi, bahkan topik obrolan terakhir. Hal kecil seperti ini membangun keterikatan emosional yang kuat.”

Kedai Sebagai “Ruang Pemulihan Sosial”

Menariknya, penelitian ini menemukan tema baru yang belum banyak dibahas dalam literatur industri kopi. Kedai kopi sebagai social recovery space atau ruang pemulihan sosial. Pelanggan menggambarkan Roemah 151 sebagai tempat di mana mereka merasa diterima, aman, dan mampu “mengisi ulang” energi psikologis setelah beraktivitas.

Fenomena ini selaras dengan tren perilaku konsumen pasca pandemi, dimana banyak orang mencari tempat yang memberikan rasa nyaman dan koneksi sosial. Kedai seperti Roemah 151 berhasil memenuhi kebutuhan tersebut dengan menggabungkan kualitas produk, interaksi hangat, dan atmosfer yang menenangkan.

BACA JUGA: [Meningkatkan Daya Saing Bisnis Kedai Kopi dengan Praktik Terbaik]

Kopi Berkualitas, Harga Terjangkau

Selain suasana dan interaksi, kualitas kopi tetap menjadi pilar penting. Roemah 151 menyajikan berbagai varian kopi, mulai dari Americano, Cappuccino, Latte, hingga manual brew, menggunakan biji kopi Sumedang grade A. Menurut data dari Tribun Priangan (2022), harga yang ditawarkan terjangkau bagi berbagai kalangan. Hal ini menjadikannya pilihan utama masyarakat Sumedang yang ingin menikmati kopi berkualitas tanpa menguras kantong.

Konteks Pertumbuhan Kedai Kopi di Indonesia

Penelitian ini juga menempatkan keberhasilan Roemah 151 dalam konteks pertumbuhan industri kopi nasional. Data Kementerian Pertanian menunjukkan konsumsi kopi dalam negeri mencapai lebih dari 379 ribu ton pada 2022, dengan tren kedai kopi yang terus meningkat, terutama di kota-kota kecil. Budaya nongkrong dan bekerja di kafe, khususnya di kalangan generasi muda, menjadi salah satu pendorong utama.

Menurut Abi, sebagian besar penelitian tentang retensi pelanggan di industri kopi fokus pada kedai waralaba di kota besar. “Konteks kedai kopi lokal di kota kecil seperti Sumedang jarang mendapat sorotan. Padahal, mereka memiliki dinamika dan kekuatan unik yang layak dipelajari,” ujarnya.

Implikasi untuk Pemilik Usaha

Hasil penelitian ini memberikan beberapa rekomendasi praktis bagi pelaku usaha kedai kopi:

  1. Fokus pada hubungan personal – Mengenal pelanggan secara individu dapat menciptakan loyalitas jangka panjang.
  2. Ciptakan suasana otentik – Desain interior dan nuansa yang mencerminkan identitas lokal dapat memperkuat keterikatan emosional.
  3. Fungsikan kedai sebagai ruang sosial – Menyediakan lingkungan yang aman dan ramah untuk interaksi pelanggan dapat menjadi keunggulan kompetitif.
  4. Konsistensi kualitas produk – Kopi yang enak, konsisten, dan terjangkau tetap menjadi alasan utama pelanggan kembali.

Menghadapi Persaingan Masa Depan

Dengan maraknya kedai kopi baru, mempertahankan pelanggan menjadi tantangan besar. Penelitian Abi menegaskan bahwa retensi pelanggan bukan hanya soal rasa kopi atau harga, tetapi gabungan dari pengalaman menyeluruh yang dirasakan pelanggan. Roemah 151 membuktikan bahwa pendekatan ini efektif, bahkan di tengah persaingan ketat.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi pemilik kedai kopi lokal lainnya untuk mengembangkan strategi retensi pelanggan berbasis pendekatan emosional dan sosial, bukan sekadar promosi atau diskon. Dalam kata-kata penutupnya, Abi menegaskan bahwa kopi mungkin yang membawa orang datang, tapi rasa diterima dan terhubunglah yang membuat mereka kembali.

***

Penulis : Abi Rafdy Chaldun

Editor: Oky Sapto Mugi Saputro