VOKASI NEWS – Implementasi Manajemen Kandang Dalam Mendukung Status Konservasi Banteng Jawa di The Grand Taman Safari Prigen Indonesia.
Magang mandiri merupakan salah satu kegiatan wajib bagi mahasiswa Fakultas Vokasi Unair khususnya Prodi D3
Paramedik Veteriner. Tujuan adanya kegiatan ini guna memberikan pengalaman kerja yang berkompeten dan sesuai dengan minat serta bidang keahliannya. Melalui magang mandiri ini, mahasiswa diharap mampu menerapkan pengetahuannya dengan langsung terjun dalam dunia kerja. Dalam rangka mengembangkan kompetensi di bidang Kesehatan Hewan khususnya pada satwa liar, magang mandiri dilaksanakan di The Grand Taman Safari Prigen Indonesia.
The Grand Taman Safari Prigen menjadi tempat pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan dan kemampuan. Di sini mahasiswa memiliki kesempatan untuk mengetahui lebih dalam terkait Lembaga Konservasi Hewan. Salah satu pembelajaran dasar dalam melatih dan meningkatkan keterampilan serta kemampuan sebagai paramedis adalah penerapan manajemen kendang pada Banteng Jawa (Bos javanicus).
Identifikasi Banteng Jawa (Bos javanicus)
Banteng Jawa (Bos javanicus) merupakan subspesies banteng yang berasal dari Pulau Jawa dan juga spesies sapi liar endemik. Memiliki ciri khas berupa tubuh berwarna coklat kemerahan pada betina, dan hitam keabuan hingga hitam pekat pada jantan. Ciri khas lain yang dapat ditemukan di Banteng Jawa yaitu memiliki corak putih di kaki bagian bawah dan sekitar pantat. Banteng Jawa termasuk satwa liar yang mudah beradaptasi dan termasuk kedalam satwa grazer (pemakan rumput) dan browser (pemakan dedaunan). Oleh karena itu, Banteng Jawa dapat hidup di beberapa habitat yang berbeda seperti hutan tropis, savana, dan perbukitan dengan kelompok kecil yang dipimpin oleh jantan.
Banteng Jawa hidup secara berkelompok yang terdiri dari 10-12 individu berisikan jantan dewasa, betina dewasa, dan anak (Alikodra, 1983). Meskipun begitu, terkadang Banteng Jawa juga membentuk kelompok besar yang terdiri dari 35-40 ekor yang dipimpin oleh jantan dominan (alpha). Menurut IUCN, saat ini Banteng Jawa telah berstatus Endangered atau terancam punah. Hal itu disebabkan oleh turunnya populasi hingga lebih dari 50% dalam beberapa dekade terakhir akibat perburuan liar dan hilangnya habitat asli di alam liar.
Implementasi Manajemen Kandang Banteng Jawa
Salah satu bentuk implementasi manajemen kandang yaitu menjaga kebersihan kandang. Dengan melakukan sanitasi atau desinfeksi pada lingkungan tempat tinggal hewan termasuk kandang. Sanitasi dilakukan untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih, sehat, dan terhindar dari mikroorganisme penyebab penyakit. Sanitasi kandang dilakukan setiap sekali sehari dengan membersihkan kotoran, sisa pakan, dan dedaunan pada kandang.
Limbah hasil kandang seperti kotoran dan sisa pakan dikumpulkan dan dimanfaatkan Kembali sebagai pupuk organik agar tidak mencemari lingkungan. Desinfeksi dilakukan setiap 2-3 bulan sekali dengan menggunakan kaporit untuk membersihkan lumut atau kotoran yang menempel pada dinding kandang. Selain itu, penerapan sistem drainase dilakukan untuk memastikan dan menjaga kandang tetap kering dan tidak becek guna mencapai kenyamanan dan kesejahteraan hewan.
Pengelolaan Kesehatan Hewan
Selain manajemen kandang yang baik, pengelolaan kesehatan hewan juga perlu dilakukan untuk meminimalisir terjadinya infeksi mikroorganisme penyebab penyakit. Pemberian pakan yang tepat dapat mendukung kesehatan hewan. Pemberian pakan pada Banteng jawa berupa hijauan yang terdiri dari Brachiaria (rumput gajah) dan Zea mays (tebon jagung).
Selain itu, pemberian konsentrat juga diperlukan sebagai suplemen tambahan untuk menunjang kebutuhan nutrisi pada hewan khususnya Banteng Jawa. Konsentrat memiliki kadar serat rendah namun kaya akan protein, energi, vitamin, dan mineral. Oleh karena itu, pemberian konsentrat digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, meningkatkan pertumbuhan, meningkatkan produksi, dan juga memperbaiki kesehatan serta imunitas hewan. Pengendalian penyakit juga dilakukan dengan memberikan obat cacing Kalbazen setiap 3 bulan sekali dan juga pemeriksaan feses setiap 1 bulan sekali.
[BACA JUGA: Mahasiswa D3 Paravet UNAIR Magang Mandiri di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Malang]
***
Penulis: Intan Fahirah Zamni Akshori – D4 Teknologi Veteriner
Editor: Habibah Khaliyah – Tim Branding Fakultas Vokasi