VOKASI NEWS – Memaknai Sumpah Pemuda, dosen dan tenaga kependidikan Fakultas Vokasi Universitas Airlangga kompak dan bangga mengenakan pakaian adat di Indonesia.
Pada Senin (28/10), Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda. Peringatan tersebut menjadi pengingat bagi para pemuda tentang peran mereka dalam menjaga dan memajukan bangsa. Sebagai bagian dari perayaan hari Sumpah Pemuda, Universitas Airlangga meminta seluruh dosen dan tenaga kependidikan (tendik) di setiap fakultas untuk mengenakan pakaian adat. Dalam kegiatan ini, sebagai bentuk apresiasi, UNAIR memberikan penghargaan untuk dua kategori, yaitu pemenang Best Costume dan Favourite Costume, yang masing-masing pemenangnya akan menerima hadiah.
Peraih “Best Customer” Fakultas Vokasi UNAIR adalah Hestiningrum. Acara ini dimaknai olehnya sebagai pengingat untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa. Peringatan ini juga mengingatkan tentang peran penting pemuda dalam memajukan bangsa dan melestarikan budaya Indonesia. Meskipun kita berasal dari suku dan ras yang beragam, namun darah kita tetap satu yaitu darah Indonesia.
Keunikan Tersendiri Pakaian Adat Minahasa
Pada peringatan kali ini, Hestiningrum memilih mengenakan pakaian adat khas Minahasa, Sumatera Utara, yaitu busana Kawasaran. Busana ini terkenal memiliki ciri khas yang kuat dan energik. Busana ini menjadi lambang penghormatan kepada para ksatria bangsa yang telah berjuang melawan penjajah. Selain itu, busana ini juga menyalakan jiwa semangat ksatria pada pemuda zaman sekarang untuk melanjutkan perjuangan dalam memajukan bangsa.
Hestiningrum menjelaskan bahwa busana adat Minahasa ini memiliki keunikan tersendiri, sehingga merasa cocok dan nyaman saat memakainya.
“Karena pada dasarnya saya ini orangnya tomboy, jadi saya berusaha mencari busana adat Indonesia yang sesuai dengan kepribadian saya dan yang pastinya unik. Setelah itu, saya menemukan busana adat Minahasa ini dan tertarik untuk memakainya nanti saat peringatan hari Sumpah Pemuda”, ujar Hestiningrum.
Melalui busana adat Minahasa ini, Hestiningrum secara tidak langsung ingin menunjukkan bahwa Indonesia kaya akan ragam budaya.
Pesan untuk Generasi Muda di Era Globalisasi dan AI
Sebagai generasi yang hidup di era globalisasi dan kemajuan teknologi, tak jarang kita menjumpai fenomena dimana budaya asing dan kecanggihan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) menyatu dengan kebudayaan asli Indonesia. Akibatnya, tidak jarang kita menemukan masyarakat, terutama generasi muda yang kurang mengenal budaya asli Indonesia. Hal tersebut menunjukkan tantangan baru yang dihadapi oleh generasi muda dalam mempertahankan identitas dan eksistensi budaya ditengah perkembangan zaman.
BACA JUGA: KNV 2024, Kolaborasi 3 Bidang Soroti Potensi Kecerdasan Buatan Era Digital
Namun, meskipun pengaruh globalisasi dan perkembangan AI membawa banyak pengaruh dari luar, sejatinya kita tidak boleh melupakan akar budaya dan jati diri bangsa. Justru momen ini dapat dijadikan peluang untuk mempromosikan budaya Indonesia ke belahan dunia. Dengan memanfaatkan teknologi dan AI, kita memiliki kesempatan untuk memperkenalkan kekayaan budaya dan tradisi kita kepada masyarakat internasional.
***
Penulis: Salma Aida Y. – Magang Tim Branding Fakultas Vokasi UNAIR
Editor: Oky Sapto Mugi Saputro – Tim Branding Fakultas Vokasi UNAIR