VOKASI NEWS – Meneliti HIRADC pada Departemen Fabrikasi PT X, buah karya Mahasiswa Fakultas Vokasi UNAIR.
Hazard Identification Risk Assessment and Determining Control (HIRADC) adalah metode sistematis yang digunakan dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Tujuan utamanya adalah untuk mencegah dan mengendalikan bahaya yang mungkin timbul dalam kegiatan pekerjaan, baik akibat kelalaian manusia, kerusakan peralatan atau mesin, maupun kondisi lingkungan yang tidak aman.
Langkah-langkah HIRADC
- Identifikasi Bahaya
Tahap pertama adalah mengidentifikasi potensi bahaya yang mungkin muncul dalam proses kerja. Bahaya ini bisa bersumber dari berbagai faktor, seperti manusia, alat, dan lingkungan kerja.
- Analisis Risiko
Setelah bahaya diidentifikasi, dilakukan analisis risiko untuk menentukan tingkat risiko dari setiap potensi bahaya tersebut. Risiko dinilai berdasarkan kemungkinan terjadinya kecelakaan dan dampaknya terhadap pekerja atau proses kerja.
- Pengendalian Bahaya
Tahap terakhir adalah penerapan tindakan pengendalian untuk mengurangi risiko. Tindakan ini disusun berdasarkan tingkat risiko yang telah dianalisis.
Hirarki Pengendalian Bahaya
Menurut ILO (2013), terdapat beberapa bentuk pengendalian bahaya yang dapat diterapkan berdasarkan urutan prioritas berikut:
- Eliminasi: Menghilangkan sumber bahaya sepenuhnya.
- Substitusi: Mengganti bahan, alat, atau proses kerja dengan yang lebih aman.
- Rekayasa Teknik: Menggunakan peralatan atau desain yang dapat mengurangi paparan terhadap bahaya.
- Pengendalian Administratif: Menerapkan prosedur atau aturan kerja untuk mengurangi risiko.
- Alat Pelindung Diri: Menggunakan alat pelindung diri (APD) sebagai upaya terakhir jika bahaya tidak dapat dieliminasi.
Hasil Penilaian Risiko di Departemen Fabrikasi
Dari hasil identifikasi, ditemukan 22 potensi bahaya di departemen fabrikasi. Berdasarkan penilaian risiko, ditemukan bahwa:
- 3 risiko (14%) berada pada kategori very high risk.
- 6 risiko (27%) termasuk high risk.
- 13 risiko (59%) berada dalam kategori medium risk.
Pengendalian risiko telah diterapkan sesuai dengan hierarki pengendalian, mulai dari eliminasi, substitusi, rekayasa teknik, pengendalian administratif, hingga penggunaan alat pelindung diri. Setelah penerapan pengendalian, dilakukan analisis terhadap risiko sisa. Hasilnya menunjukkan bahwa:
- 3 risiko (14%) masih tergolong medium risk.
- 19 risiko (86%) berada pada kategori low risk.
Saran Pengendalian Risiko
- Pengawasan Khusus
Perusahaan perlu memberikan pengawasan lebih intensif di departemen fabrikasi, terutama pada pekerjaan dengan risiko medium seperti pembubutan, pemotongan bahan baku, dan penggerindaan.
- Peningkatan Kesadaran K3
Memperhatikan sarana dan prasarana keselamatan kerja, seperti alat ukur dan rambu, guna meningkatkan kesadaran pekerja terhadap pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.
- Penerapan K3 yang Konsisten
Perusahaan harus memastikan penerapan K3 yang baik untuk mencegah terjadinya risiko yang lebih tinggi selama proses kerja.
- Sosialisasi SOP/IK
Mengadakan sosialisasi secara berkala terkait Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Instruksi Kerja (IK) agar pekerja selalu memahami prosedur yang benar.
- Tindakan Tegas
Memberikan teguran atau peringatan kepada pekerja yang tidak mematuhi prosedur, dengan tujuan mencegah kecelakaan dan menyadarkan mereka akan pentingnya K3.
BACA JUGA: KNV 2024, Kolaborasi 3 Bidang Soroti Potensi Kecerdasan Buatan Era Digital
***
Penulis : Gumelar Sabda Pamungkas
Editor : Oky Sapto Mugi Saputro – Tim Branding Fakultas Vokasi UNAIR