Meneliti Peranti Hawlix Retainer dengan Penambahan Gigi 24 Pada Kasus Hipodonsia

VOKASI NEWS – Meneliti peranti Hawlix Retainer dengan penambahan gigi 24 pada kasus hipodonsia, hasil penelitian Mahasiswa Fakultas Vokasi UNAIR.

Kehilangan gigi dapat terjadi karena adanya interaksi faktor kompleks, salah satunya agenisi gigi (hipodonsia). Hipodonsia merupakan kehilangan satu atau beberapa gigi secara kongential. Prevalensi kasus tersebut berkisar 0,3%-36,5%. Penyebab dari hipodonsia adalah faktor lingkungan dan faktor genetik. Terjadinya kehilangan gigi juga dapat mempengaruhi struktur orofasial, seperti, jaringan tulang, persarafan, otot-otot, dan berkurangnya fungsi orofasial.

Perawatan Kasus Hipodonsia

Pada kasus yang diterima, kondisi gigi telah dilakukan perawatan ortodonti. Namun pasca perawatan masih terdapat ruang pada premolar satu rahang atas akibat agenisi yang bilamana diabaikan dapat mengganggu estetika. Maka, untuk mendukung estetika pada kasus tersebut, dilakukan pembuatan peranti Hawlix. Estetika yang unggul, efektivitas biaya, kemudahan pembuatan, ketahanan yang memadai terhadap patah, dan space maintainer yang presisi yang dapat dicapai dengan Hawlix dibandingkan dengan penahan lainnya.

Desain

Anasir gigi 24 akan ditambahkan sebagai pengganti gigi yang tidak ada karena hipodonsia, serta berfungsi sebagai space maintainer sebelum perawatan restoratif dilakukan. Desain pada peranti Hawlix retainer meliputi akrilik pada bagian palatal dan Essix di kaninus hingga kaninus. Dikarenakan terdapat penambahan gigi 24, batas Essix retainer diperpanjang dari premolar 2 kiri hingga ke premolar 2 kanan.

BACA JUGA: KNV 2024, Kolaborasi 3 Bidang Soroti Potensi Kecerdasan Buatan Era Digital

Penambahan ball’s clasp diletakkan pada bagian distal gigi molar pertama serta bertujuan sebagai retensi pada gigi posterior. Alasan pemilihan cengkeram tersebut karena retentif dan tidak mengganggu fungsi dari Essix retainer.

Perlekatan Essix dengan Akrilik

Sebagai perlekatan antara essix dan akrilik, bagian palatal dari essix diperkasar menggunakan diamond bur. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan perlekatan yaitu dengan membuat kekasaran permukaan protesa atau restorasi yang disebut juga dengan istilah surface treatment. Perlakuan ini bertujuan untuk meningkatkan kekasaran permukaan suatu protesa sehingga menghasilkan mikroporositas yang dapat meningkatkan kekuatan adhesive atau perlekatan. Kekasaran permukaan ini dapat dilakukan dengan cara mekanis yaitu dengan membuat guratan menggunakan alat bur.

Aplikasi Akrilik

Teknik yang digunakan adalah layering technique. Bahan self-curing biasa digunakan dalam metode layering untuk pembuatan gigi tiruan lepasan sementara, untuk memperbaiki gigi palsu yang patah, dan untuk memproduksi peralatan ortodonti lepasan. Namun terdapat kekurangan pada teknik ini yang bilamana diaplikasikan, dapat membuat hasil dari Essix retainer menjadi buram dikarenakan liquid yang mengenai permukaan Essix. Teknik lain yang dapat menjadi alternatif untuk mengatasi kekurangan ini adalah molding technique.

***

Penulis : Ilham Kusuma Waskita

Pembimbing : Elly Rusdiana, drg., M.Kes; Dr. Sianiwati Goenharto, drg., M. S.

Editor : Oky Sapto Mugi Saputro – Tim Branding Fakultas Vokasi UNAIR