Mengenal Kemoterapi pada Pasien Kanker Payudara beserta Efek Sampingnya

VOKASI NEWS – Mengenal efek kemoterapi pada pasien kanker payudara, mengingat kanker ini menempati peringkat oertama sebagai kanker paling sering terjadi.

Kanker payudara (Carsinoma mammae) adalah penyakit neoplasma yang disebabkan oleh pertumbuhan abnormal sel sel ganas dengan cepat dan tidak terkendali yang ditemukan pada jaringan payudara. Kanker payudara menempati peringkat pertama sebagai kanker yang paling sering terjadi dengan 2,3 juta kasus di mana memiliki persentase 12,5% dari seluruh kasus kanker. Menurut data WHO, di Indonesia sendiri kasus kanker payudara menempati peringkat pertama sebagai kasus kejadian kanker tertinggi dengan jumlah 65.858 kasus (16,6%) dari 396.914 kasus kanker di seluruh populasi baik pria maupun wanita pada tahun 2020.

Penanganan dan perawatan secara medis sangat diperlukan untuk pengobatan kanker payudara. Salah satu pengobatan untuk pasien kanker yang tidak asing di telinga masyarakat adalah kemoterapi. Kemoterapi adalah pemberian bahan kimia untuk pengobatan penyakit yang kini telah merujuk pada pengobatan sel kanker dengan pemusnahan sel diduga kanker menggunakan obat sitotoksik. Tidak semua wanita pengidap kanker payudara langsung membutuhkan tindakan kemo. Biasanya, prosedur ini akan direkomendasikan pada kondisi dan waktu-waktu tertentu sebagai berikut.

Kemoterapi Adjuvant

Ditujukan pada pasien kanker pasca operasi yang tidak tampak adanya penyebaran. Kemoterapi ini bertujuan untuk mengurangi peluang kekambuhan kanker, karena pada masa ini sel kanker dari payudara dapat melepaskan diri dan ikut ke aliran darah. Kemoterapi biasanya dibutuhkan setelah operasi untuk membunuh sel kanker yang mungkin tertinggal atau menyebar, tetapi tidak terlihat dalam tes pencitraan. Jika dibiarkan tumbuh, sel kanker bisa membentuk tumor baru pada bagian tubuh yang lain.

Kemoterapi Neoadjuvant

    Ditujukan pada pasien pra operasi yang bertujuan untuk memperkecil ukuran tumor yang berukuran besar sebelum dilakukan operasi. Namun, kemoterapi ini belum menunjukkan keefektivitasannya dalam meningkatkan kelangsungan hidup pasien, sehingga masih diperlukan kemoterapi adjuvant. Kemo neoadjuvant juga bisa membantu dokter melihat bagaimana kanker merespons obat yang diberikan. Jika rangkaian kemoterapi pertama tidak mengecilkan tumor payudara, tandanya Anda butuh obat lain yang lebih kuat.

    Kemoterapi Paliatif

    Jenis Kemoterapi ini ditujukan pada pasien kanker stadium lanjut yang bukan bertujuan untuk penyembuhan, namun hanya untuk meningkatkan kualitas hidup. Kemoterapi biasa dilakukan untuk kasus kanker yang telah menyebar ke jaringan lain, seperti ketiak. Biasanya, kemoterapi dilakukan bersamaan dengan pengobatan kanker payudara lain, yaitu terapi target.

    Obat yang diberikan dalam kemo biasanya akan dikombinasikan satu atau lebih dari beberapa obat karena dinilai lebih efektif karena kemampuan yang leih baik dalam membunuh sel kanker. Beberapa obat yang biasa digunakan antara lain:

    1. Antrasiklin seperti doksorubisin dan epirubisin,
    2. Taxanes, seperti paklitaksel dan dosetaksel,
    3. 5-fluorourasil (5-FU),
    4. Siklofosfamid, dan
    5. Carboplatin,

    Kemoterapi kanker payudara biasanya mencakup rangkaian pengobatan yang bisa terdiri dari 48 siklus. Setiap siklus bisa berlangsung selama 23 minggu. Jadwal pemberian obatnya pun tergantung pada jenis dan dosis obat yang digunakan.Setelah siklus pertama selesai, siklus selanjutnya akan dimulai dengan kemungkinan jadwal yang berulang. Setiap hendak memulai siklus baru, dokter akan memeriksa kondisi Anda dan seberapa baik pengobatan sebelumnya bekerja. Dokter kemudian dapat menyesuaikan rencana pengobatan selanjutnya agar proses pemulihannya lancar.

    Efek Samping Kemoterapi

    Kemoterapi kanker payudara memiliki beberapa efek samping umum. Efek samping tergantung pada jenis dan dosis obat yang Anda terima, lamanya pengobatan, serta kesehatan Anda secara keseluruhan, termasuk bagaimana respons tubuh Anda terhadap obat-obatan.Efek samping yang dirasakan setiap pasien pun mungkin berbeda meski mendapatkan regimen yang sama. Beberapa efek samping tersebut antara lain, mual, muntah dan alopesi, myalgia, neuropati, mudah terkena infeksi, diare, trombositopenia.

    Beberapa efek tersebut harus selalu dikonsultasikan kepada dokter yang bertanggung jawab agar segera mendapat penanganan untuk meminimalisasi efek samping yang terjadi.

    BACA JUGA : Mengatasi Masalah Pelaporan Pajak Pribadi Yang Memiliki Usaha

    ***

    Penulis : Miftakhul Ilmi Indah Nur Sasi

    Editor : Maulidatus Solihah