VOKASI NEWS – Mengenal Gagal Ginjal Kronis (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD), penyebab, dan juga 5 tahapan pada penderita gagal ginjal.
Apa Itu Gagal Ginjal Kronis ?
Gagal Ginjal Kronis (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) merupakan masalah yang terjadi pada penurunan fungsi ginjal. Penurunan fungsi ginjal menyebabkan ginjal tidak dapat mempertahankan keseimbangan metabolisme, cairan, dan elektrolit yang dapat mengakibatkan uremia. Angka kejadian gagal ginjal kronik di Indonesia berdasarkan data dari Riskesdas 2018 yaitu sebesar 0,38% dari jumlah penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa. Maka, terdapat 713.783 jiwa yang menderita gagal ginjal kronis di Indonesia (Yuniarti, 2021).
Penyakit ini tidak dapat disembuhkan dikarenakan ginjal mengalami penurunan dan massa ginjal tersisa tidak menjaga lingkungan internal tubuh berakibat terjadi gagal ginjal atau CKD stadium akhir atau End Stage Renal Disease(ESRD) (Puspita, 2017).
Penyebab Gagal Ginjal
Indonesian Renal Registry (IRR) 2020 menyatakan gambaran tentang penyebab penyakit gagal ginjal kronik di Indonesia dengan persentase tertinggi adalah hipertensi. Yakni dengan presentase sebesar 35%, yang dapat menjadi faktor utama dalam perkembangan gagal ginjal. Pada kelompok penyakit nefropati diabetika (29%) penyebab GGK yang cukup signifikan, glomerulopati primer (8%). Serta juga beberapa penyakit yang tidak diketahui sebanyak 16% menyebabkan GGK (Salsabila, 2023).
5 Tahapan Gagal Ginjal
Pada tahapan 1 dan 2 penyakit gagal ginjal kronis GFR tidak dapat dilakukan untuk diagnosis. Akan tetapi tandai lainnya dari kerusakan ginjal, kelainan dalam komposisi darah atau urine atau kelainan lainnya dalam menetapkan diagnosis tahap satu dan dua penyakit ginjal. Sedangkan dengan penyakit gagal ginjal tahap 3 umumnya asimtomatik. Dan anifestasi klinis biasanya muncul pada tahap 4 dan 5 (KEMENKES, 2023).
Secara ideal semua pasien pada tahapan ke 5 dengan GFR < 15 mL/menit dapat memulai menjalani dialisis, karena pada keadaan ini fungsi ginjal sudah sangat menurun sehingga terjadi akumulasi toksin dalam tubuh yang disebut sebagai uremia. Pada keadaan uremia dibutuhkan terapi pengganti ginjal untuk mengambil alih fungsi ginjal dalam mengeliminasi toksin tubuh sehingga tidak terjadi gejala yang lebih berat (PERNERFI, 2003).
BACA JUGA : Mengenal Apa Itu SP2DK dan Bagaimana Cara Penyelesaiannya
***
Penulis : Ula Wilda Nin Naila Nuris
Pembimbing : Diah Puspita Rini, dr., Sp.PK (K)
Editor : Maulidatus Solihah